Liputan6.com, Belém - Sebanyak 11 orang dilaporkan tewas dalam kasus penembakan massal di sebuah bar di Brasil, Minggu 20 Mei.
Situs web G1 mengutip laporan polisi bahwa tujuh pria bersenjata melakukan aksi penembakan di kota Belém, negara bagian utara Pará, yang juga melukai satu orang lainnya.
Advertisement
Baca Juga
Dikutip dari The Guardian pada Senin (20/5/2019), para penyerang tiba di bar dengan tiga mobil dan satu sepeda motor, sebelum membunuh enam perempuan dan lima laki-laki pada Minggu sore.
Hampir semua korban tewas mengalami luka tembak di kepala, lapor situs web G1 mengutip pernyataan sekretaris keamanan publik di Pará, Ualame Machado.
"Tentu saja kami memiliki beberapa jalur investigasi, yang bersifat rahasia, tetapi semuanya akan dianalisis dengan sangat hati-hati, sangat ketat," ujar Machado pada konferensi pers, sesaat setelah insiden penembakan.
Hingga Minggu malam, motif penembakan masih belum jelas dan tidak ada yang ditangkap.
Seorang juru bicara negara bagian Pará, Natalia Mello, hanya mengatakan: "Benar ada penembakan".
Rekor Kasus Pembunuhan Tertinggi pada 2017
Pada akhir Maret, pemerintah federal Brasil mengirim pasukan Garda Nasional ke Belem untuk memperkuat keamanan di kota itu selama 90 hari.
Menurut statistik resmi, Brasil mencapai rekor pembunuhan tertinggi pada 2017, yakni mencapai 64.000 kasus. Sebanyak 70 persen di antaranya disebabkan oleh senjata api.
Sebagian besar kekerasan yang terjadi di Brasil terkait dengan geng.
Pada bulan Januari, beberapa geng saling menyerang di Fortaleza, membuat kota itu lumpuh akibat berhentinya sarana transportasi lokal, dan tutupnya seluruh aktivitas komersial setempat.
Sementara di Rio de Janeiro, kota terbesar kedua di Brasil, sering terjadi baku tembak antara geng dan polis, yang berisiko membunuh orang-orang di sekitarnya.
Advertisement
Bolsonaro Janji Longgarkan Aturan Senjata Api
Salah satu janji kampanye utama presiden baru Brasil, Jair Bolsonaro, adalah melonggarkan undang-undang senjata Brasil yang ketat.
Alasannya adalah karena para penjahat --terutama anggota geng-- dipersenjatai dengan senjata yang diperoleh secara ilegal.
"Warga negara terhormat harus memiliki hak untuk membela diri," ujar Bolsonaro beralasan tentang pelonggaran aturan senjata api.
Janji tersebut memikat perhatian rakyat Brasil, meskipun jaksa federal setempat berusaha menempuh jalur hukum untuk memblokirnya.