Liputan6.com, Baghdad - Amerika Serikat ditengarai menjadi dalang pembunuhan Jenderal Qasem Soleimani. Mengetahui hal tersebut, Iran pun geram dan menyatakan akan membalas dendam.
Tak lama kemudian, pada Jumat 3 Januari 2020 pagi, Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) di Baghdad mengeluarkan peringatan kepada warganya untuk segera meninggalkan Irak. Informasi itu dikeluarkan selang beberapa jam pascaserangan AS yang menewaskan komandan senior Iran Qasem Soleimani dan Abu Mahdi al-Muhandis, wakil kepala pasukan paramiliter Irak Hashd Shaabi.
Xinhua yang dikutip Sabtu (4/2/2020) melaporkan, pernyataan yang dikeluarkan pihak kedutaan menyebut bahwa seiring meningkatnya ketegangan di Irak dan wilayah sekitarnya, Kedubes AS meminta warganya untuk segera meninggalkan Irak. Pengumuman itu seraya mengonfirmasi bahwa "warga AS dapat pergi menggunakan pesawat selagi memungkinkan, dan jika tidak memungkinkan, pergi ke negara lain melalui jalur darat."
Advertisement
Pernyataan itu juga meminta warga AS untuk mengambil tindakan tertentu, seperti tidak melakukan perjalanan ke Irak, menghindari kompleks Kedubes AS dan memantau media setempat maupun internasional untuk mendapatkan informasi terbaru.
Langkah tersebut muncul beberapa jam pascaserangan AS yang menghantam dua kendaraan di jalan protokol dekat Bandar Udara Internasional Baghdad, yang menewaskan Soleimani dan al-Muhandis.
Pemimpin sementara Irak, Perdana Menteri Adel Abdul Mahdi, pada Jumat 3 Januari, mengecam serangan itu seraya menganggap pembunuhan terhadap seorang pemimpin militer Irak, yang memegang jabatan resmi, sebagai "sebuah agresi melawan Irak, negaranya, pemerintahannya serta rakyatnya."
Saksikan Juga Video Berikut Ini:
Pengganti Jenderal Top Iran yang Tewas oleh AS
Qassem Soleimani terbunuh dalam serangan yang dilancarkan AS. Tak lama kemudian, Pemimpin Agung Iran, Ayatollah Ali Khamenei, menunjuk wakil komandan Pasukan Elite Quds, Brigadir Jenderal Esmail Ghaani, untuk mengisi posisi kepala pasukan.
Mengutip Antara News, Sabtu (3/1/2020), Khamenei menyebut dalam pernyataannya bahwa program Pasukan Quds, unit militer yang bertanggung jawab untuk memproyeksikan pengaruh Iran melalui wakil-wakilnya di kawasan Timur Tengah, "tidak akan berubah dari yang dijalankan oleh pendahulunya."
Ghaani menjadi wakil komandan di Pasukan Quds yang merupakan kepanjangan tangan Pasukan Penjaga Revolusi Iran untuk urusan luar negeri itu sejak 1997.
Dalam pernyataan di tahun 2017, Ghaani menyebut bahwa "ancaman presiden AS Donald Trump terhadap Iran akan menghancurkan AS. " Kami telah mengubur banyak yang seperti Trump dan mengetahui bagaimana cara bertempur melawan AS."
Sebelumnya, Soleimani tewas akibat serangan roket AS di Bandara Internasional Baghdad di Irak, pada Jumat pagi waktu setempat, sebagaimana dikonfirmasi oleh pihak pemerintah Iran maupun pemerintah AS.
Menanggapi pembunuhan tokoh pimpinan militer negaranya, Menteri Pertahanan Iran Amir Hatami menyatakan bahwa Iran akan mengambil langkah pembalasan atas pembunuhan Mayor Jenderal Qassem Soleimani.
"Balas dendam yang menghantam akan kami lakukan untuk pembunuhan tidak adil terhadap Soleimani. Kami akan membalas semua yang terlibat dan bertanggung jawab atas pembunuhan itu," ujar Hatami.
Advertisement