Liputan6.com, Hong Kong - Pernyataan pemimpin eksekutif Hong Kong Carrie Lam bahwa RUU ekstradisi telah mati, tak kunjung memuaskan demonstran. Kelompok protes utama Hong Kong mengatakan mereka akan terus berunjuk rasa hingga seluruh tuntutan mereka terpenuhi.
"Jika lima tuntutan kami masih tidak didengar oleh Carrie Lam dan pemerintahannya, Forum Hak Asasi Manusia akan terus mengadakan protes dan majelis," kata juru bicara Bonnie Leung kepada wartawan, lapor Channel News Asia dikutip Rabu (10/7/2019). Ia menambahkan, rincian kapan demonstrasi selanjutnya, segera akan dirilis pada waktunya.
Advertisement
Baca Juga
Carrie Lam mengumumkan pada Selasa, proposal yang dibenci secara luas yang memungkinkan ekstradisi ke China daratan "sudah mati".
"Masih ada keraguan tentang ketulusan pemerintah atau kekhawatiran (tentang) apakah pemerintah akan memulai kembali proses dengan Dewan Legislatif. Jadi saya tegaskan di sini, tidak ada rencana seperti itu. RUU itu sudah mati," kata Lam saat itu.
Meski demikian, Lam sama sekali tidak menanggapi tuntuan lain para demonstran, termasuk menunjuk hakim independen dalam penyelidikan kekerasan seputar aksi protes.
Kebohongan Konyol?
Kalangan mahasiswa yang telah menjadi pengunjuk rasa terbesar, juga mengabaikan pernyataan Lam. Mereka menginginkan penarikan penuh RUU kontroversial itu.
"Apa yang kami inginkan adalah sepenuhnya menarik RUU itu. Ia hanya melakukan permainan kata-kata," kata Chan Wai Lam William, General Officer dari Student Union of Chinese University of Hong Kong.
Kata-kata Lam tentang RUU itu adalah "kebohongan konyol lainnya", cuit seorang aktivis demokrasi terkemuka Joshua Wong, yang baru-baru ini dibebaskan dari penjara karena perannya dalam protes 2014.
"RUU itu masih ada dalam 'program legislatif' hingga Juli tahun depan," lanjut Wong.
Â
Â
Simak video pilihan berikut:
Gedung Parlemen Hong Kong Kembali Dibuka
Sementara itu, gedung parlemen Hong Kong akan kembali dibuka pada Kamis, 11 Juli 2019. Lebih dari seminggu setelah pengunjuk rasa menyerbu gedung parlemen.
"Siaga merah akan dicabut pada pukul 8 pagi pada hari Kamis," kata Sekretariat Dewan Legislatif dalam siaran pers pada hari Rabu.
Blok kantor kompleks Dewan Legislatif akan dibuka kembali, sementara lobi utama dan fasilitas konferensi akan ditutup untuk pekerjaan perbaikan.
Gedung dewan tersebut telah menjadi sasaran penyerbuan massa aksi dalam protes Senin 1 Juli 2019. Saat itu, para aktivis menduduki kantor parlemen selama berjam-jam.
Mulanya, demonstrasi berjalan damai pada Senin pagi hari, yang merupakan hari peringatan 22 tahun penyerahan kedaulatan Inggris ke China.
Tetapi pada sekitar jam makan siang, puluhan demonstran berhenti dan menuju LegCo. Mereka mengepung bangunan itu dan berorasi di sana, sebelum akhirnya menggeruduk LegCo dan merusak gedung pada malam harinya.
Demonstran masuk dengan membobol pintu parlemen menggunakan berbagai benda, ratusan di antaranya kemudian mencoret simbol Hong Kong yang berada di dalam bangunan dengan cat semprot warna hitam.
Mereka juga melakukan vandalisme terhadap potret anggota dewan, perabotan, dan menulis pesan pro-demokrasi, serta memasang Bendera Kolonial Inggris.
Advertisement