Demo Perubahan Iklim Menyebar ke Seluruh Dunia, Sekitar 4 Juta Orang Ikut Serta

Bermula di negara-negara kepulauan Pasifik seperti Kiribati, Kepulauan Solomon dan Vanuatu, demo perubahan iklim akhirnya menyebar ke seluruh dunia.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 21 Sep 2019, 16:51 WIB
Diterbitkan 21 Sep 2019, 16:51 WIB
21 Negara Serukan Pencegahan Perubahan Iklim Global di Bali
Massa mengangkat plakat saat kampanye perubahan iklim global di Pantai Sanur, Bali, Jumat (20/9/2019). Aksi ini diikuti oleh ratusan pekerja muda dari 21 negara Asia Pasifik yang tergabung dalam federasi serikat pekerja global Public Services International (PSI). (SONNY TUMBELAKA/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Jutaan orang di seluruh dunia mengadakan demo perubahan iklim pada Jumat 20 September 2019, terinspirasi oleh aktivis Greta Thunberg.

Para pengunjuk rasa di seluruh benua melambaikan plakat dan meneriakkan slogan-slogan, yang bisa menjadi demonstrasi terbesar yang pernah terjadi tentang pemanasan global yang disebabkan oleh manusia.

"Rumah kami terbakar", kata Thunberg pada kampamyenya seperti dikutip dari BBC, Sabtu (21/9/2019).

"Kami tidak akan hanya berdiri di pinggir dan menonton."

Kampanye itu dimulai di Pasifik dan Asia lalu memuncak dalam demonstrasi besar-besaran di New York, Amerika Serikat.

Demo perubahan iklim itu terjadi menjelang pertemuan puncak PBB pekan depan di markas organisasi tersebut di Manhattan. Para aktivis menuntut upaya yang lebih besar dilakukan pada pertemuan tersebut untuk mengatasi perubahan iklim.

Thunberg pertama kali mulai bolos sekolah untuk memprotes tidak adanya tindakan terhadap perubahan iklim pada tahun 2018.

Tindakannya lalu mengilhami anak sekolah dan orang dewasa di seluruh dunia untuk melakukan perlawanan.

 

 

 

Awal Mula Demo yang Kemudian Menyebar...

Perubahan iklim
Ilustrasi: akibat perubahan iklim dan pemanasan global (sumber: wisdominnature.org)

Pada Jumat 20 September, negara-negara kepulauan Pasifik seperti Kiribati, Kepulauan Solomon dan Vanuatu - semuanya terancam oleh kenaikan permukaan laut - memulai demo. Posting online menunjukkan warga bernyanyi: "Kami tidak tenggelam, kami berjuang."

Di Australia, 350.000 orang diperkirakan telah bergabung dengan protes di seluruh negeri, dengan beberapa pejabat setempat mendorong anak-anak sekolah dan pekerja untuk ambil bagian.

Negara itu sudah menderita karena suhu yang meningkat, dan laut yang memanas telah berkontribusi pada kematian setengah dari Great Barrier Reef di lepas pantai timur laut Australia.

Dari sana, demonstrasi menyebar ke kota-kota di Asia, Eropa, Afrika, dan Amerika.

Beragam Aksi Protes

Ilustrasi perubahan iklim
Ilustrasi perubahan iklim (AFP)

Siswa di Ghana kemudian berbaris di ibu kota Accra, mengatakan perubahan iklim telah mempercepat erosi pantai yang mempengaruhi orang-orang di pantai negara itu. Sekitar 44% dari populasi Ghana belum pernah mendengar tentang perubahan iklim, demikian menurut satu studi oleh Afrobarometer.

Sementara orang-orang di Thailand dan India menggelar aksi pura-pura mati. Mereka berbaring di tanah untuk menuntut tindakan pemerintah yang lebih besar.

Ketika protes terjadi di 500 kota besar dan kecil di seluruh Jerman, pemerintah koalisi negara itu mengumumkan paket 54 miliar euro yang ditujukan untuk memotong gas emisi rumah kaca.

Dan di Inggris, ratusan ribu orang diyakini telah ikut serta dalam demo yang telah berlangsung di sejumlah kota yang sudah berlangsung di empat negara.

Demo terkait perubahan iklim ini kabarnya akan kembali digelar pekan depan selama sidang umum PBB.

Sorotan Terhadap Greta Thunberg

Greta Thunberg, aktivis remaja itu disambut seperti bintang rock di kampanye pada hari Jumat. Teriakan "Greta! Greta!" bergema di sekitar Battery Park, New York.

"Ini adalah demo iklim terbesar yang pernah ada dalam sejarah, dan kita semua harus bangga pada diri kita sendiri karena kita telah melakukan ini bersama," kata remaja itu kepada para demonstran.

Thunberg mengatakan sekitar empat juta orang ambil bagian dalam demo di seluruh dunia, "dan kami masih menghitung."

"Ini darurat. Rumah kami terbakar. Dan bukan hanya rumah orang-orang muda, kita semua tinggal di sini - itu mempengaruhi kita semua," katanya kepada orang banyak.

Ke mana pun dia pergi di dunia, dia berkata, "janji-janji kosong itu sama, kebohongannya sama dan tidak ada tindakan sama".

Mata dunia akan tertuju pada para pemimpin di PBB minggu depan, dan "mereka memiliki kesempatan untuk mengambil kepemimpinan untuk membuktikan bahwa mereka benar-benar mendengarkan kita".

"Ini adalah kekuatan bangsa seperti apa," katanya, sebelum mengakhiri pidato dengan kata untuk mereka "yang merasa terancam oleh kita".

"Ini baru permulaan," katanya lagi. "Perubahan akan terjadi apakah mereka suka atau tidak."

Siapakah Greta Thunberg?

Greta Thunberg adalah remaja Swedia pertama yang mengadakan "School Strike for Climate" di luar parlemen nasionalnya pada Agustus 2018 lalu.

Tindakannya mengilhami anak sekolah dan orang dewasa lainnya di seluruh dunia, dan dia telah dinominasikan untuk Hadiah Nobel Perdamaian.

Remaja 16 tahun itu melakukan perjalanan ke AS dengan kapal pada bulan Agustus, menolak untuk terbang atau naik kapal pesiar karena emisi yang disebabkan oleh moda transportasi tersebut.

Menjelang pidatonya di PBB pekan depan, Thunberg mengatakan kepada para politikus AS bahwa mereka harus berbuat lebih banyak untuk memerangi perubahan iklim.

"Jangan undang kami ke sini hanya untuk memberi tahu betapa kami menginspirasi tanpa benar-benar melakukan tindakan," jelas Thunberg.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya