Jenderal Top Iran Tewas Picu Eskalasi Irak, Ini Respons Indonesia

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri (Kemlu) merespons situasi terkini di Irak pasca-serangan yang menewaskan jenderal top Iran di Baghdad.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 04 Jan 2020, 10:58 WIB
Diterbitkan 04 Jan 2020, 10:58 WIB
Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri RI (kredit: Kemlu.go.id)
Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri RI (kredit: Kemlu.go.id)

Liputan6.com, Jakarta - Jenderal Qasem Soleimani, pemimpin pasukan elit Quds Iran tewas dalam sebuah gemburan roket di dekat bandara Baghdad, Irak pada Jumat 3 Januari 2020. Amerika Serikat ditengarai menjadi dalang pembunuhan orang berpengaruh di Negeri 1000 Mullah.

Peristiwa itu kemudian memicu kekhawatiran global, meski sejumlah negara memuji tindakan yang diperintahkan oleh Donald Trump. Apalagi Pemerintah Iran menegaskan akan membalas dendam sebagai respons terhadap serangan drone Amerika Serikat yang menewaskan beberapa perwira Iran, termasuk Jenderal Qasem Soleimani yang memiliki pengaruh signifikan di negaranya.

Perihal tersebut, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri (Kemlu) mengaku prihatin dengan situasi terkini di Irak.

"Indonesia prihatin dengan eskalasi situasi yang terjadi di Irak. Kami meminta semua pihak untuk menahan diri dari tindakan yang dapat memperburuk situasi," tulis Kemlu seperti dikutip dari Kemlu.go.id, sabtu (4/1/2019).

Selain itu, pemerintah Indonesia juga mengeluarkan imbauan kepada warga negara Indonesia (WNI) di Irak pasca-serangan terhadap jenderal top Iran.

"Kami menghimbau WNI di Irak untuk selalu meningkatkan kewaspadaan. Segera hubungi KBRI jika memerlukan informasi/bantuan," tegas pihak Kemlu dalam pernyataan tertulisnya.

Bagi para WNI yang membutuhkan bantuan, dapat menghubungi hotline KBRI Baghdad di nomor +9647500365228.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Bukti Serangan Atas Perintah Donald Trump

Donald Trump Tinjau Tembok Prototipe di San Diego
Presiden AS, Donald Trump meninjau prototipe tembok perbatasan AS dan Meksiko yang kontroversial di San Diego, Selasa (13/3). Prototipe tembok perbatasan Trump memiliki tinggi sekitar 9 meter, dengan puncak yang tebal dan bundar. (MANDEL NGAN / AFP)

Sebuah pernyataan yang dikeluarkan Kamis malam oleh Pentagon menyebut serangan terhadap Soleimani "ditujukan untuk menghalangi rencana serangan Iran di masa depan."

Dilaporkan AP News, jenderal yang terbunuh adalah Qasem Soleimani (atau Suleimani) yang memimpin Pasukan Elit Quds Iran yang bertugas di bidang intel dan masuk ke dalam daftar teroris AS.

Soleimani adalah sosok jenderal berpengaruh di Iran. Kementerian Pertahanan AS mengatakan Soleimani berencana menyerang diplomat dan prajurit AS di Irak.

Soleimani tewas di mobilnya akibat serangan drone AS pada jalanan dekat bandara Baghdad. Pihak keamanan Irak berkata Soleimani baru tiba dari luar negeri, namun belum dipastikan apakah dari Lebanon atau Suriah.

Korban tewas lain adalah pejabat dari Pasukan Mobilisasi Populer (Popular Mobilization Forces/PMF) di Irak yang mendapat dukungan Iran. Salah satunya adalah Abu Mahdi al-Muhandis.

Pihak PMF berkata tubuh Jenderal Soleimani tercabik-cabik akibat serangan. Jasadnya teridentifikasi berkat cincin yang ia pakai.

Penasihat Presiden Iran Hassan Rouhani yakni Hessameddin Ashena mengancam Iran siap melakukan pembalasan. "Siapapun yang melangkahi garis merah harus siap melawan konsekuensi," tulisnya via Telegram.

Presiden Donald Trump sedang berlibur di rumahnya di Mar-a-Lago, Florida. Namun, ia memposting foto bendera AS di Twitter.

Politikus oposisi Senator Richard Blumentshal menyebut tindakan Trump bisa mengancam perang baru. Namun, senator pro-Donald Trump Lindsey Graham justru memberikan pujian.

"Kepada pemerintah Iran: jika kamu ingin tambah, kamu akan diberikan lagi," tulis Graham di Twitter.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya