AS Tuduh Iran Serang Kapal Tanker di Lepas Pantai UEA

Seorang pejabat AS menuduh Iran menyerang kapal tanker di lepas pantai Uni Emirat Arab (UEA)

oleh Liputan6.com diperbarui 30 Mei 2019, 09:03 WIB
Diterbitkan 30 Mei 2019, 09:03 WIB
Sebuah kapal tanker minyak mendekati fasilitas minyak di Fujairah, Uni Emirat Arab (AP/Kamran Jebreili)
Sebuah kapal tanker minyak mendekati fasilitas minyak di Fujairah, Uni Emirat Arab (AP/Kamran Jebreili)

Liputan6.com, Dubai - Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton pada Selasa, 28 Mei 2019 mengatakan bahwa Iran "hampir pasti" bertanggung jawab atas serangan awal bulan ini terhadap kapal-kapal tanker minyak di lepas pantai Uni Emirat Arab (UEA), demikian sebagaimana dilaporkan oleh VOA Indonesia dikutip pada Kamis (30/5/2019).

Berbicara kepada para wartawan dalam kunjungan ke Abu Dhabi untuk apa yang disebutnya pembicaraan tentang "masalah keamanan regional yang penting" Bolton tidak memberikan bukti apa pun untuk mendukung tuduhannya, tetapi mengatakan tanker itu dihantam dengan ranjau laut.

Iran sebelumnya membantah bertanggung jawab atas serangan itu.

Ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir sejak Presiden Donald Trump mengumumkan keputusannya untuk berusaha mengurangi ekspor minyak Iran menjadi nol untuk menekan pemerintah Iran agar mengubah perilakunya di Timur Tengah. Washington DC juga menjalankan kebijakannya untuk meningkatkan kehadiran militer AS di Teluk dalam upaya menanggapi apa yang dikatakannya adalah ancaman Iran.

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menuduh Bolton dan yang lainnya terlibat dalam "penghasutan perang" dan mengatakan pemerintahan Trump melakukan aksi "terorisme ekonomi" dengan pemberlakuan kembali sanksi ekonomi terhadap Iran

Iran Mau Berunding dengan AS, Asalkan...

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif  mengumumkan pengunduran diri (AFP Photo)
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengumumkan pengunduran diri (AFP Photo)

Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, mengatakan negaranya tidak akan bernegosiasi dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, kecuali Negeri Paman Sam menunjukkan rasa hormat kepada Teheran, dengan menghormati komitmennya berdasarkan kesepakatan nuklir yang disengketakan.

Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan CNN, Zarif memperingatkan AS untuk tidak "memainkan permainan yang sangat, sangat berbahaya", merujuk pada kehadiran militernya di Teluk Persia.

Zarif mengkritik AS karena mengirim serangkaian armada perang, termasuk kapal induk USS Abraham Lincoln ke Teluk Persia dalam sebulan terakhir, demikian sebagaiaman dikutip dari CNN.

"Menghadirkan semua aset militer di wilayah kecil, dengan sendirinya akan memicu kecelakaan fatal," kata Zarif. "Diperlukan kehati-hatian yang ekstrem dan Amerika Serikat dalam memainkan permainan yang sangat, sangat berbahaya."

Zarif kembali menyampaikan kekecewaan atas keluarnya AS dalam Joint Comprehensive Plan of Action, atau JCPOA, yakni sebuah kesepakatan yang diteken pada 2015 untuk membatasi kemampuan nuklir Iran dengan imbalan pencabutan sanksi.

"Kami bertindak dengan itikad baik," kata Zarif tentang kesepakatan itu, yang ditandatangani oleh AS, Iran, Inggris, China, Prancis, Jerman, dan Rusia.

"Kami tidak mau berbicara dengan orang yang telah melanggar janji mereka," lanjutnya menegaskan.

Kedua Negara Saling Ancam

Kapal patroli AS saat berpapasan dengan kapal patroli Korps Garda Revolusi Iran di Teluk Persia (25/7/2017) (US Naval Institute)
Kapal patroli AS saat berpapasan dengan kapal patroli Korps Garda Revolusi Iran di Teluk Persia (25/7/2017) (US Naval Institute)

Awal bulan ini, Donald Trump mengatakan Iran seharusnya menawarkan pembicaraan damai dengannya.

Tetapi, pada pekan lalu, Trump justru mengeraskan retorikanya.

"Jika Iran ingin bertarung, itu akan menjadi akhir hayatnya," kata presiden AS ke-45 itu dalam sebuah twit. "Jangan pernah mengancam Amerika Serikat lagi!"

Menanggapi hal tersebut, Zarif mengatakan: "Iran tidak akan pernah bernegosiasi dengan paksaan!"

"Anda tidak bisa mengancam rakyat Iran, dan memaksa kami terlibat, jika Anda tidak menunjukkan penghormatan. Ancaman bukan cara yang baik," lanjutnya.

Zarif menambahkan bahwa akan ada konsekuensi yang menyakitkan jika terjadi eskalasi di Teluk Persia, meski ia menegaskan bahwa Iran tidak ingin terlibat konflik terbuka.

Sebagai gantinya, Zarif menyerukan untuk segera mengakhiri "perang ekonomi" yang dilakukan AS terhadap Iran, dengan mengatakan bahwa sanksi itu "merampas hak warga negara dari mata pencaharian mereka."

"Yang ingin kami lakukan adalah menjual minyak kami," kata Zarif.

Dia mengatakan sanksi AS, yang telah memukul ekonomi Iran dengan keras, "sama dengan terorisme" pada warga negaranya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya