Pertama di 20 Tahun Terakhir, Gelombang Panas Picu Kebakaran Hutan Spanyol

Gelombang panas ekstrem memicu kebakaran hutan luas di Spanyol, di mana hal itu belum pernah terjadi dalam 20 tahun terakhir.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 28 Jun 2019, 05:05 WIB
Diterbitkan 28 Jun 2019, 05:05 WIB
Ilustrasi kebakaran hutan (AFP Photo)
Ilustrasi kebakaran hutan (AFP Photo)

Liputan6.com, Madrid - Spanyol mengalami kebakaran hutan pada yang skala yang belum pernah terjadi dalam 20 tahun terakhir, sehingga menyebabkan area tersebut berada dalam siaga merah.

Dikutip dari The Guardian pada Jumat (28/7/2019), kebakaran hutan itu tidak lain disebabkan oleh gelombang panas ekstrem yang berlangsung sejak awal pekan ini.

Lebih dari 500 petugas pemadam kebakaran dan tentara berjuang mengendalikan kebakaran hutan besar-besaran di provinsi Tarragona di Catalan, yang sejauh ini telah membakar 5.500 hektar tanah.

Sebanyak 53 orang telah dievakuasi dari rumah mereka, lima ruas jalan masih terputus, dan otoritas perlindungan sipil menyarankan warga untuk tidak memasuki wilayah terkait, kecuali benar-benar diperlukan.

Sementara itu, ratusan ekor domba dilaporkan mati akibat terjebak asap dan api yang disebabkan gelombang panas ekstrem.

"Kami menghadapi kebakaran serius dalam skala yang tidak terlihat selama 20 tahun terakhir," kata Menteri Dalam Negeri Miquel Buch dalam sebuah twit.

"Karena gelombang panas ini membakar 20.000 hektar, hendaknya kita sangat sadar bahwa kecerobohan apa pun dapat menyebabkan bencana," lanjut Buch memperingatkan.

Kepala pemadam kebakaran regional, David Borrell, mengatakan sulit untuk tetap optimis melawan dampak gelombang panas tersebut.

"Medannya rumit, yang menyebabkan banyak masalah, dan kondisi cuaca tidak mendukung," ujar Borell mengatakan kepada Catalunya Ràdio.

"Itu sangat melelahkan dan artinya kami harus bekerja keras untuk mencapai tujuan kami," lanjutnya.

Sejauh ini, sebanyak 350 petugas pemadam kebakaran setempat telah bergabung dengan 221 petugas ahli dari unit darurat militer Spanyol, serta pesawat, helikopter, traktor, dan alat berat lainnya, untuk memadam kobaran api yang meluas.

Siaga 'Merah' di Prancis

Ilustrasi gelombang panas di kota Paris, Prancis (AFP/Gerard Julien)
Ilustrasi gelombang panas di kota Paris, Prancis (AFP/Gerard Julien)

Seperti halnya Spanyol, pemerintah Prancis juga menetapkan status siaga 'merah' terkait hantaman gelombang panas ekstrem.

Peringatan tersebut menandakan "fenomena cuaca berbahaya" yang pertama pertama tercatat sejak sistem itu diperkenalkan pada 2004, setelah gelombang panas 2003 menyebabkan 15.000 kasus kematian.

Peringatan siaga 'merah' ditetapkan untuk empat wilayah Prancis selatan, seperti Hérault, Gard, Vaucluse dan Bouches-du-Rhône.

"Semua anggota masyarakat harus saling peduli terhadap dampak gelombang panas, bahkan mereka yang sehat sekalipun," tulis kementerian dalam negeri setempat memperingatkan.

Menteri Kesehatan Prancis, Agnès Buzyn, mengatakan puncak gelombang panas tidak akan berhenti naik sebelum hari Jumat, dan menyatakan kekesalannya bahwa meskipun ada peningkatan jumlah panggilan ke layanan darurat, beberapa orang tampaknya tidak mengindahkan peringatan kesehatan.

"Kami melihat warga yang sangat tidak bertanggung jawab dan terus melakukan jogging antara tengah hari dan jam 2 siang," kata Buzyn, yang juga mengeluhkan orang tua meninggalkan anak-anak mereka di dalam mobil saat berbelanja.

Suhu rata-rata yang tercatat di Prancis adalah 39,4 derajat Celsius pada hari Rabu, lapor lembaga meteorologi Météo-France.

Ditambahkan bahwa suhu tertinggi sepanjang masa negara itu tercatat sebesar 44,1 derajat Celsius, yang terjadi pada 12 Agustus 2003.

Rekor tersebut kemungkinan akan dilampaui oleh fenomena gelombang panas ekstrem pekan ini.

Berdampak Luas di Eropa Barat

Ilustrasi gelombang panas yang melanda Eropa (AFP/Alberto Pizzoli)
Ilustrasi gelombang panas yang melanda Eropa (AFP/Alberto Pizzoli)

Ketika orang-orang di seluruh Eropa mencari sungai, danau, air mancur dan kolam renang untuk mendinginkan tubuh, pihak berwenang di Milan, Italia, mengatakan seorang pria tunawisma berusia 72 tahun meninggal di stasiun kereta api utama kota, setelah jatuh sakit karena gelombang panas.

Sementara di Jerman, suhu bulan Juni mengulangi rekor yang pernah terjadi pada 1947 silam, dengan catatan tertinggi sebesar 38,6 derajat Celsius di Coschen, sebuah kota di dekat perbatasan Polandia.

Pembatasan air diberlakukan di North Rhine Westphalia, meskipun ada beberapa bantuan di Jerman utara pada hari Kamis karena suhu turun ke tingkat yang lebih moderat untuk Juni.

Di Berlin, suhu tercatat mencapai 26 derajat Celsius pada Kamis sore, turun dari sekitar 37 derajat Celsius pada hari Rabu.

Bagian utara Prancis juga dilaporkan bersiaga menghadapi kekeringan, dengan persediaan air untuk petani dan penduduk sipil dibatasi.

Menteri Pertanian Prancis, Didier Guillaume, melarang mobilitas semua hewan sampai gelombang panas berakhir.

Di Paris, Lyon, Marseille dan Strasbourg, pemerintah lokal melarang mobil tua dengan tingkat emisi lebih tinggi beroperasi di jalanan, sebagai upaya untuk mengimbangi puncak polusi udara.

"Panggilan ke layanan darurat sedang meningkat secara nasional. Kami melihat awal dari dampak nyata gelombang panas," kata Jérôme Salomon, kepala kesehatan masyarakat di Prancis.

"Bagi kami, yang terburuk masih akan datang," lanjutnya prihatin.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya