3 Gadis Bersaudara Bunuh Ayahnya di Rusia, Kisahnya Menuai Simpatik

Mereka membunuh ayah kandungnya yang selama bertahun-tahun telah melecehkan secara fisik dan psikologis.

oleh Raden Trimutia Hatta diperbarui 25 Agu 2019, 19:40 WIB
Diterbitkan 25 Agu 2019, 19:40 WIB
Krestina, Angelina dan Maria Khachaturyan. (AFP)
Krestina, Angelina dan Maria Khachaturyan. (AFP)

Liputan6.com, Moskow - Malam itu, lebih dari setahun lalu, tiga gadis remaja di Rusia mengakhiri penderitaannya. Mereka membunuh ayah kandungnya yang selama bertahun-tahun telah melecehkan secara fisik dan psikologis.

Pembunuhan itu terjadi pada 27 Juli 2018. Kala itu, Mikhail Khachaturyan (57) memanggil putri-putrinya, Krestina, Angelina dan Maria yang masih di bawah umur, satu per satu ke kamarnya. Mikhail memarahi mereka karena tidak membersihkan rumah dengan benar kemudian menyemprotkan cairan merica ke anak-anaknya.

Setelah itu, ketika Mikhail tertidur, tiga gadis itu menyerangnya dengan pisau, palu dan semprotan merica hingga menimbulkan luka fatal pada kepala, leher, dan dadanya. Di tubuhnya ditemukan lebih dari 30 luka tusukan pisau.

Tiga gadis bersaudara itu kemudian memanggil polisi dan langsung ditangkap di tempat kejadian. Mereka sekarang diadili atas pembunuhan ayahnya, seperti dikutip dari BBC, Minggu (25/8/2019).

Namun, hasil investigasi penyidik mengungkap sejarah kekerasan dalam keluarga Khachaturyan. Mikhail diduga telah secara teratur memukuli putrinya selama tiga tahun, menyiksa mereka, menjadikan mereka sebagai tahanan, dan melecehkannya secara seksual.

Ibu para gadis itu juga menderita pemukulan dan pelecehan dari Mikhail di masa lalu. Begitu juga tetangga keluarga, yang sangat takut padanya.

Pada saat pembunuhan, ibu gadis-gadis itu tidak tinggal bersama mereka dan Mikhail telah melarangnya untuk menghubungi.

Menurut penilaian kejiwaan, tiga gadis Rusia itu hidup dalam isolasi dan telah menderita post-traumatic stress (PTSD).

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan video pilihan di bawah ini: 


Jadi Sorotan

Palu Sidang
Palu Sidang

Kasus ini dengan cepat menjadi perhatian warga Rusia. Lebih dari 300.000 orang telah menandatangani petisi yang menyerukan pembebasan mereka.

Aktivis HAM berpendapat para gadis itu bukan penjahat, melainkan korban. Sebab, mereka tidak memiliki sarana untuk mendapatkan bantuan dan perlindungan dari ayah mereka yang kejam.

Namun, tidak ada undang-undang yang melindungi korban kekerasan dalam rumah tangga di Rusia. Di bawah perubahan hukum yang diperkenalkan pada 2017, pelaku yang baru pertama kali memukuli anggota keluarga tanpa luka parah, hanya akan menghadapi denda atau ditahan hingga dua minggu.

Polisi di Rusia biasanya memperlakukan kekerasan dalam rumah tangga sebagai "masalah keluarga", memberikan sedikit atau tidak ada bantuan sama sekali.

 


Apa yang Terjadi Selama Penyelidikan?

Ilustrasi Pelecehan Seksual Anak
Ilustrasi kekerasan pada anak. Sumber: Istimewa

Kasus Khachaturyan bersaudara ini telah bergerak lambat. Mereka tidak lagi dalam tahanan, tetapi mereka tunduk pada batasan: tidak dapat berbicara dengan wartawan, atau dengan satu sama lain.

Para jaksa penuntut bersikeras kematian Mikhail adalah kasus pembunuhan berencana, ketika ia tertidur dan para saudari mengoordinasi tindakan mereka, menyiapkan pisau sejak pagi. Motifnya adalah balas dendam.

Jika dinyatakan bersalah di bawah dakwaan itu, para gadis menghadapi hukuman 20 tahun penjara. Diduga Angelina memegang palu, Maria pisau berburu, dan Krestina semprotan merica.

 


Bela Diri

Liputan 6 default 3
Ilustraasi foto Liputan 6

Namun, pengacara kedua bersaudara itu mengatakan pembunuhan itu sebenarnya adalah tindakan membela diri. Memang, hukum pidana Rusia memungkinkan pembelaan diri tidak hanya dalam kasus-kasus agresi langsung, tetapi juga dalam kasus-kasus "kejahatan berkelanjutan", seperti situasi penyanderaan di mana korban disiksa.

Pembela menegaskan bahwa para gadis adalah korban "kejahatan terus menerus" dan karenanya harus dibebaskan. Pengacara kedua bersaudara itu berharap kasus ini bisa dibatalkan, karena penyelidikan telah mengonfirmasi pelecehan besar-besaran oleh Khachaturyan terhadap putri-putrinya sejak 2014.

Aktivis hak asasi manusia dan banyak orang Rusia lainnya sekarang menginginkan undang-undang itu berubah dan langkah-langkah diperkenalkan seperti tempat penampungan yang didanai negara, menahan pesanan dan kursus untuk mengelola perilaku agresif para pelaku kekerasan.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya