PBB Tuduh Houthi Sabotase Bantuan Pangan Pemicu Rakyat Yaman Kelaparan

PBB menuduh militan Houthi melakukan sabotase bantuan pangan yang menyebabkan rakyat Yaman semakin kelaparan.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 18 Jun 2019, 16:36 WIB
Diterbitkan 18 Jun 2019, 16:36 WIB
Warga Yaman mengantre mendapatkan bantuan pangan (AFP/Essa Ahmed)
Warga Yaman mengantre mendapatkan bantuan pangan (AFP/Essa Ahmed)

Liputan6.com, Sana'a - Kepala Program Pangan Dunia (WFP) menuduh pemberontak Houthi menyabotase bantuan pangan untuk masyarakat yang kelaparan di Yaman, dan mengancam akan menangguhkannya jika itu terus terjadi.

David Beasley, Direktur Eksekutif WFP, mengatakan badan tersebut telah menemukan "bukti serius" bahwa pasokan makanan telah dialihkan di ibu kota Sana'a, dan daerah-daerah lain yang dikontrol Houthi di Yaman, yang terjebak perang saudara selama empat tahun terakhir.

Dikutip dari The Guardian pada Selasa (18/6/2019), Beasley mendesak Houthi untuk mengimplementasikan perjanjian yang akan memungkinkan badan PBB untuk beroperasi secara independen.

"Jika kami tidak menerima jaminan ini, maka kami akan memulai penangguhan bantuan pangan secara bertahap, kemungkinan besar menjelang akhir pekan ini," kata Beasley di Dewan Keamanan.

"Jika benar-benar terjadi penangguhan, kami akan tetap melanjutkan program nutrisi pada anak-anak, wanita hamil, dan ibu menyusui," lanjutnya menjelaskan.

Beasley mengatakan WFP telah bersikeras mendesak tuntutan di atas, dan Houthi akhirnya setuju untuk melakukan registrasi dan identifikasi biometrik pada penerima bantuan, Desember lalu.

Tetapi, lembaga tersebut menghadapi hambatan dalam menerapkan langkah-langkah terkait sejak itu.

"Situasi kemanusiaan di Yaman adalah bencana," katanya.

Perang telah menewaskan sedikitnya 70.000 orang, membuat setengah dari 22 juta penduduk Yamanrawan pangan, dan memicu wabah kolera terburuk dalam sejarah modern.

"Terlepas dari penderitaan besar 20 juta orang Yaman yang tidak memiliki cukup makanan, kami terus menghadapi perlawanan sengit untuk sekadar melakukan pekerjaan evakuasi," jelas Beasley.

 

Houthi Pernah Salah Kaprah

Salah seorang anggota pasukan militan Houthi yang berperang dengan pemerintah Yaman (AFP Photo)
Salah seorang anggota pasukan militan Houthi yang berperang dengan pemerintah Yaman (AFP Photo)

Sebelumnya, pada 2017, Beasley telah berbicara "sangat vokal dan kritis" tentang blokade oleh pasukan koalisi Saudi di kota pelabuhan Hodeida.

Pada saat itu, katanya, militan Houthi mengungkapkan rasa terima kasih mereka bahwa Beasley telah melakukan perlawanan terhadap blokade.

"Saya katakan pada mereka, 'Ini tidak ada hubungannya dengan Anda. Ini semua terkait dengan apa yang benar, segala sesuatu yang berkaitan dengan Program Pangan Dunia, kewajiban kemanusiaan kita, dan mandat untuk melakukan segala daya kami untuk menjangkau mereka yang membutuhkan. Untuk menjadi netral, tidak memihak untuk menjadi mandiri', begitu yang saya katakan," jelas Beasley.

Saat ini, Beasley mengaku sedih bahwa WFP dihalangi untuk menyalurkan makanan ke orang-orang yang paling lapar di Yaman.

"Bantuan makanan yang diberikan oleh PBB sedang dialihkan di daerah-daerah yang dikuasai oleh Ansar Allah dengan mengorbankan anak-anak, wanita dan pria," ujar Beasley prihatin.

Ansar Allah adalah nama resmi gerakan Houthi.

Serangan Meningkat ke Arab Saudi

Serangan rudal houthi di bandara Abha Arab Saudi
Kerusakan di dalam Bandara Regional Abha setelah serangan oleh pemberontak Houthi Yaman di Abha, Arab Saudi, Rabu, 12 Juni 2019. (Saudi Press Agency via AP)

Dalam beberapa hari terakhir, Houthi telah meningkatkan serangan rudal dan pesawat tak berawak (drone) terhadap kota-kota di wilayah Arab Saudi.

Houthi mengancam perjanjian perdamaian yang rapuh ketika ketegangan meningkat antara Iran dan negara-negara Teluk Arab yang bersekutu dengan Amerika Serikat (AS).

Bulan lalu, kelompok itu melakukan serangan drone di dua kilang minyak Saudi.

Karena dukungan Teheran untuk Houthi, Saudi menggambarkan konflik tersebut sebagai perang proksi antara Iran dan musuh-musuh regionalnya, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.

Pemerintah Barat, termasuk Inggris dan AS, telah menghadapi kritik terus-menerus dari kelompok-kelompok hak asasi karena memasok koalisi yang dipimpin Saudi, yakni campur tangan dalam perang Yaman pada 2015, serta pemberian senjata dan dukungan logistik untuk serangan udara.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya