Saat Penyerangan Pria Bertopeng, Pemerintah Hong Kong Terima 24.000 Panggilan Darurat dalam 3 Menit

Seorang perwira senior di Kepolisian Hong Kong mengungkap, layanan darurat di kota itu sempat macet dengan adanya 24.000 panggilan dalam tiga jam.

oleh Siti Khotimah diperbarui 25 Jul 2019, 08:34 WIB
Diterbitkan 25 Jul 2019, 08:34 WIB
Demo Hong Kong 12 Juni 2019 (Anthony Wallace / AFP Photo)
Demo Hong Kong 12 Juni 2019 (Anthony Wallace / AFP Photo)

Liputan6.com, Hong Kong - Seorang perwira senior di Kepolisian Hong Kong mengungkap, layanan darurat di kota itu sempat macet dengan adanya 24.000 panggilan dalam tiga jam. Peristiwa itu tepatnya terjadi pada Minggu, 21 Juli 2019, saat terjadi penyerangan oleh sekelompok pria bertopeng. Pernyataan pejabat tinggi polisi itu datang setelah pihaknya mendapat kecaman karena dianggap lambat menghentikan kekerasan di stasiun kereta bawah tanah.

Panggilan itu jika dihitung rerata maka  terdapat dua panggilan setiap detik, dengan hanya terdapat 10 operator untuk menjawab panggilan pada Minggu malam. Dalam hari biasanya, layanan itu hanya menangani rata-rata 2.500 panggilan sehari, seperti dikutip dari portal berita daring The Star, Kamis (25/7/2019).

Inspektur Lau Siu-pong mengatakan dalam sebuah video yang diposting di halaman Facebook pada Selasa, banyak panggilan tidak dijawab karena banyak orang mencoba melaporkan serangan di dalam stasiun MTR Yuen Long dari sekitar 22.45.

"Dan itu menjelaskan alasan kemacetan layanan," kata orang dalam kepolisian Hong Kong. "Jadi bukan kita yang tidak mau menerima panggilan. Sebenarnya, kami tidak bisa."

Polisi juga sempat dikritik karena membutuhkan waktu lama untuk mencapai stasiun, yakni 35 menit. Padahal pada Minggu, terdapat 100 orang bersenjata berpakaian putih menyerang demonstran RUU ekstradisi dan penumpang lainnya. Para penyerang telah melarikan diri pada saat petugas tiba pukul 23.20 malam, meninggalkan 45 orang terluka.

Sekitar 40 menit kemudian, konfrontasi antara lebih dari 400 orang dari kedua belah pihak pecah di desa terdekat.

Karena semua petugas di Sistrik kepolisian Yuen Long sibuk berurusan dengan perkelahian dan penyerangan di daerah yang berbeda, satu regu lebih dari 500 petugas yang membubarkan demonstran anti-pemerintah di Sheung Wan pada waktu itu dipulangkan ke Yuen Long untuk menangani kekacauan, kata sumber polisi lain berkata.

Pada saat pasukan tiba, sebagian besar pria berbaju putih telah pergi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Simak video pilihan berikut:


Polisi Hong Kong Kelelahan?

Bentrok polisi dan demonstran anti pemerintah Hong Kong (AP/Lo Kwanho)
Bentrok polisi dan demonstran anti pemerintah Hong Kong (AP/Lo Kwanho)

Salah satu sumber mengatakan bahwa sementara pasukan memiliki 31.000 petugas, manajemen terutama menggunakan 3.000 polisi anti huru hara untuk menangani protes yang masif, termasuk pawai yang diperkirakan menarik hingga 2 juta orang.

Seorang petugas mengatakan dengan syarat anonim: "Kami kelelahan karena kami bekerja hampir 24 jam dan harus memakai perlengkapan kerusuhan penuh selama lebih dari 12 jam."

Petugas mengatakan dia merasa tidak berdaya karena tidak jelas kapan protes akan berakhir.

Orang dalam polisi juga mengecam pengguna internet dan media lokal karena menerbitkan video dan rumor yang tidak terverifikasi yang memicu tuduhan kolusi polisi dengan triad dalam serangan hari Minggu.

Salah satu video, yang diterbitkan pada Senin malam, menunjukkan komandan divisi Pat Heung Li Hon-man mengobrol dengan sekelompok pria yang sebagian besar berpakaian putih.

 

Orang dalam polisi mengatakan klip video itu tidak menyebutkan bahwa percakapan di Yuen Long terjadi bukan pada hari Minggu, tetapi pada 16 Juli.

"Li bahkan tidak mengatakan sesuatu yang salah dalam video. Pengunggah ingin menghubungkan kedua acara tersebut dan membuat orang-orang percaya bahwa kami memiliki koneksi dengan triad. Mereka ingin mencoreng (nama baik) kami," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya