Eks Wapres AS Al Gore: Atasi Perubahan Iklim Perlu Ambisi dan Keberanian

Perlu adanya upaya ekstra demi mengatasi ancaman perubahan iklim saat ini.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 08 Jun 2019, 07:26 WIB
Diterbitkan 08 Jun 2019, 07:26 WIB
Diskusi Panel bertajuk "Inspirasi Aksi Iklim Ambisius di Australia dan Asia Pasifik". (Istimewa)
Diskusi Panel bertajuk "Inspirasi Aksi Iklim Ambisius di Australia dan Asia Pasifik". (Istimewa)

Liputan6.com, Brisbane - Mantan Wakil Presiden AS Al Gore menyebut perlu adanya upaya ekstra demi mengatasi ancaman perubahan iklim saat ini. Hal itu disampaikannya ketika menjadi moderator pada sebuah Diskusi Panel bertajuk "Inspirasi Aksi Iklim Ambisius di Australia dan Asia Pasifik".

"Untuk mengatasi ancaman perubahan iklim yang ada, kita perlu berpikir lebih besar dan lebih berani di semua lapisan masyarakat,” seru Al Gore, pria yang jadi pemenang Hadiah Nobel Perdamaian itu dalam Pelatihan Korps Kepemimpinan Climate Reality di Brisbane, Australia melalui keterangan tertulis yang diterima Sabtu (8/6/2019).

Pelatihan pada 5 hingga 7 Juni yang dihadiri 800 peserta ini menampilkan pejabat terpilih, pemimpin bisnis, pakar komunikasi dan ilmuwan ternama, yang memberikan keterampilan dan pengetahuan untuk mengatasi krisis iklim dan mencari solusi yang adil bagi berbagai lapisan masyarakat.

Dalam kesempatan tersebut, Al Gore meminta para narasumber Diskusi Panel, yaitu pemimpin dari berbagai sektor dan geografi di Australia dan Asia Pasifik untuk berbagi informasi dalam menghadapi tantangan dan hal-hal yang diperlukan untuk membuat aksi iklim yang ambisius menjadi kenyataan.

Mereka adalah Dr. Amanda Katili Niode, Manager The Climate Reality Project Indonesia yang juga merupakan Ketua Tim Ahli Utusan Khusus Presiden untuk Perubahan Iklim; Fred Gela, Wali Kota Torres Strait Island, Australia; Dr. Steven Miles MP, Menteri Kesehatan Queensland; serta Anna Skarbek, CEO, ClimateWorks Australia.

Di Australia dan kawasan Asia-Pasifik pada umumnya, dampak iklim seperti gelombang panas yang memecahkan rekor tahun ini di Australia, naiknya permukaan laut, kekeringan, banjir, kebakaran hutan dan musim yang semakin tidak menentu menimbulkan kesehatan dan ancaman eksistensial bagi warga, terutama masyarakat adat. Meningkatnya suhu lautan dan pengasaman membahayakan beberapa ekosistem laut paling beragam di dunia, serta berdampak buruk bagi pasokan pangan, budaya, dan mata pencaharian satu miliar penduduk.

Para narasumber kemudian menyampaikan tantangan perubahan iklim, serta kegiatan untuk menyikapinya baik dari sisi program maupun kebijakan.

 

Paparan Indonesia

Diskusi Panel bertajuk "Inspirasi Aksi Iklim Ambisius di Australia dan Asia Pasifik". (Istimewa)
Diskusi Panel bertajuk "Inspirasi Aksi Iklim Ambisius di Australia dan Asia Pasifik". (Istimewa)

Menjawab pertanyaan khusus Al Gore, yang pernah menjadi jurnalis investigatif, tentang dinamika regional perubahan iklim di kawasan Asia Pasifik serta peluang yang ada untuk koordinasi yang lebih besar terkait krisis iklim, Amanda Katili dari Indonesia memaparkan kajian terkait "Perubahan Iklim Regional dan Tanggung Jawab Nasional."

Dia mengatakan, menurut ilmuwan James Hansen dan Makiko Sato, pemanasan global selama beberapa dekade terakhir ini cukup besar sehingga muncul perubahan iklim regional. Ada perbedaan mencolok antara negara-negara yang bertanggung jawab atas emisi karbon dioksida, gas rumah kaca penyebab perubahan iklim dengan daerah-daerah yang paling terkena dampak.

Ini merupakan fakta dengan implikasi substansial untuk kebijakan energi dan iklim global.

Pemerintah Indonesia telah berkomitmen pada target pengurangan emisi gas rumah kaca ambisius dan menerapkan respons nasional yang komprehensif terhadap perubahan iklim. Peran aktor non-negara untuk mempercepat tindakan membangun prakarsa kerja sama yang konkret, ambisius dan berkesinambungan juga diakui.

Dalam hal inspirasi aksi iklim, tegas Amanda Katili, Indonesia tergolong mempunyai keberanian besar dengan mencanangkan target untuk mengintegrasikan aksi  iklim ke dalam agenda pembangunan nasional. Inisiatif Pembangunan Rendah Karbon yang diluncurkan di Kementerian Perencanaan  Pembangunan Nasional pada Oktober 2017 bertujuan untuk secara eksplisit memasukkan target pengurangan emisi gas rumah kaca ke dalam perencanaan kebijakan, disertai dengan berbagai intervensi untuk melestarikan dan memulihkan sumber daya alam

Sebagai aktor non-negara, The Climate Reality Project Indonesia bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan untuk mengarusutamakan isu krisis iklim dan solusinya di Indonesia. Terpilihnya Amanda Katili, Manager Climate Reality Indonesia yang juga Ketua Tim Ahli Utusan Khusus Presiden untuk Perubahan Iklim, sebagai narasumber untuk kawasan Australia dan Asia Pasifik, dengan tokoh ternama Al Gore sebagai moderator merupakan pengakuan atas upaya Indonesia dalam menyikapi krisis iklim.

Sekilas Tentang Climate Reality Project

Ilustrasi perubahan iklim (climate change)
Ilustrasi perubahan iklim (climate change)

The Climate Reality Project, yang didirikan oleh Al Gore adalah sebuah jaringan global dengan 19.000 relawan climate reality leaders di 152 negara yang telah memperoleh pelatihan dari Al Gore dan para pakar dalam ilmu dan pengetahuan terkait perubahan iklim, komunikasi, dan cara berorganisasi dalam menghadapi krisis iklim global.

The Climate Reality Project Indonesia sebagai bagian dari The Climate Reality Project didirikan pada 2009 dan kini terdiri dari 315 relawan climate reality leaders yang telah dilatih Al Gore, diantaranya merupakan pejabat di beberapa Kementerian/Lembaga, DPD, DPR, KPK, tokoh agama, pengusaha, rektor dan sivitas akademika, wartawan, professional di berbagai bidang, maupun aktivis di Lembaga Swadaya Masyarakat.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya