Liputan6.com, Hong Kong - Pihak yang paling rugi dari protes berkepanjangan di Hong Kong ternyata adalah pihak kepolisian. Survei menunjukan Kinerja polisi dinilai negatif baik oleh kubu pro-demokrasi atau kubu pro-pemerintah.
Dilansir South China Morning Post, Minggu (22/12/2019), survei diikuti 150 ribu warga Hong Kong dari berbagai latar belakang. Sekitar 73 persen responden berkata aksi protes telah mengikis kepercayaan mereka pada polisi. Angka itu terdiri atas kubu pro-demokrasi (81 persen) dan kubu pro-pemerintah (65 persen).
Advertisement
Baca Juga
Kekecewaan masyarakat terhadap kepolisian merupakan yang tertinggi dari demonstrasi Hong Kong, bahkan lebih tinggi dari dampak negatif lain akibat demo, seperti soal ekonomi (71 persen) dan kohesi sosial (41 persen).
Masalah tindakan polisi juga menjadi buah simalakama. Pada satu sisi, 53 persen responden menilai polisi terlalu berlebihan dalam menghadapi pendemo, di sisi lain ada yang menganggap respons polisi sudah tepat (23 persen) dan ada pula yang menganggap tindakan polisi justru belum optimal (24 persen).
Sebanyak 26 persen responden berkata sudah tidak punya kepercayaan lagi pada polisi, angka itu termasuk 10 persen pro-pemerintah dan 45 persen pro-demokrasi. Hanya ada 7 persen responden yang siap sepenuhnya percaya kepada polisi.
Meski banyak yang kesal pada polisi, 65 persen masyarakat Hong Kong juga tak setuju pada aksi pendemo seperti mengarahkan laser ke polisi.
David Black, pendiri Blackbox Research yang membuat survei ini bersama South China Morning Post, menyebut ketidakpercayaan pada polisi ini lumrah terjadi bila negara bersikap otoriter. Ia pun menyerankan pemerintah untuk memperhatikan isu polisi ini jika ingin menyelesaikan masalah politik yang terjadi.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Masyarakat Tak Setuju Kekerasan
Survei juga menunjukan masyarakat pada umumnya tidak setuju dengan kekerasan dari kubu pendemo. Tindakan seperti memakai laser saja hanya didukung 35 persen orang saja.
Pemblokiran atau pengrusakan properti juga ditentang habis-habisan. 73 persen responden menentang pemblokiran kereta MTR ataupun jalanan.
75 persen menentang serangan pada properti milik pribadi, dan lebih banyak lagi yang menentang pengrusakan pada properti milik umum, yaitu sebanyak 81 persen.
Dua hal yang paling ditentang masyarakat adalah melempar bom, batu, atau saling menyerang. 81 persen menentang pelemparan batu atau bom, sementara 82 persen menentang aksi saling menyerang.
Sayangnya, 46 persen kubu pro-demokrasi malah setuju aksi pemblokiran MRT dan 45 persen setuju pemblokiran jalanan. Namun, 70 persen kompak menolak merusak fasilitas umum atau saling menyerang.
Advertisement
Rakyat Pesimistis
Dalam survei itu, masyarakat juga pesimistis bahwa akan ada dialog atau kompromi. Hanya ada 42 persen responden percaya hal itu dapat tercapai.
Lebih lanjut, 77 persen warga Hong kong tidak percaya bahwa pendemo dapat dikalahkan. Dan hanya 18 persen yang yakin para pendemo bisa kembali ke kehidupan mereka.
Namun, mereka juga percaya pemerintah tidak akan mau kalah dengan pendemo. Hanya 11 persen responden berkata pihak berwajib akan akan menyerah atas tuntutan pendemo.
52 persen warga Hong Kong berkata demo ini memberi dampak buruk pada kepercayaan mereka kepada hukum. 41 persen malah merasa hubungan kekeluargaan mereka terdampak negatif oleh demo.
Parahnya lagi, 96 persen responden merasa tidak optimistis dengan masa depan Hong Kong. 50 persen pro-pemerintah berkata tak merasa optimistis sama sekali dan 56 persen pro-demonstrasi juga tak merasa optimistis.