Jejak BJ Habibie di Jerman Sebelum Meninggal Dunia, Dijuluki Mr Crack

BJ Habibie meninggal dunia dalam usia 83 tahun di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta.

oleh Raden Trimutia Hatta diperbarui 11 Sep 2019, 19:32 WIB
Diterbitkan 11 Sep 2019, 19:32 WIB
Tokoh Politik hingga Pejabat Tinggi Negara Hadiri Sidang Tahunan MPR
Presiden ke-3 RI BJ Habibie tiba menghadiri Sidang Tahunan MPR, DPR dan DPD di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis, (16/8). Tema sidang tahunan kali ini Bhinneka Tunggal Ika. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Rakyat Indonesia kehilangan Presiden ke-3 Indonesia BJ Habibie yang meninggal dunia pada pukul 18.05 WIB, Rabu (11/9/2019). BJ Habibie menghembuskan nafas terakhirnya dalam usia 83 tahun di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta.

BJ Habibie menyelesaikan gelar S3 dengan nilai rata-rata 10, di Rheinisc Westfälische Technische Hochschule (RWTH) Aachen, universitas teknik terbaik di Jerman.

Di lingkungan ahli aeronautic, aerospace, industri pesawat, dan ilmuwan internasional, BJ Habibie dijuluki Mr Crack. Julukan itu merupakan penghormatan para ahli atas temuannya yang dapat menghitung "crack propagation on random" sampai ke atom-atomnya, yang menjadi penyebab keretakan di badan, terutama sayap pesawat.

Temuannya itu berawal dari jatuhnya pesawat Fokker 28 dan pesawat tempur Jerman, Starfighter F-104 G. Kasus itu menimbulkan kehebohan karena tak ada yang tahu penyebabnya.

Departemen Pertahanan Jerman kala itu menantang para ahli mencari penyebabnya. BJ Habibie yang saat itu bekerja di perusahaan penerbangan Hamburger Flugzeugbau (HFB), Jerman, berhasil menemukan penyebabnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Lahirnya Teori Habibie

BJ Habibie Terima Kunjungan Tokoh Gerakan Suluh Kebangsaan
Presiden RI ke-3 BJ Habibie saat melakukan silaturahmi dengan sejumlah tokoh bangsa dan tokoh gerakan suluh kebangsaan di kediamannya, Jakarta, Rabu (1/5/2019). Silaturahmi membahas kemajuan dan arah masa depan bangsa Indonesia. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Dari situ lahirlah Teori Habibie, Faktor Habibie, dan Prediksi Habibie yang sangat populer. Rumusan Habibie tersebut dapat ditemui pada sejumlah jilid 'Advisory Group for Aerospace Research and Development (AGARD)', sebagai buku pegangan tentang prinsip-prinsip ilmu desain pesawat terbang standar NATO.

Temuan Habibie pada 1965, saat usianya 28 tahun, sangat bermanfaat bagi dunia penerbangan. Temuan pertama di dunia itu hingga kini digunakan industri pesawat terbang. 

Prof Dr Ing B Lascka, ahli aerodinamika Jerman, dalam tulisannya menyebutkan, "crack propagation" temuan Habibie sangat penting dalam dunia penerbangan. Inilah sumbangan terbesar BJ Habibie dalam dunia dirgantara.

"Retakan dalam struktur pesawat memang sangat mencemaskan para perekayasa struktural, penyebaran retak sungguh sulit diperhitungkan. Habibie berhasil menemukannya," tulis Lascka, seperti dikutip dari Antara.

 

Penghargaan dari Dunia

BJ Habibie
BJ Habibie (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sejumlah penghargaan yang diterima Habibie semasa hidupnya, antara lain Gesselschaft fuer Luft und Raumfahrt (Lembaga Penerbangan dan Angkasa Luar) Jerman, The Royal Aeronautical Society London (Inggris), The Royal Swedish Academy of Engineering Sciences (Swedia), The Academie Nationale de l’Air et de l’Espace (Prancis), dan The US Academy of Engineering (Amerika Serikat).

Pada 1967, Habibie mendapatkan penghargaan Edward Warner Award dan Theodore Van Karman Award --penghargaan tertinggi ahli kedirgantaraan dan fisikawan, setara Nobel.

 

 

Produksi Pesawat Indonesia

Bj Habibie
BJ Habibie yang menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek) menghindari pertanyaan awak media selama upacara perpisahan kabinet di Istana Merdeka, Jakarta, 1 Maret 1998. (AP Photo/Muchtar Zakaria)

Setelah dipanggil pulang Presiden Soeharto pada 1973, Habibie memimpin PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) tiga tahun kemudian. IPTN memproduksi pesawat CN-235 dan N-250. Pada 1997, IPTN melahirkan pesawat berbadan lebar N-2130, namun dihentikan karena krisis ekonomi dan atas tekanan Dana Moneter Internasional (IMF).

Selain membuat pesawat produksi Indonesia, IPTN juga mengerjakan pesanan sayap Boeing 737, Boeing 767, Airbus A320, A330, A380, A350, serta Sukhoi Superjet 100.

Keputusan pemerintah menerima Letter of Intent (LoI) IMF, Mei 1998, menyebabkan proyek-proyek IPTN dihentikan. Tidak itu saja, belasan ribu pegawai IPTN --yang disekolahkan Habibie ke luar negeri-- dipecat. IPTN yang bertahun-tahun dibangunnya, hancur berantakan.

"Saya menangis saat mengunjungi IPTN, karena semua usaha yang telah dirintis anak-anak bangsa harus hancur semuanya," kata Habibie, 3 Desember 2005.

Habibie Meninggal Dunia

Bj Habibie
BJ Habibie yang menjabat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek) menandatangani buku tamu sebelum pertemuannya dengan Presiden Filipina Fidel Ramos di Istana Malacanang pada 23 Januari 1998. (AFP PHOTO/ROMEO GACAD)

Presiden ke-3 RI BJ Habibie wafat Rabu (11/9/2019), sekitar pukul 18.05 WIB. Sang putra, Thareq Kemal Habibie, menyebut tim dokter RSPAD sudah berbuat yang terbaik.

"Tim dokter sudah berbuat terbaiknya, tidak bisa dibuat apa-apa lagi, mohon doanya," kata Tahreq dalam konferensi pers di RSPAD, Selasa (11/9/2019).

BJ Habibie wafat dalam usia 83 tahun. Dia merupakan tokoh intelektual yang menjadi Presiden ke-3 RI. Habibie wafat karena gagal jantung.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya