Israel Tak Izinkan Umat Kristen di Jalur Gaza Kunjungi Betlehem dan Yerusalem

Israel membatasi akses masuk dan keluar dari Gaza sebagai cara mengisolasi dan melemahkan kelompok Hamas.

oleh Raden Trimutia Hatta diperbarui 16 Des 2019, 16:02 WIB
Diterbitkan 16 Des 2019, 16:02 WIB
Natal di Palestina. (AFP)
Natal di Palestina. (AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Israel tidak mengizinkan umat Kristen di Jalur Gaza untuk mengunjungi Tepi Barat ataupun Betlehem dan Yerusalem Timur untuk merayakan Natal.

"Demi alasan keamanan, izin hanya akan dikeluarkan bagi warga yang melakukan perjalanan ke luar negeri selama festival Kristen, tetapi tidak ke Israel atau Tepi Barat," kata juru bicara Koordinator Kegiatan Pemerintah di Wilayah (COGAT), seperti dikuitp dari Times of Israel, Senin (16/12/2019).

Israel membatasi akses masuk dan keluar dari Gaza sebagai cara mengisolasi dan melemahkan kelompok Hamas. Bersama dengan Mesir, Israel mempertahankan blokade wilayah tersebut sejak Hamas mengambil alihnya dari Otoritas Palestina dalam kudeta berdarah pada 2007, untuk mencegahnya mengimpor senjata atau sarana membangunnya.

Sejak itu, Hamas dan Israel telah berperang tiga kali, dan kelompok-kelompok di Jalur Gaza telah menembakkan puluhan ribu roket ke kota-kota dan komunitas Israel.

Israel telah menjelaskan larangan perjalanan sebelumnya terhadap warga Palestina yang tinggal secara ilegal setelah menerima izin jangka pendek untuk meninggalkan Gaza.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Dikecam

Ilustrasi Bendera Israel dan Yerusalem (AFP)
Ilustrasi Bendera Israel dan Yerusalem (AFP)

Sekitar 1.000 umat Kristen tinggal di Gaza bersama 2 juta Muslim. Jumlah mereka kini terus menurun.

Pada tahun-tahun sebelumnya, anggota komunitas diizinkan mengunjungi keluarga mereka di Israel dan Tepi Barat dan mengunjungi kota-kota suci Kristen seperti Nazareth, Bethlehem, dan Yerusalem. Tahun lalu, hanya 700 izin diterbitkan.

Sebagian besar Tepi Barat dikendalikan Otoritas Palestina dan gerakan Fatah, saingan politik Hamas.

LSM Israel sayap kiri Gisha pun mengkritik larangan itu sebagai "pelanggaran ekstrem kebebasan bergerak."

Para pemimpin Kristen mengatakan, mereka telah mengajukan banding ke pihak berwenang Israel terhadap keputusan itu dan mengecamnya.

"Orang lain di seluruh dunia diizinkan bepergian ke Betlehem. Kami pikir orang-orang Kristen Gaza juga harus memiliki hak itu," ungkap Wadie Abu Nassar, penasihat pemimpin gereja setempat.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya