Liputan6.com, Jakarta - Beredar informasi bahwa gejala resesi seks atau menurunnya hasrat kaum muda berhubungan seksual mulai tengah dirasakan melanda dunia. Itu artinya kaum muda di seluruh dunia kini berhubungan seks lebih sedikit dari generasi sebelumnya.
Di garis depan dari resesi seks global kabarnya ditempati oleh Jepang, yang memiliki salah satu tingkat kesuburan terendah di Bumi, dan ini bisa menjadi kisah peringatan bagi Amerika.
Baca Juga
Menurut Sebuah tinjauan dari Survei Fertilitas Nasional Jepang, keperawanan sedang meningkat. Satu dari setiap 10 pria Jepang berusia 30-an masih perjaka. Itu menempatkan tingkat keperawanan Jepang jauh di depan negara-negara industri lainnya.
Advertisement
"Sebagian besar dari orang-orang ini tidak dapat menemukan pasangan di pasar," Peter Ueda, seorang peneliti kesehatan masyarakat di Universitas Tokyo, mengatakan kepada CBS News. Dia membunyikan alarm tentang tingkat keperawanan Jepang yang melonjak, yang dia perhatikan adalah, "sebenarnya yang tertinggi yang pernah tercatat di negara berpenghasilan tinggi."
Bagi Jepang yang sudah jauh dari penurunan populasi yang belum pernah terjadi sebelumnya, kekeringan seks adalah berita buruk. Jadi jika tren saat ini terus meningkat, populasi Jepang akan runtuh lebih dari setengah selama abad berikutnya.
Penurunan angka kelahiran sering dikaitkan karena jam kerja yang panjang, terlalu banyak waktu yang dihabiskan untuk online, dan jimat Jepang untuk persahabatan digital, yang memanifestasikan dirinya dalam popularitas robot dan "mitra" holografik.
Namun kerawanan keuangan dan pekerjaan juga dicurigai menjadi salah satu faktor sebenarnya yang memicu resesi seks Jepang.
Amerika juga terancam resesi seks kalau begitu. Kenapa? Simak selengkapnya dalam podcast Global berikut ini:
PODCAST: Resesi Seks Jepang, Saat Jumlah Perawan Meningkat Tajam
Advertisement