7 Putra-Putri Papua Lulus dari Universitas AS, Satu di Antaranya Bergelar Cum Laude

Tujuh putra-putri terbaik Papua lulus dari Universitas Corban, Oregon, Amerika Serikat. Satu orang berhasil mendapatkan predikat magna cum laude.

oleh Liputan6.com diperbarui 09 Mei 2019, 19:10 WIB
Diterbitkan 09 Mei 2019, 19:10 WIB
Tujuh putra-putri Papua (satu orang tidak ada di foto) berhasil lulus dari Universitas Corban, Oregon, AS. Satu di antaranya berpredikat cumlaude (Courtesy: Gubernur Papua Lukas Enembe)
Tujuh putra-putri Papua (satu orang tidak ada di foto) berhasil lulus dari Universitas Corban, Oregon, AS. Satu di antaranya berpredikat cumlaude (Courtesy: Gubernur Papua Lukas Enembe)

Liputan6.com, Washington DC - Tujuh putra-putri terbaik Papua lulus dari Universitas Corban, Oregon, Amerika Serikat. Salah seorang di antaranya bahkan lulus dengan predikat magna cum laude.

Gubernur Papua Lukas Enembe bersama istri datang ke Amerika Serikat untuk menghadiri wisuda putra-putri terbaik Papua tersebut. Mereka kemudian menggelar upacara tradisional bakar batu sebagai ungkapan syukur.

"Saya datang bersama ibu dan beberapa pejabat Papua untuk menyaksikan langsung wisuda tujuh mahasiswa Papua di universitas ini. Saya bangga sekali pada mereka!," ujar Lukas, sebagaimana dilansir dari VOA Indonesia pada Kamis (9/5/2019).

 

Satu lulusan cum laude dari Universitas Corban Amerika Serikat adalah Sherina Fernanda Msen, mahasiswa jurusan akuntansi dan manajemen itu bahkan dianugerahi "Top Accounting Student" oleh Oregon Society of Certified Public Accountants OSCPA.

"Saya tidak sangka lulus dengan magna cum laude. Saya memang punya passion pada numbers (angka), matematika dan problem solving, karena itu memilih akuntansi dan manajemen. Tapi tidak sangka dapat predikat terbaik. Saya awalnya memilih jurusan ini karena akuntansi dan manajemen mempunyai peluang besar dalam karir. Setiap perusahaan membutuhkan sistem keuangan yang baik kan," ungkap Sherina.

Menggunakan Dana Otonomi Khusus

Ilustrasi
Ilustrasi uang rupiah. (dok. unsplash.com/Asnida Riani)

Tujuh putra-putri Papua ini adalah bagian dari sekitar 30 remaja Papua yang dikirim untuk belajar ke negara bagian Oregon dengan menggunakan dana otonomi khusus.

"Yang kemarin lulus itu adalah rombongan yang pertama saya kirim dari Papua tahun 2014. Mereka ini dikirim dengan dana otonomi khusus karena saya rasa perlu anak-anak kita belajar ke mana saja, ke dalam dan luar negeri. Kami kirim sebagian ke luar negeri karena belum banyak anak Papua mengenyam kesempatan pendidikan di luar negeri. Mengapa di Jawa bisa ada banyak anak dikirim ke luar negeri jadi dokter dan sebagainya, tapi Papua tidak? Itulah sebabnya saya ingin mereka belajar ke luar negeri," papar Lukas.

Ditambahkannya, sejak program mengirim putra-putri Papua ke luar negeri ini dimulai tahun 2014, sudah sekitar 500 orang belajar di berbagai negara, sebagian besar di Amerika Serikat.

"Tiga ratus enam puluh mahasiswa kita belajar di Amerika, kami kirim belajar di berbagai kampus, di 23 negara bagian," imbuhnya.

Lebih jauh Lukas Enembe mengatakan ia tidak mensyaratkan mereka yang sudah lulus ini untuk kembali ke Papua, karena menurutnya mengharumkan nama Indonesia dan Papua dapat dilakukan di mana saja.

"Pemerintah tidak mengharuskan mereka kembali untuk mengabdi. Mereka boleh mengabdi di mana saja di seluruh dunia asal tetap menjadi warga negara Indonesia, warga asli Papua. Itu harapan saya. Tentu saja mereka bisa kembali untuk membangun ke Papua, tetapi kami tidak mengharuskan. Bagi kami, mereka bisa mengharumkan nama Papua, nama Indonesia di mana saja. Jangan terpaku harus ada di Papua saja. Mereka yang tidak pulang pun tidak kami haruskan mengembalikan uang kuliah selama ini," pesannya.

Satu Mahasiswa Ingin Mengabdi di Daerah

Papua
Anak-anak di Distrik Mamit, Kabupaten Tolikara. (Liputan6.com/Katharina Janur)

Yang menarik, Sherina Fernanda, yang kini sudah mendapat tawaran melanjutkan pendidikan strata dua dari tiga kampus bergengsi lain di Amerika Serikat, justru ingin pulang kampung.

"Saya pribadi malah ingin pulang ke Papua. Saya rindu Papua. Memang benar seperti kata Bapak Gubernur bahwa anak-anak Papua bisa mengharumkan nama Papua dan Indonesia di mana pun juga, tidak perlu harus dari Papua. Dengan kita bekerja dan berprestasi di tempat lain, kita bisa bantu Papua dan Indonesia dari tempat itu. (Tapi), Saya memang memimpikan pulang kembali dan bekerja di Papua. Saya asli dari Biak, tetapi tinggal di Jayapura. Saya ingin pulang," aku Sherina.

Sherina Fernanda memang berbeda dengan mahasiswa kebanyakan. Selain kuliah, sehari-hari ia juga bekerja sambilan dengan memberikan tutoring atau semacam les pribadi kepada mahasiswa lain yang membutuhkan tambahan bimbingan.

"Tapi saya selalu libur pada hari Sabtu agar saya bisa mendekatkan diri pada Tuhan, bisa tetap membaca Alkitab, dan baru kemudian bertemu teman-teman dan beristirahat. Bagaimana pun hidup kita harus balanced kan?," tambahnya.

Syukuri Kelulusan dengan Bakar Batu

Memasak dengan barapen atau bakar batu di Papua.
Ritual barapen atau memasak dengan bakar batu, menjadi salah satu cara untuk menghentikan konflik di Papua. (Liputan6.com/Katharina Janur)

Rasa syukur Gubernur Papua Lukas Enembe, seluruh mahasiswa dan mereka yang baru lulus wisuda itu dituangkan dalam upacara tradisional bakar batu Sabtu sore.

"Kami buat bakar batu yang cukup bagus di dekat asrama mahasiswa di pinggiran kampus Oregon itu. Kami undang seluruh mahasiswa dan warga di sekitarnya. Dalam upacara tradisional seperti itu dosen-dosen mereka dan juga saya sendiri memberi pesan dan nasehat untuk kehidupan mereka kelak. Kita sambut mereka, bangga dan beri penghargaan buat mereka. Benar-benar suasana kekeluargaan yang mengharukan," kata Lukas.

"Bakar batu ini tradisi dari Papua. Adik-adik kami yang tadinya ingin buat untuk wisuda, tapi begitu tahu Bapak Gubernur datang, kami ajak sama-sama datang. Ini kedua kalinya kami buat upacara bakar batu karena kami merasa bersyukur sekali dengan apa yang sudah diraih, dan berpikir mengapa tidak buat upacara tradisional kita di sini. Teman-teman bule saya banyak yang surprise melihat bakar batu," tutur Sherina.

Mengakhiri pembicaraan dengan VOA, Sherina Fernanda mengatakan sedang mempertimbangkan apakah akan melanjutkan pendidikannya terlebih dahulu baru pulang ke Papua, atau pulang kampung dulu baru kuliah lagi. "Yang pasti saya ingin pulang," tegasnya. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya