Liputan6.com, Borno - Upacara pemakaman di Nigeria utara jadi sasaran serangan Boko Haram. Akibat aksi kelompok militan itu, puluhan pelayat terbunuh.
Menurut laporan BBC, Senin (29/7/2019), setidaknya 65 orang kehilangan nyawa setelah tersangka gerilyawan Boko Haram menembaki pemakaman di negara bagian Borno, timur laut Nigeria.
Baca Juga
Saksi mata menuturkan bahwa beberapa orang bersenjata tiba dengan sepeda motor dan van di desa dekat ibu kota Maiduguri, pada Sabtu 27 Juli waktu setempat. Mereka lalu memberondong upacara pemakaman.
Advertisement
Sejumlah pelayat dilaporkan tewas seketika, sementara yang lain meninggal tertembak saat berusaha mengejar para penyerang.
Sejauh ini dilaporkan telah terjadi peningkatan serangan militan Islam di seluruh wilayah.
Pejabat pemerintah daerah, Muhammed Bulama, menduga serangan terakhir adalah sebagai pembalasan atas pembunuhan 11 militan Boko Haram oleh penduduk desa dua pekan lalu.
Dikecam Presiden
Wartawan Agence France Presse di tempat kejadian mengatakan mereka melihat rumah-rumah yang terbakar, dan kerabat mengumpulkan jas adorang-orang yang terbunuh.
Presiden Nigeria Muhammadu Buhari mengecam serangan yang dilakukan Boko Haram, dan memerintahkan angkatan udara dan tentara untuk memburu mereka yang melakukannya.
Puluhan ribu warga sipil telah terbunuh dan lebih dari dua juta orang terlantar selama dekade terakhir konflik.
Advertisement
Kelompok Militan Aktif
Boko Haram, yang diartikan sebagai "Pendidikan Barat dilarang" melarang Muslim untuk mengambil bagian dalam aktivitas politik atau sosial apa pun yang terkait dengan Barat. Kelompok ini berupaya menggulingkan pemerintah dan menciptakan negara Islam.
Kelompok militan ini aktif tidak hanya di Nigeria, tetapi juga di negara-negara tetangga seperti Chad, Niger dan Kamerun.
Boko Haram terkenal karena kerap menculik anak-anak sekolah dan menarik perhatian media global pada tahun 2014 karena penculikan hampir 300 anak perempuan dari sebuah sekolah di Kota Chibok, Borno -- negara di mana kelompok militan itu paling aktif.
Pada 2015, ia menempati peringkat kelompok teror paling mematikan di dunia oleh Institute for Economics and Peace.
Wilayah yang dikuasai oleh kelompok tersebut telah menurun dalam beberapa tahun terakhir dan telah terpecah menjadi faksi-faksi yang bersaing. Namun, militan Islam tetap aktif di wilayah itu, menentang upaya tentara untuk mengakhiri pemberontakan.