Tak Tahan Sakit, Atlet Paralimpiade Belgia Putuskan Akhiri Hidup dengan Eutanasia

Seorang mantan atlet paralimpiade di Belgia meninggal dunia setelah tindakan eutanasia atau suntik mati.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 24 Okt 2019, 13:37 WIB
Diterbitkan 24 Okt 2019, 13:37 WIB
Pro-Kontra Euthanasia
Pro-Kontra Euthanasia

Liputan6.com, Brussels - Atlet paralimpiade Belgia, Marieke Vervoort mengakhiri hidupnya melalui eutanasia atau suntik mati. Ia meninggal dalam usia 40 tahun.

Vervoort, peraih medali emas Paralimpik di London 2012, hidup dengan kondisi cedera saraf tulang belakang yang menyebabkan rasa sakit terus-menerus dan membuatnya kesulitan tidur.

Dilansir dari CNN, Kamis (24/10/2019), Vervoort memenangkan emas dalam balapan kursi roda 100 meter T52 dan medali perak dalam lomba jarak 200 m di Paralimpiade London 2012. Seteahnya ia meraih dua medali di Rio 2016.

Euthanasia legal dilakukan di Belgia, dan pada 2008, ia menerima persetujuan bunuh diri itu dari tiga dokter yang berbeda.

Dalam sebuah wawancara dengan CNN pada tahun 2016, Vervoort menjelaskan bahwa keputusannya untuk menandatangani surat-surat eutanasia memberinya kekuatan atas kehidupannya kembali.

"Aku tidak lagi takut mati," katanya.

"Aku melihatnya sebagai sebuah tindakan operasi, di mana kamu pergi tidur dan tidak pernah bangun. Bagiku itu adalah sesuatu yang damai. Aku tidak ingin menderita ketika aku sekarat," tambahnya.

 

 

* Dapatkan pulsa gratis senilai jutaan rupiah dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com mulai 11-31 Oktober 2019 di tautan ini untuk Android dan di sini untuk iOS

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Bukan Pembunuhan

Marieke Vervoort, atlet paralimpik asal Belgia.
Marieke Vervoort, atlet paralimpik asal Belgia yang melakukan euthanasia. (Source: AP/ Kyodo)

Vervoort berkompetisi dalam klasifikasi T52 untuk atlet yang memiliki mobilitas terbatas terhadap anggota badan di bawah pinggang.

Sejak pensiun dari olahraga setelah Paralimpiade pada tahun 2016, Vervoort menghabiskan lebih banyak waktu bersama keluarga, teman dan anjing terapinya, Zenn.

"Ketika saya akan mengalami serangan epilepsi, dia memperingatkan saya satu jam sebelumnya. Saya tidak tahu bagaimana dia merasakannya," kata Vervoort.

Terlepas dari beberapa negara, euthanasia adalah hal yang ilegal dilakukan di sebagian besar dunia.

Setelah menandatangani surat konfirmasi, Vervoort mengatakan dia ingin menggunakan perhatian yang dia kumpulkan untuk mendidik negara-negara lain yang kurang membantu langkah-langkah bunuh diri bagi orang-orang yang penderitaannya tak tertahankan.

"Saya pikir akan ada lebih sedikit kasus bunuh diri jika setiap negara memiliki hukum euthanasia. Saya harap semua orang melihat bahwa ini bukan usaha pembunuhan, tetapi justru membuat orang hidup lebih lama," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya