China Tuduh AS Sebarkan Ketakutan dan Kepanikan Terhadap Virus Corona

Kementerian Luar Negeri China menuduh AS menetapkan “contoh yang sangat buruk” ketika datang untuk menangani penyebaran Virus Corona yang menyebar cepat.

oleh Liputan6.com diperbarui 04 Feb 2020, 13:24 WIB
Diterbitkan 04 Feb 2020, 13:24 WIB
Sejumlah Negara Antisipasi Penyebaran Virus Corona
Anggota tim Kementerian Kesehatan Italia bersiap-siap untuk menerapkan langkah-langkah dan prosedur kesehatan terhadap risiko wabah virus corona yang mematikan, setelah penumpang mendarat di bandara Fiumicino Roma, Italia (23/1/2020). (Aeroporto Di Roma/AFP)

Liputan6.com, China - Kementerian Luar Negeri China menuduh AS melakukan 'contoh yang sangat buruk' ketika datang untuk menangani penyebaran Virus Corona yang menyebar cepat.

Kemenlu China mengatakan pemerintahan Presiden Donald Trump menyebarkan ketakutan dan kepanikan alih-alih memberikan bantuan yang sangat dibutuhkan.

Seorang juru bicara kementerian mengatakan itu tidak masuk akal bagi negara-negara di dunia untuk mencoba mencegah orang melintasi perbatasan.

"Pemerintah AS belum memberikan bantuan substantif apa pun kepada kami," kata juru bicara kementerian, Hua Chunying.

"Apa yang telah dilakukannya hanya dapat menciptakan dan menyebarkan ketakutan, yang merupakan contoh yang sangat buruk," ujarnya.

Dilansir CNBC, Selasa (4/2/2020), White House tidak segera memberi komentar terkait pernyataan itu.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Pembatasan Perjalanan

Warga Malaysia dari Wuhan Tiba di Bandara Kuala Lumpur
Warga Malaysia saat tiba setelah dievakuasi dari Wuhan, China akibat virus corona di Bandara Internasional Kuala Lumpur di Sepang, Selasa, (4/2/2020). Warga Malaysia yang dievakuasi dari Wuhan akan dikarantina selama 14 hari. (Muzzafar Kasim/Malaysia's Ministry of Health/AFP)

Komisi Kesehatan Nasional China pada Senin 3 Februari, mengkonfirmasi lebih dari 17.000 kasus Virus Corona di negara itu dan lebih dari 300 kematian akibat virus ini.

Jumlah kematian di daratan China sebagai akibat dari virus ini sekarang telah melampaui epidemi SARS, yang berlangsung dari tahun 2002 hingga 2003.

Akhir pekan lalu, Trump menandatangani perintah sementara yang melarang masuknya warga negara asing yang telah melakukan perjalanan ke China dalam dua minggu terakhir. Australia, Italia, Jepang, Pakistan, Rusia dan Singapura telah mengumumkan pembatasan serupa.

Organisasi Kesehatan Dunia telah menyarankan agar tidak melakukan tindakan semacam itu, dan memperingatkan bahwa pembatasan perjalanan dapat menyebabkan lebih banyak kerugian daripada kebaikan.

"Di dunia global, nasib semua negara terkait erat," kata Hua menekankan bahwa keputusan administrasi Trump untuk memberlakukan pembatasan perjalanan "dapat membuat dan menyebarkan kepanikan."

"Dalam menghadapi krisis kesehatan masyarakat, negara-negara harus bekerja bersama untuk mengatasi kesulitan, daripada menggunakan praktik mengemis tetangga, apalagi memanfaatkan kesulitan orang lain."

WHO Minta Jangan Membuat Panik

Corona
Cara unik melindungi diri dari virus corona

WHO pekan lalu menyatakan virus seperti pneumonia yang mematikan itu merupakan darurat kesehatan global, dengan alasan kekhawatiran bahwa wabah itu terus menyebar ke negara-negara lain dengan sistem kesehatan yang lebih lemah.

Pernyataan WHO dikeluarkan untuk membantu badan kesehatan Perserikatan Bangsa-Bangsa memobilisasi dukungan keuangan dan politik untuk menanggulangi wabah tersebut.

Dalam pidatonya di dewan eksekutif WHO pada hari Senin, delegasi China mendesak masyarakat internasional untuk tidak "secara sengaja membuat kepanikan."

Delegasi meminta negara-negara di seluruh dunia untuk mengobati wabah secara objektif dan mengatakan pemerintah China akan terus mengambil 'sikap bertanggung jawab' terhadap kesehatan warganya.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pada hari Senin bahwa lebih dari 100 kasus Virus Corona telah dikonfirmasi di 23 negara di luar China.

Tedros juga menegaskan kembali pandangan lembaga kesehatan bahwa tidak perlu memaksakan pembatasan yang mengganggu perjalanan dan perdagangan internasional.

 

 

Reporter: Deslita Krissanta Sibuea

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya