Kisah dan Tangis Senator Muslim AS yang Sempat Dilarang ke Israel Bertemu Nenek

Dalam sebuah pidato anggota kongres AS Muslim, Rashida Tlaib, terlihat menyeka air matanya. Mengisahkan kunjungannya ke Israel.

oleh Siti Khotimah diperbarui 20 Agu 2019, 10:56 WIB
Diterbitkan 20 Agu 2019, 10:56 WIB
Rashida Tlaib, senator muslim AS sempat dilarang ke Israel (AP Photo)
Rashida Tlaib, senator muslim AS sempat dilarang ke Israel (AP Photo)

Liputan6.com, New York - Seorang anggota kongres Amerika Serikat Rashida Tlaib tertangkap kamera menyeka air matanya, saat mengecam keputusan PM Israel Benjamin Netanyahu yang sempat melarangnya mengunjungi Israel. Padahal sang nenek tengah berada di Tepi Barat, wilayah yang diduduki oleh pemerintah Tel Aviv.

Rashida Tlaib muncul bersama anggota kongres yang lain, Ilhan Omar baru-baru ini. Kedua wakil rakyat AS yang merupakan Muslim itu hadir dalam sebuah konferensi pers menolak masuk ke wilayah Israel, meski PM Netanyahu pada akhirnya mencabut larangan tersebut. 

Dalam kesempatan itu, Tlaib mengenang kunjungannya ke Tepi Barat, menemui keluarganya di mana tanah air mereka diduduki Israel.

"Saya memperhatikan ketika ibu saya harus melewati pos-pos pemeriksaan yang tidak manusiawi," tuturnya seperti dikutip dari Daily Mail, Selasa (20/8/2019).

"Saya ada di sana ketika nenek saya mengalami kecelakaan yang mengerikan, dan saya serta sepupu menangis agar dia dapat memiliki akses ke rumah sakit terbaik, yang berada di Yerusalem," lanjutnya dalam sebuah pidato yang emosional.

"Saya ingat gemetaran ketakutan ketika pos pemeriksaan muncul di desa kecil ... tank dan senjata di mana-mana," papar Tlaib.

Dalam pidato itu, Tlaib menyeka air matanya; lalu melanjutkan ceritanya bagaimana sang nenek menyebutnya berhasil sebagai "burung yang bebas".

"Ia (nenek) mengatakan saya adalah mimpinya yang terkabul. Saya bak burung yang bebas," kata senator itu.

Simak pula video pilihan berikut:

Donald Trump Mendukung Keputusan PM Israel

Donald Trump
Donald Trump telah mengancam penutupan sangat lama terhadap pemerintah AS apabila pendanaan untuk pembangunan tembok perbatasan tidak direstui. (AP File)

Sementara itu, Presiden AS Donald Trump berpihak pada keputusan PM Israel Benjamin Netanyahu. Ia sempat melontarkan cuitan kontroversial.

"Kalau Israel mengizinkan kunjungan Omar dan Tlaib, itu akan menunjukkan kelemahan besar. Kedua orang itu benci pada Israel dan rakyatnya, dan tidak ada apapun yang bisa dilakukan untuk mengubah pendirian mereka."

Pada Jumat malam, Trump kembali mencuit pernyataan yang juga kontroversial.

"Tlaib dari Partai Republik menulis surat kepada para pejabat Israel dengan putus asa. Ia ingin mengunjungi neneknya. Izin diberikan dengan cepat, di mana Tlaib dengan menjengkelkan menolak persetujuan itu... Satu-satunya pemenang nyata di sini adalah nenek Tlaib. Dia tidak harus melihatnya (Rashida Tlaib) sekarang!" kicaunya dalam akun resmi pribadi.

Ketua DPR AS Nancy Pelosi mengatakan komentar Trump itu "adalah tanda kebodohan dan penghinaan yang tidak sesuai dengan martabat jabatan kepresidenan."

Pelosi mengatakan, penolakan kunjungan Omar dan Tlaib menunjukkan "kelemahan Israel yang tidak sesuai dengan martabat negara Israel yang besar."

Nenek Rashida Tlaib: Semoga Tuhan Hancurkan Donald Trump

Donald Trump dalam safari politiknya di Biloxi, negara bagian Mississippi, pada November 2018 (AFP/Jim Watson)
Donald Trump dalam safari politiknya di Biloxi, negara bagian Mississippi, pada November 2018 (AFP/Jim Watson)

Meski saat ini dua wanita itu telah diperbolehkan datang ke Israel, namun hal itu tidak serta merta memadamkan emosi nenek Rashida Tlaib yang bernama Muftia Tlaib (90).

Sang nenek telah mengecam Donald Trump dengan menggunakan bahasa Arab dalam sebuah wawancara di Tepi Barat yang diduduki Israel.

"Semoga Allah menghancurkannya," kata Muftia merujuk kepada Donald Trump seperti dikutip dari Daily Mail, menanggapi pernyataan sang presiden nyentrik AS bahwa dirinya 'beruntung tidak harus melihat cucunya.'

Sementara itu, meski saat ini Rashida Tlaib telah bisa berkunjung ke Israel, namun ia menolak tawaran itu. Ia menyebut, Israel telah berupaya memberlakukan pembatasan itu yang dimaksudkan untuk mempermalukannya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya