Liputan6.com, Ternate - Setidaknya 160 bangunan dilaporkan rusak akibat gempa bermagnitudo 7,2 yang mengguncang wilayah Halmahera Selatan, Maluku Utara pada Minggu 14 Juli 2019 sore.
Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Daryono mengungkapkan, berdasarkan hasil pengamatan, gempa Halmahera Selatan berpotensi merusak.
Menurut Daryono, secara tektonik wilayah Halmahera Selatan termasuk kawasan seismik aktif gempa.
Advertisement
Baca Juga
Ia mengatakan, gempa bumi yang sering terjadi di Halmahera Selatan tercermin dari peta seismisitas regional dengan klaster aktivitas gempanya cukup padat.
Kabar soal gempa magnitudo 7,2 yang melanda Maluku ini ternyata disorot dunia. Media Nigeria thenationonlineng.net misalnya.
Mereka menulis, sedikitnya ada 2.000 orang yang mencari perlindungan setelah gempa. Hal itu terjadi setelah rumah dan jalanan rusak parah, demikian dijelaskan dalam artikel berjudul "Earthquake kills two, damages buildings in Indonesia".
Gempa pada Minggu kemarin memicu kepanikan di pulau-pulau di provinsi Maluku Utara. Itu terjadi pada kedalaman 10 kilometer dengan pusat gempa yang terletak di pedalaman, utara kota Ternate.
Sementara itu, dalam artikel berjudul "Indonesia rocked by 7.3 magnitude earthquake as Ring of Fire activity rises", laman Express.co.uk menjelaskan potensi tsunami.
Namun, badan meteorologi Indonesia mengatakan tidak ada potensi tsunami dari gempa.
Pihak berwenang Indonesia memang mengeluarkan peringatan tsunami pada jam 09.41 pagi. Namun peringatan tsunami setelah gempa bumi itu ditarik kembali.
Tak ketinggalan, Sputnik News dalam artikel berjudul "Magnitude 7.3 Earthquake Strikes Near Molucca Island, Indonesia - USGS", menyoroti kondisi geografis Indonesia.
Media itu menyebut jika Indonesia adalah negara yang terletak di zona seismik aktif dan memiliki gunung berapi aktif. Tak heran jika Indonesia disebut sebagai negara yang dikelilingin ring of fire.
BNPB: Dua Orang Meninggal Akibat Gempa Maluku Utara
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan, ada dua orang yang meninggal dunia akibat gempa di Maluku Utara pada Minggu, 14 Juli 2019.
Pelaksana Harian Kepala Pusat Informasi dan Humas BNPB, Agus Wibowo mengatakan, mereka adalah Aisyah dan Halimah yang masing-masing berasal dari Desa Gene Luar dan Desa Papaceda, Kecamatan Gene Barat, Kabupaten Halmahera Selatan.
"Korban jiwa 2 orang, yakni Ibu Aisyah 51 tahun (berasal dari) Desa Gane Luar dan Halimah (dari) Desa Papaceda, Kecamatan Gane Barat," kata Agus di Graha BNPB, Jakarta Timur, Senin (15/7/2019).
Selain dampak hilangnya dua orang nyawa, dampak lain dari gempa berkekuatan 7,2 magnitudo itu adalah rusaknya beberapa bangunan warga. Sebanyak 58 unit rumah warga dinyatakan rusak.
Masing-masing di Desa Ranga-ranga, Kecamatan Gane Timur Selatan, Halmahera Selatan sebanyak 20 unit, Desa Saketa, Kecamatan Gane Barat, Halmahera Selatan sebanyak 28 unit, Desa Dolik, Kecamatan Gane Barat Utara, Halmahera Selatan sejumlah 6 unit, serta Desa Kluting Jaya, Kecamatan Weda Selatan, Halmahera Tengah sebanyak 5 unit.
"Dua unit jembatan rusak di Desa Saketa," ungkap Agus.
Advertisement