Dipicu Isu Uighur, Industri Pakaian Australia Setop Impor Bahan dari Xinjiang

Dua jaringan toko pakaian ternama Cotton On dan Target Australia kini menghentikan penggunaan bahan katun dari Provinsi Xinjiang, China,

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Okt 2019, 10:00 WIB
Diterbitkan 19 Okt 2019, 10:00 WIB
Bendera negara Australia - AFP
Bendera Australia (AFP)

Liputan6.com, Canberra - Dua jaringan toko pakaian ternama Cotton On dan Target Australia kini menghentikan penggunaan bahan katun dari Provinsi Xinjiang, China, karena kekhawatiran telah terjadi pelanggaran HAM besar-besaran di sana.

Jaringan toko Cotton On sudah melakukan penelitian internal mengenai pasokan bahan yang mereka gunakan.

Langkah tersebut dilakukan setelah Program Four Corners ABC pada bulan Juili lalu mengungkap penanahan massal warga Muslim Uyghur yang kemudian dijadikan pekerja paksa pabrik tekstil di Xinjiang.

Four Corners mengupkapkan bahwa jaringan toko Target Australia juga melakukan pengecekan internal untuk memastikan apakah bahan katun yang mereka jual berasal dari Xinjiang.

Jaringan toko lain di Australia seperti Jeanswest, Dangerfield, Ikea dan H&M mengungkapkan bahwa mereka mendapat bahan-bahan katun asal Xinjang, kawasan yang disebut PBB seperti "kamp penahanan massal."

Cotton On menyatakan mendapat bahan katun dari subkontraktor mereka yang berbasis di Xinjiang, Litai Textiles.

Perusahaan itu mengukuhkan bahwa tahun lalu seorang staf Cotton On mengunjungi pabrik Litai Textiles, yang terletak enam kilometer dari sebuah kamp "pendidikan ulang" yang besar.

Cotton On menyatakan mereka tidak lagi membeli katun dari Litai Textiles dan mereka "berkomitmen menggunakan jaringan pasokan yang etis."

Sementara itu berdasarkan penyelidikan internal mengenai pemasok mereka yang dimiliki oleh perusahaan Huafu di Xinjiang, Target Australia menyatakan sudah menghentikan order dari tempat tersebut.

Perusahaan fesyen internasional H&M yang juga memiliki toko di Australia mengatakan bahan katun mereka berasal dari sebuah perusahaan yang memiliki fasilitas di luar Xinjiang.

Perusahaan itu menjelaskan kepada Four Corners bahwa mereka juga melakukan pengecekan terhadap fasilitas pemintalan Huafu di Xinjiang dan penelidian mereka menunjukkan "tidak adanya penggunaan tenaga kerja paksa."

Kelompok Just Group, yang memiiki merek seperti Just Jeans, Dotti, Jacqui E, Peter Alexander, Portmans dan Jay Jays mengatakan 84 persen produk mereka berasal dari China, namun tidak mau mengatakan kepada Four Corners dari mana sumber pasokan mereka.

Grup lainnya yaitu Noni B yang memiliki toko Rockmans, Katies, Liz Jordan, W.Lane, Table Eight, Rivers, Millers, Crossroads dan Autograph mengatakan China adalah satu dari empat pemasok utama mereka dan mengatakan mungkin saja ada produk yang berasal dari Xinjiang.

Simak video pilihan berikut:

Sekilas Isu Uighur Xinjiang

Pusat pelatihan vokasional Hotan di Hotan County, Prefektur Hotan, Wilayah Otonomi Xinjiang-Uighur (XUAR) (Rizki Akbar Hasan / Liputan6.com)
Pusat pelatihan vokasional Hotan di Hotan County, Prefektur Hotan, Wilayah Otonomi Xinjiang-Uighur (XUAR) (Rizki Akbar Hasan / Liputan6.com)

Di awal tahun 2017, Partai Komunis China memulai kampanye penangkapan warga Uyghur yang mayoritas beragama Islam. Mereka kemudian dimasukkan ke berbagai kamp dengan alasan akan "dididik kembali."

Banyak di antara tahanan ini yang paspornya disita petugas dan gerak-geriknya diawasi dengan ketat.

Semakin banyak bukti kemudian menunjukkan bahwa para tahanan tersebut dipaksa bekerja di Xinjiang.

Laporan menyebutkan sebagian warga itu dipisahkan dari keluarga mereka, dan bila mereka tidak mau, mereka akan dipenjarakan.

Xinjiang adalah salah satu kawasan yang paling banyak menghasilkan kapas dan masih banyak pertanyaan mengenai pemasok bagi perusahaan-perusahaan penjual pakaian di Australia lainya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya