Iran Bantah Mengalami Serangan Siber dari AS

Iran membantah keras klaim AS yang menyebut telah berhasil melakukan serangan siber terhadap negaranya.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 24 Jun 2019, 17:33 WIB
Diterbitkan 24 Jun 2019, 17:33 WIB
Ilustrasi bendera Iran
Ilustrasi (iStock)

Liputan6.com, Teheran - Pemerintah Iran mengatakan bahwa tidak ada serangan siber yang berhasil terhadap negaranya, menyusul laporan media Amerika Serikat (AS) bahwa Washington melakukan tindakan tersebut pada pekan lalu, di tengah kebuntuan antara kedua negara.

"Media mempertanyakan tentang kebenaran dugaan serangan siber terhadap Iran. Tidak ada serangan yang berhasil dilakukan oleh mereka, meskipun telah banyak upaya untuk itu," kata menteri telekomunikasi Iran, Mohammad Javad Azari Jahromi, di Twitter pada hari Senin, tanpa menyebut Serangan AS.

Sebelumnya, sebagaimana dikutip dari Al Jazeera pada Senin (24/6/2019), media AS mengatakan pada Sabtu bahwa Washington meluncurkan serangan siber terhadap sistem kontrol rudal Iran dan jaringan mata-mata minggu, setelah Teheran menjatuhkan drone pengawas milik Negeri Paman Sam.

Koran The Washington Post mengatakan bahwa setelah penembakan drone, Presiden AS Donald Trump memberi wewenang kepada Komando Dunia Maya AS untuk melakukan serangan siber terhadap Iran.

Serangan itu melumpuhkan komputer yang digunakan untuk mengendalikan peluncuran roket dan rudal, tetapi tidak menimbulkan korban, lapor Post, yang mengutip orang-orang yang diduga akrab dengan masalah tersebut.

 

 

Iran Diyakini Tingkatkan Kemampuan Siber

Peringatan 40 Tahun Revolusi Islam Iran
Para siswi mengibarkan bendera Iran dalam upacara peringatan 40 tahun Revolusi Islam Iran di Menara Kebebasan, Teheran, Senin (11/2). Revolusi Islam Iran dianggap sebagai hari kemenangan bagi negeri tersebut. (AP Photo/Vahid Salemi)

Sementara itu, Yahoo mengutip dua mantan pejabat intelijen yang mengatakan bahwa AS menargetkan kelompok mata-mata yang bertanggung jawab untuk melacak kapal di Selat Hormuz yang strategis.

Menteri telekomunikasi Iran mengakui bahwa negara itu telah "menghadapi terorisme dunia maya seperti Stuxnet dan unilateralisme, yang dianggap serupa sanksi".

Virus Stuxnet, ditemukan pada 2010, diyakini telah direkayasa oleh Israel dan AS untuk merusak fasilitas nuklir di Iran.

Dan Teheran diyakini telah meningkatkan kemampuan sibernya sendiri dalam menghadapi upaya AS untuk mengisolasi Iran.

"Kami menggagalkan tahun lalu bukan hanya satu serangan tetapi 33 juta serangan dengan perisai Dejpha," kata Jahromi mengacu pada sistem pertahanan internet baru Iran.

Konflik AS dan Iran Meningkat

Kecam Kebijakan Trump, Anggota Parlemen Iran Bakar Bendera AS
Detik-detik anggota parlemen Iran membakar dua lembar kertas bergambar bendera AS, Teheran, Iran, Rabu (9/5). Donald Trump menarik AS dari kesepakatan Nuklir Iran dan akan memberlakukan kembali sanksi terhadap Teheran. (AP Photo)

Ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat telah meningkat sejak Trump tahun lalu secara sepihak menarik diri dari perjanjian nuklir multinasional 2015 dengan Teheran.

Kesepakatan itu berusaha untuk mengekang ambisi nuklir Iran dengan imbalan bantuan sanksi.

Setelah meninggalkan perjanjian itu, Trump memberlakukan sanksi terhadap Iran untuk menghentikan penjualan minyaknya, serta melumpuhkan ekonomi dan pemerintahannya.

Selain itu, AS diperkirakan akan mengumumkan lebih banyak sanksi terhadap Iran pada hari pekan ini.

Ketegangan antara Iran dan AS diperburuk dalam beberapa pekan terakhir, setelah Washington menuduh Teheran berada di balik serangkaian serangan terhadap kapal tanker di Teluk Oman.

Iran membantah terlibat dalam serangan itu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya