Liputan6.com, Kashmir - India dan Pakistan saling menyalahkan satu sama lain karena bombardir artileri lintas-perbatasan di wilayah Kashmir yang disengketakan pada akhir pekan kemarin.
Bombardir itu menewaskan dan melukai tentara serta warga sipil di kedua sisi dan menjadikannya salah satu hari paling mematikan sejak New Delhi mencabut status khusus Kashmir pada Agustus 2019 lalu.
Para pejabat dari kedua negara menuduh militer satu sama lain menembak melintasi perbatasan de facto, yang dikenal sebagai Line of Control (LoC). Jumlah korban tewas dalam putaran penembakan terbaru naik menjadi setidaknya 10, menurut hitungan kantor berita AFP, seperti dikutip dari Al Jazeera, Senin (21/10/2019).
Advertisement
Baca Juga
India mengatakan, ada penembakan hebat oleh Pakistan di seberang perbatasan di wilayah Tangdhar di Kashmir utara pada Sabtu 19 Oktober 2019 malam waktu lokal, menewaskan dua tentara India dan satu warga sipil.
Jenderal Bipin Rawat, kepala militer India, mengatakan kepada wartawan di New Delhi bahwa pasukannya menggunakan tembakan artileri yang lebih besar untuk mengenai "kamp-kamp teroris" di seberang perbatasan.
Tetapi Islamabad menuduh tentara India menargetkan warga sipil, dengan Kementerian Luar Negeri Pakistan mengatakan bahwa enam tewas, sementara beberapa lainnya --termasuk wanita dan anak-anak-- terluka parah di daerah dekat LoC.
Militer Pakistan menambahkan, seorang tentara juga tewas, sehingga jumlah korban di Kashmir yang dikelola Pakistan menjadi tujuh.
Juru bicara pertahanan India Kolonel Rajesh Kalia mengatakan bahwa ini adalah pelanggaran gencatan senjata, yang sebelumnya tidak pernah disepakati oleh Pakistan.
"Pasukan kami membalas dengan keras, menyebabkan kerusakan parah dan korban pada musuh," kata Kolonel Kalia.
Tentara Pakistan juga mengklaim bahwa serangan India di sektor Jura, Shahkot dan Nowshera "tidak diprovokasi" dan secara sengaja menargetkan warga sipil.
Mayor Jenderal Asif Ghafoor, juru bicara Angkatan Bersenjata Pakistan, mengatakan Pakistan merespons "secara efektif", menewaskan sembilan tentara India, melukai beberapa lainnya dan menghancurkan dua bunker.
Islamabad telah memanggil utusan India untuk memprotes penembakan dan pembunuhan. Pakistan juga berencana untuk mengungang diplomat dari lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB, termasuk Amerika Serikat dan Rusia, mengunjungi perbatasan LoC dan melihat bahwa tidak ada kamp pemberontak di Kashmir.
Kedua pihak saling menuduh melanggar perjanjian gencatan senjata pada 2003.
Â
* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS
Simak video pilihan berikut:
Bentrok di Perbatasan
Bentrokan akhir pekan kemarin terjadi beberapa hari setelah Kementerian Luar Negeri Pakistan memprotes insiden serupa dari seluruh LoC yang sangat dimiliterisasi oleh pasukan India yang menewaskan tiga warga sipil dan melukai delapan lainnya pada 15 Oktober 2019.
Bentrokan perbatasan yang mematikan telah melonjak selama beberapa pekan terakhir, yang telah melihat pasukan India dan Pakistan menargetkan pos perbatasan serta desa-desa, yang menyebabkan korban di antara tentara dan warga sipil di kedua sisi.
Ketegangan antara tetangga tetap tinggi sejak India mencabut otonomi Kashmir pada 5 Agustus 2019 dan memberlakukan pembatasan gerakan dan komunikasi untuk memadamkan kerusuhan.
Islamabad telah memperingatkan bahwa mengubah status Kashmir akan meningkatkan ketegangan tetapi India mengatakan penarikan status khusus itu adalah urusan internal dan ditujukan untuk pengembangan ekonomi yang lebih cepat di wilayah itu.
Pakistan dan India sama-sama menguasai bagian-bagian Kashmir, tetapi masing-masing mengklaim wilayah keseluruhan sejak kedua negara itu memperoleh kemerdekaan dari Inggris pada 1947.
India dan Pakistan telah berperang dua dari tiga perang mereka di wilayah tersebut.
Advertisement