Liputan6.com, Washington DC - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah mengeluarkan salah satu ancaman paling terbuka ke Teheran, memperingatkan bahwa "jika Iran ingin berperang, itu akan menjadi akhir hayatnya".
Pernyataan itu disampaikan Trump dalam cuitan agresifnya pada hari Minggu, sekitar pukul 16.30 waktu setempat. Dia mengetwit dari klub golfnya di Sterling, negara bagian Virginia.
"Jangan pernah mengancam Amerika Serikat lagi!" tambahnya mengancam, demikian sebagaimana dikutip dari The Guardian pada Senin (20/5/2019).
Advertisement
Baca Juga
Sementara itu, kekhawatiran dilaporkan meningkat setelah penasehat keamanan nasional AS, John Bolton, diyakini akan mendorong pemerintah setempat untuk melakukan aksi militer terhadap Iran.
Bolton sendiri diketahui memainkan peran penting dalam memicu invasi Irak di bawah pemerintahan George W Bush pada awal 2000-an silam.
Pada 2015, Bolton menulis sebuah editorial terbuka di surat kabar New York Times dengan judul "To stop Iran’s bomb, bomb Iran", atau kurang lebih diterjemahkan menjadi: Untuk Menyetop Bom Iran, Maka Bomlah Iran".
Selain itu, sebagaimana telah diketahui, pendapat Bolton juga menjadi salah satu acuan Trump dalam menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran, tahun lalu.
Apa yang diontarkan oleh Trump dalam rangkaian twit tersebut berlawanan dengan pernyataannya pekan lalu, di mana dia menegaskan kepada Pentagon tidak ingin pergi berperang, dan memilih mengupayakan cara lain untuk meredam ketegangan.
Sementara itu, menanggapi laporan tentang rancangan rencana penempatan 120.000 tentara, Trump mengatakan bahwa meskipun dia tidak ingin perang, jika itu yang terjadi, dia akan mengirimkan lebih banyak dari yang diperkirakan.
Sependapat Tapi Saling Melempar Peringatan
Sebelumnya pada hari Minggu, senator negara bagian Utah dan mantan kandidat presiden dari Partai Republik, Mitt Romney, sependapat dengan komandan Pasukan Pengawal Revolusi Iran dalam menolak ancaman perang.
Di lain pihak, menurut kantor berita Fars, Mayor Jenderal Hossein Salami mengikuti menteri luar negeri Iran, Mohammed Javad Zarif, dengan mengatakan bahwa Teheran juga tidak mengingkan perang.
Meski begitu, keduanya justru saling melontarkan peringatan keras.
Romney, yang juga merupakan anggota komite hubungan luar negeri Senat, mengatakan ancaman terhadap kepentingan AS adalah "nyata".
"Kami akan memastikan mereka (Iran) memahami bahwa jika mereka mengambil tindakan terhadap rakyat kami, terhadap sekutu kami dan terhadap teman-teman kami, akan ada konsekuensi dan itu akan jauh lebih parah daripada tindakan awal yang diambil oleh Iran," tegas Romney.
Di lain pihak, Salami mengatakan Iran siap bertarung.
"Karena perbedaan antara kami dan mereka adalah bahwa mereka takut perang dan tidak memiliki keinginan untuk itu," ujarnya mengkritik.
Sementara itu, Gedung Putih belum mengatakan apa yang di maksud tentang klaim bahwa ancaman meningkat dari Irak.
Begitupun Romney, tidak menguraikan secara jelas maksud dari pernyataan bahwa "komunitas intelijen tahu ada banyak risiko serangan dari Iran".
Hal itu menyusul laporan bahwa intelijen AS meyakini kapal-kapal komersial Iran membawa rudal dan amunisi, yang menurut sejumlah analis mengindikasikan persiapan untuk bertahan melawan serangan Negeri Paman Sam.
Advertisement
Keluhan Arab Saudi
Sementara itu, Arab Saudi yang merupakan sekutu kuat AS di Timur Tengah, mengeluhkan tentang "ancaman semakin nyata" dari Iran.
Pekan lalu, dua dari empat kapal tanker minyak yang disabotase di lepas pantai Uni Emirat Arab adalah milik Arab Saudi.
Beberapa hari setelahnya, Arab Saudi juga melaporkan tentang seranfan pesawat tak berawak (drone) pada jaringan pipa miliknya, yang diklaim dilakukan oleh pemberontak Yaman.
Sebagaimana diketahui, pemberontak Yaman telah lama dituding mendpaat dukungan luas dari Iran.
Adel al-Jubeir, menteri luar negeri Arab Saudi, mengatakan kepada wartawan pada hari Minggu bahwa negaranya juga "tidak menginginkan perang ... tetapi pada saat yang sama, jika pihak lain memilih perang, kerajaan akan melawan dengan semua kekuatan dan tekad".
AS juga telah mengirim kapal induk dan langkah-langkah peringatan termasuk evakuasi personel oleh perusahaan minyak ExxonMobil, serta peringatan terhadap risiko keamanan lalu lintas udara komersial yang meningkat di wilayah tersebut.