Liputan6.com, Moskow - Dmitry Medvedev mengumumkan pengunduran dirinya sebagai Perdana Menteri Federasi Rusia pada Rabu, 15 Januari waktu setempat. Pengumuman ini dibuat beberapa jam usai Presiden Rusia Vladimir Putin ingin mengamandemen konstitusi negaranya.
Dilaporkan AP News, Kamis (16/1/2020), Vladimir Putin menerima pengunduran diri Medvedev dan berterima kasih atas jasa-jasanya, meski berkata kabinet Medvedev belum menyelesaikan setiap tugasnya.
Advertisement
Baca Juga
Dmitry Medvedev merupakan orang dekat Putin telah menjabat sebagai PM Rusia sejak 2012. Ia baru saja dipilih lagi menjadi PM pada Mei 2018 untuk yang keenam kalinya.
Mundur sebagai PM bukan berarti Medvedev hengkang dari arena politik. Setelahnya, ia akan menjabat sebagai wakil kepala dewan keamanan presiden.
Medvedev pernah menjadi presiden pada 2008-2012. Ia menggantikan Putin yang saat itu telah menjabat selama delapan tahun dari 2000 - 2008.
Ketika Medvedev menjabat sebagai presiden, Putin menjabat sebagai PM. Pada 2012, Putin kembali menjadi presiden hingga kini. Konstitusi Rusia memiliki aturan dua periode untuk presiden dengan total 12 tahun.
Upaya amandemen Putin pun diduga untuk melanggengkan kekuasannya usai selesai menjabat di 2024.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Sambut 2020, Presiden Putin Sampaikan Pesan Persatuan
Presiden Rusia Vladimir Putin telah menyambut tahun baru dengan memberitahu rakyatnya bahwa mereka hidup di tengah-tengah masa sulit, tetapi warga Rusia tahu bahwa mereka harus tetap bersatu.
"Kita hidup di sebuah masa penuh gejolak, dinamis, dan kontradiktif," katanya dalam pidato tahunan Tahun Barunya.
"Tetapi kita bisa dan harus melakukan segala-galnya sehingga Rusia berkembang dengan sukses, dan semuanya dalam kehidupan kita akan membaik."
Dilansir dari VOA Indonesia, Putin memberikan sambutan tradisional itu hanya beberapa saat sebelum jam Kremlin berdentang menyambut 2020 di Rusia Timur Jauh.
"Kini, selagi kita melihat kedepan dengan penuh semangat seiring dentang lonceng itu, kita yakin dan berharap semua keinginan kita akan menjadi kenyataan," kata Putin.
"Masa kini dan masa depan, juga masa depan anak-anak kita, bergantung pada usaha dan sumbangan kita masing-masing," ia menambahkan.
"Hanya secara bersama kita mampu mengatasi isu-isu yang dihadapi masyarakat dan negara kita. Persatuan kita adalah fondasi untuk pencapaian cita-cita tertinggi kita."
Advertisement
Penurunan Ekonomi Rusia
Sebelumnya, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengidentifikasi peningkatan standar hidup Rusia sebagai pencapaian utama pada 2019.
"Untuk alasan obyektif, standar hidup Rusia stagnan atau turun. Tren negatif ini diamati selama tiga atau empat tahun terakhir," kata Peskov. "Tahun ini, kami dapat membalikkan tren itu. Sejauh ini, kami tidak dapat berbicara tentang pertumbuhan yang substansial. Namun demikian, tren ini telah terbalik."
Ketidakpuasan Rusia terhadap situasi ekonomi mereka adalah salah satu dari banyak alasan di balik gerakan protes yang melanda seluruh negeri pada tahun 2019 dan membantu menyebabkan peringkat persetujuan terendah Putin dalam lebih dari satu dekade.
Statistik resmi Rusia dari kuartal pertama 2019 menunjukkan bahwa 20,9 juta lebih dari 142 juta warga Rusia hidup dalam kemiskinan, sedikit meningkat dibandingkan periode yang sama pada 2018.
Laporan ekonomi Bank Dunia tentang Rusia yang dirilis pada bulan Desember mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi di Rusia meningkat setelah kinerja semester pertama yang lemah pada tahun 2019, dan meramalkan sedikit penurunan kemiskinan.
Indeks Pembangunan Manusia PBB, yang mengukur ketimpangan sosial dan ekonomi di suatu negara, menempatkan Rusia di peringkat ke-49 dari 189 negara pada tahun 2019.