Liputan6.com, Jakarta - Bangladesh siap memulangkan 3.500 pengungsi Rohingya ke Myanmar mulai Kamis 22 Agustus mendatang.
Ribuan pengungsi ini dipulangkan dua tahun setelah kabur akibat persekusi di negara bagian Rakhine, demikian dikutip dari laman Channel News Asia, Selasa (20/8/2019).
Sekitar 740.000 Rohingya melarikan diri ke Bangladesh pada Agustus 2017 dari serangan yang dinilai berasal dari militer di Myanmar.
Advertisement
Baca Juga
Komisioner pengungsi Bangladesh Mohammad Abul Kalam, mengatakan dia "optimis" tentang proses pemulangan yang dijadwalkan akan dimulai Kamis.
Upaya sebelumnya pada November 2018 untuk mengembalikan 2.260 Rohingya gagal setelah mereka menolak untuk meninggalkan kamp tanpa jaminan keselamatan mereka.
"Semuanya sudah siap, titik transit darat telah disiapkan," kata Kalam kepada wartawan setelah pertemuan dengan pejabat Myanmar di Cox's Bazar, Bangladesh tenggara, tempat para pengungsi tinggal.
"Tidak ada yang akan dipaksa untuk kembali kecuali mereka sukarela," katanya.
Pejabat Bangladesh dan Myanmar berencana untuk memulangkan 300 orang Rohingya setiap hari.
Proses pemulangan ini menjadi sorotan karena menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa, kondisi di Rakhine sampai saat ini belum kondusif karena masih terjadi konflik dengan pemberontak Tentara Pembebasan Arakan Rohingya (ARSA).
Rohingya Target Diskriminasi
ARSA adalah kelompok bersenjata Rohingya yang melakukan serangan di empat pos kepolisian dan satu pangkalan militer di Rakhine dua tahun lalu. Mereka mengklaim menjalankan aksinya untuk membela hak-hak dasar Rohingya.
Selama ini, sebagai kelompok etnis minoritas Muslim di Myanmar, Rohingya memang kerap menjadi target diskriminasi dan persekusi hingga harus kehilangan nyawa mereka.
Serangan ARSA itu memicu "operasi pembersihan" di Rakhine yang menyebabkan seribu orang tewas dan ratusan ribu lainnya melarikan diri ke Bangladesh.
Advertisement