Liputan6.com, Seoul- Penutupan akses transportasi yang luas oleh pihak berwenang di China diberlakukan untuk menahan wabah Virus Corona. Namun, menurut dua sumber yang membantu mengatur perjalanan pembelot warga Korea Utara, hal ini akan mempersulit akses perjalanan bagi para pengungsi.
Dalam menangani Virus Corona, pihak berwenang di China telah menerapkan penutupan (dari seorang Pejabat Organisasi Kesehatan Dunia) yang dikatakan belum pernah terjadi sebelumnya.Â
China dikabarkan telah menutup jaringan transportasi umum, juga adanya pembatasan akses ke jalan raya, hingga pemeriksaan dokumen identitas beserta pemeriksaan suhu yang ketat, yang secara efektif menempatkan puluhan juta orang dikarantina di sekitar Provinsi Hubei, tempat wabah Virus Corona dimulai.
Advertisement
Penutupan itu dikabarkan menghalangi jalan utama yang dilintasi oleh warga Korea Utara, yang membuat puluhan pengungsi terpaksa untuk menghentikan perjalanan mereka, dan membuat mereka berisiko untuk kembali ke negara asal dengan hukuman tertentu, seperti dikutip dari VOA, Kamis, (6/2/2020).Â
Saksikan Video Berikut Ini:
Perjalanan yang Berisiko
Sebagian besar pengungsi Korea Utara melewati perjalanan mereka dengan turun melalui China hingga kemudian ke negara-negara di Asia Tenggara, termasuk Laos dan Thailand, sebelum berakhir di Korea Selatan.
Perjalanan para pengungsi bisa memakan waktu berbulan-bulan (atau lebih lama) dengan ribuan kilometer yang dilintasi. Perjalanan ini juga sering melibatkan pendakian melewati gunung dengan berjalan kaki, hingga perahu kecil yang digunakan untuk mendaki sungai.
Risiko perjalanan ke China dikatakan cukup besar, dengan adanya penggunaan dokumen identitas palsu yang terpaksa digunakan oleh pengungsi Korea Utara, menurut seorang broker yang berbasis di Seoul, yang membelot ke Korea Selatan pada tahun 2004.
Advertisement
Kesulitan Bergerak
Ada sekitar 40 warga Korea Utara yang diperkirakan terjebak di berbagai wilayah di China dan tidak dapat bergerak maju karena penutupan, menurut Kim Seung-eun, seorang pastor di Seoul’s Caleb Mission Church, yang juga membantu para pengungsi melarikan diri.
Beberapa kelompok hak asasi manusia (Rights Groups) memperkirakan ada puluhan ribu warga Korea Utara yang berada di berbagai tahap transit melalui China atau telah memutuskan untuk menetap di sana secara ilegal.
Pastor Kim memperingatkan, para pengungsi Korea Utara bisa dalam bahaya jika penutupan di China (karena wabah Virus Corona) meluas hingga melibati inspeksi rumah.
Pada awal pekan ini, Pastor Kim juga mendengar bahwa Korea Utara berhenti untuk meminta para pengungsi mereka dipulangkan dari China, dengan kekhawatiran kedatangan mereka yang dapat membawa virus, katanya kepada VOA’s Korea Service.
Hingga saat ini, belum ada kabar mengenai apa yang akan terjadi pada para pengungsi Korea Utara yang ditemukan oleh pihak berwenang di China selama penutupan.