Eksplorasi Gas Alam China Picu Gempa Kembar yang Tewaskan 13 Orang?

Aktivitas eksplorasi gas serpih di Chian dituduh menjadi penyebab terjadinya gempa Sichuan yang menewaskan 13 orang.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 19 Jun 2019, 19:01 WIB
Diterbitkan 19 Jun 2019, 19:01 WIB
Gempa di Tiongkok
Jalanan yang terbelah yang disebabkan gempa di sebuah jalan di Jiuzhaigou di provinsi Sichuan barat daya China (9/8). Sedikitnya 12 orang tewas ketika sebuah gempa berkekuatan 6,5 skala Richter melanda China barat day. (AFP Photo/Str/China Out)

Liputan6.com, Shanghai - Otoritas China menolak keras bahwa gempa mematikan di Provinsi Sichuan pada awal pekan ini disebabkan oleh proses fracking dari pencarian shale gas atau gas serpih yang berlebihan di wilayah tersebut, tulis media pemerintah.

Fracking adalah teknik yang notabene baru di industri pertambangan, yakni dengan membuka celah tambahan di lokasi tambang yang telah eksis, guna mencari sumber daya gas.

Dikutip dari Channel News Asia pada Rabu (19/6/2019), teknik fracking dilakukan dengan cara mengekstraksi gas dari batuan, lalu memecahnya dengan air dan bahan kimia pada tekanan tinggi.

Tudingan terkait muncul di tengah spekulasi online, bahwa fracking telah berkontribusi pada gempa bermagnitudo 6,0 yang menewaskan 13 orang dan melukai hampir 200 orang pada hari Senin.

Meski berada di area rawan gempa, namun kini Sichuan tengah menjadi lokasi operasi fracking yang luas, di mana menyumbang sekitar sepertiga dari total produksi serpih gas nasional China.

Sebelumnya, sebanyak 1.000 orang berkumpul di luar gedung pemerintah di Kota Rongxian, provinsi Sichuan, awal tahun ini. Mereka menyalahkan dua gempa terakhir dipicu oleh eksplorasi gas serpih di daerah tersebut.

Besarnya tekanan massa membuat otoritas setempat menunda sementara operasi fracking.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Bantahan Keras China

Ilustrasi Bendera China (AFP/STR)
Ilustrasi Bendera China (AFP/STR)

Bantahan tegas disampaikan oleh Wang Haitao, direktur Pusat Jaringan Gempa Bumi China, mengatakan pada konferensi pers hari Selasa bahwa "tidak ada bukti yang cukup" untuk menyatakan bahwa gempa itu disebabkan oleh eksplorasi serpih gas, lapor tabloid The Global Times yang dikendalikan pemerintah Beijing.

Laporan tersebut mengutip seorang ahli geologi dari otoritas gempa China, yang mengatakan bahwa sementara para ilmuwan AS telah menemukan peningkatan kegempaan di dekat daerah-daerah di mana telah ada eksplorasi minyak dan gas serpih, tidak ada bukti ilmiah konkret untuk membuktikan hubungannya.

Survei Geologi AS telah mengatakan bahwa fracking adalah hanya penyebab sejumlah kecil gempa di Negeri Paman Sam, dengan sebagian besar datang akibat dari pembuangan cairan limbah selama produksi minyak.


Keprihatinan atas Eksplorasi Berlebihan

Khawatir Permintaan Lesu, Harga Minyak Turun ke US$ 47 per Barel
Kekhawatiran permintaan komoditas menurun dari China seiring ekonomi melambat membuat harga minyak tertekan.(Pixabay)

Sebuah hasil studi oleh lembaga penelitian Seismological Society of America, yang diterbitkan pada April lalu, juga mengaitkan gempa bermagnitudo 5,7 pada Desember 2018 dan gempa magnitudo 5,3 pada bulan Januari, dipicu oleh aktivitas fracking di wilayah tersebut.

Studi itu mengatakan teknik fracking semakin masif digunakan di blok serpih gas Changning di Sichuan sejak 2010, yang telah bertepatan dengan peningkatan dramatis dalam skala kegempaan di sana.

Sementara itu, ahli geologi China juga menyatakan keprihatinannya bahwa pengembangan sumber daya tenaga air yang berlebihan telah merusak stabilitas seismik Sichuan.

Beberapa ilmuwan bahkan menyalahkan bencana gempa Wenchuan pada 2008 pada kerusakan besar-besaran di wilayah tersebut.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya