Liputan6.com, Hong Kong - Warga Hong Kong akan menyambut tahun baru dengan melakukan demonstrasi besar-besaran di berbagai wilayah. Para demonstran bertujuan mengganggu semarak dan aktivitas belanja. Aktivitas unjuk rasa juga tercatat menanjak sejak Natal 2019.
Acara yang disebut "Suck the Eve" dan "Shop with you" dijadwalkan dimulai pada malam tahun baru, 31 Desember. Lokasi yang menjadi target adalah distrik Lan Kwai Fong, Victoria Harbour, dan berbagai pusat perbelanjaan populer.
Advertisement
Baca Juga
Pada 1 Januari, unjuk rasa lain akan dimulai dari taman di Causeway Bay menuju distrik Central. Civil Human Rights Front (CHRF) selaku penggerak acara berkata polisi sudah memberi izin untuk aksi mereka.
CHRF awalnya merancang aksi damai pada Juni lalu untuk menolak RUU Ekstradisi. Protes warga Hong Kong ternyata terus berlanjut meski RUU Ekstradisi sudah dibatalkan. Awal Desember lalu, CHRF mengklaim 800 ribu orang hadir pada peringatan setengah tahun demo mereka.
Senin malam ini, ada unjuk rasa lagi di distrik Central untuk memperingati kematian dan korban luka-luka dari unjuk rasa ini. Informasi resmi rumah sakit menyebut lebih dari 2.000 pengunjuk rasa telah terluka sejak Juni lalu.
Tidak ada jumlah pasti korban meninggal, namun pada November lalu ada mahasiswa yang tewas bernama Chow Tzk-lok, serta ada laporan bunuh diri terkait demonstrasi ini.
Jumlah partisipan demo dalam beberapa minggu terakhir sudah berkurang, tetapi frekuensinya bertambah. Akhir pekan lalu, pendemo melakukan sweeping pusat perbelanjaan dan mengusir pebisnis asal China.
Demonstrasi Hong Kong yang awalnya hanya membahas RUU Ekstradisi kini berubah menjadi resistensi terhadap pengaruh politik China.
Lebih dari 6.000 pengunjuk rasa telah ditangkap polisi. Gas air mata dan semprotan merica pun sering digunakan polisi untuk memukul mundur pendemo. Tak semua pendemo yang ditangkap lantas dipenjara, karena ada yang membayar uang penangguhan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Rusuh Lagi, Demonstran Hong Kong Usir Pedagang Asal China
Suasana Natal yang penuh sukacita tidak bisa membendung aksi unjuk rasa kubu pro-demokrasi di Hong Kong. Polisi pun harus memukul mundur para demonstran yang melakukan sweeping di pusat perbelanjaan.Â
Dilaporkan VOA Indonesia, polisi bentrok dengan para pengunjuk rasa yang masuk ke sebuah mall di Hong Kong menuntut supaya para pedagang China daratan pergi dari lokasi.
Aksi di Sheung Shui, perbatasan Hong Kong dengan China daratan ini adalah usaha pengunjuk rasa paling baru untuk menekan pemerintah Hong Kong.
Kira-kira 100 demonstran masuk ke pusat pertokoan itu sambil menyerukan "Bebaskan Hong Kong" dan "Pulanglah ke Daratan China!"
Polisi yang berpakaian sipil dan bersenjatakan pentungan menangkap sejumlah demonstran. Seorang polisi menggunakan semprotan merica yang diarahkan pada demonstran dan wartawan. Stasiun radio dan TV Hong Kong melaporkan 14 orang ditangkap.
Pada Sabtu kemarin, sebagian pedagang di mall Sheung Shui itu menutup kios mereka dan menyegelnya dengan pita oranye.Â
Polisi Hong Kong telah menangkap 336 orang pada liburan hari Natal sementara gerakan protes di kota itu terus marak.
Juru bicara kepolisian Hong Kong, Kwok Ka-Chuen mengatakan kepada wartawan bahwa mereka yang ditahan antara Senin dan Kamis itu antara lain 92 perempuan dan anak-anak di bawah umur, berusia semuda 12 tahun.
Penangkapan itu membuat jumlah orang yang ditahan selama protes mendekati 7.000 orang, sebagian besar adalah usia pelajar dan mahasiswa.
Demonstran, yang sebagian mengenakan topi Sinterklas, bentrok dengan polisi Hong Kong pada musim liburan Natal, sementara demonstransi selama enam bulan lebih ini tampaknya akan terus berlangsung hingga tahun baru.
Advertisement