Liputan6.com, Peru - Para ilmuwan menemukan lebih dari 140 pola kuno yang diukir di atas pasir oleh orang-orang masa lampau Bumi di Peru. Mereka berharap dapat menemukan petunjuk mengenai cara orang-orang zaman dahulu hidup ribuan tahun lalu.
Seperti dilansir dari cnn.com pada Jumat (22/11/2019), para peneliti dari Yamagata University, Jepang menemukan gambar-gambar kuno, atau biasa dikenal sebagai geoglyph atau geoglif itu terukir di atas pasir.
Gambar-gambar tersebut diukir di atas pasir dataran pantai Peru, bentuknya menyerupai makhluk hidup atau benda lainnya.
Advertisement
Proses Penemuan
Geoglif yang baru, bergabung dengan koleksi gambar misterius yang ada di Peru, dan dikenal sebagai Garis Nazca.
Sebelumnya, daerah itu dinyatakan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO pada 1994 silam. Saat itu, hanya 30 geoglif yang sudah/berhasil diidentifikasi.
"Garis-garis ini, yang tergores di permukaan tanah antara 500 SM dan 500 SM, adalah di antara teka-teki arkeologi terbesar karena kuantitas, sifat, ukuran, dan kontinuitasnya," menurut daftar UNESCO.
Bentuk-bentuk tersebut tercipta dengan menghilangkan batu-batu hitam yang menutupi tanah, memperlihatkan pasir putih, kata para ilmuwan.
Kemudian, temuan tersebut dikategorikan ke dalam dua jenis utama berdasarkan pada bagaimana mereka mungkin diproduksi.
Advertisement
Penjelasan Geoglif
Geoglif tipe A yang lebih besar dibuat dengan menghilangkan batu untuk membentuk garis. Sedangkan tipe B, yang lebih kecil dibuat dengan menghilangkan batu untuk membuat permukaan berwarna solid.
Pemimpin tim penelitian, Profesor Masato Sakai menjelaskan perihal tipe geoglyph yang ditemukan.
"Geoglyph tipe A umumnya didistribusikan di dekat lembah sungai, sedangkan geoglyph Tipe B didistribusikan di samping jalan atau di lereng miring dan diperkirakan telah digunakan sebagai tiang jalan saat bepergian," kata Profesor Masato Sakai.
Tim Sakai menggunakan data lapangan dan resolusi tinggi 3D untuk menemukan gambar baru yang diperkirakan berasal dari setidaknya 100 Sebelum Masehi hingga 300 Masehi, menurut rilis berita.
"Penemuan baru akan memberi kita beberapa petunjuk untuk memahami pola distribusi geoglyph biomorfik secara lebih rinci," kata Profesor Masato Sakai. Dia juga menambahkan bahwa melindungi geoglif baru adalah prioritas, karena “geoglif sedang dihancurkan di dekat daerah perkotaan."
Tim juga bekerja dengan IBM Jepang antara 2018 dan 2019 untuk menemukan geoglif pertama melalui kecerdasan buatan di lokasi ini.
Profesor Masato Sakai juga mengatakan bahwa kecerdasan buatan memungkinkan para peneliti mengidentifikasi geoglif jauh lebih efisien, daripada metode lama yang secara manual melihat melalui foto udara, dan membutuhkan "banyak waktu.”
Terlepas dari itu, Profesor Masato Sakai dan peneliti lain di Yamagata University sudah mempelajari garis-garis tersebut sejak 2004. Bahkan, mereka berupaya untuk membawa kesadaran pada keberadaan mereka untuk melestarikannya bagi generasi mendatang.
Reporter: Hugo Dimas