Liputan6.com, Singapura - Perdana Menteri Lee Hsien Loong pada Sabtu 8 Februari meminta warga Singapura untuk bersikap berani di tengah wabah Virus Corona yang sedang mewabah dan "melewati masa yang penuh tekanan bersama-sama".
Tantangan sesungguhnya dari wabah ini adalah kohesi sosial dan ketahanan psikologis Singapura, katanya dalam pesan yang direkam pada situasi novel Virus Coronadi Singapura. Demikian seperti dikutip daru Channel News Asia, Senin (10/2/2020).Â
Advertisement
Baca Juga
PM Lee menyoroti meningkatnya upaya masyarakat Singapura selama periode ini, termasuk para pemimpin daerah dan sukarelawan Tim Nila yang membantu mendistribusikan masker ke rumah-rumah, mahasiswa yang mengantarkan makanan ke teman mereka yang ditahan di asrama saat mereka cuti, dan petugas kesehatan yang bertugas merawat pasien.
PM Lee juga memuji upaya federasi bisnis, serikat pekerja, pekerja angkutan umum, tentang bagaimana mereka telah berusaha keras untuk mempertahankan layanan, merawat pekerja, dan menjaga Singapura untuk tetap berjalan secara normal.Â
"Mereka adalah inspirasi bagi kita semua. Inilah artinya menjadi orang Singapura. Inilah diri kita," katanya.
Namun, PM Lee mengatakan bahwa situasinya masih berevolusi, yang setiap harinya membawa perkembangan baru, yang harus ditanggapi oleh Singapura dengan cepat dan dinamis.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Tak Perlu Panik
PM Lee menyampaikan bahwa sementara sebagian besar kasus Virus Corona di Singapura datang dari luar, atau dikaitkan dengan kasus impor, bahkan ada beberapa yang tidak dapat dilacak sumber infeksinya.Â
"Ini mengkhawatirkan kita, karena itu menunjukkan bahwa virus itu mungkin sudah beredar di populasi kita sendiri," kata Lee.
Sebagai hasil dari transmisi lokal, Singapura menaikkan level Kondisi Sistem Penanggulangan Penyakit (DORSCON) ke Oranye pada Jumat.
DORSCON memperhitungkan situasi penyakit saat ini di luar negeri, seberapa menularkan penyakit itu, seberapa besar kemungkinan penyakit itu tiba di Singapura dan apa dampaknya pada masyarakat setempat.
Statusnya juga pernah dinaikkan menjadi Oranye ketika terjadi pandemi flu babi H1N1 pada tahun 2009.
"Jadi tidak perlu panik. Kami tidak akan mengunci kota atau membatasi semua orang untuk tinggal di rumah. Kami memiliki persediaan yang cukup, jadi tidak perlu memborong kebutuhan harian dengan mie instan, makanan kaleng, atau tissue toilet, karena beberapa orang telah melakukannya kemarin," katanya.
Namun, jika jumlah kasus infeksi terus bertambah, Singapura harus mempertimbangkan kembali strateginya, kata PM Lee, karena "sia-sia untuk mencoba melacak setiap kontak" jika virus menyebar. Rumah sakit akan kewalahan jika setiap kasus yang dicurigai dirawat di rumah sakit dan diisolasi, katanya.
Pada saat itu, asalkan tingkat kematiannya rendah, Singapura dapat menggeser pendekatannya untuk mendorong mereka yang memiliki gejala ringan untuk melihat dokter pribadi mereka daripada pergi ke rumah sakit. Dengan cara ini, katanya, rumah sakit dan petugas layanan kesehatan akan dapat fokus pada pasien yang paling rentan.
Namun, Singapura belum pada titik itu, kata PM Lee.
"Ini mungkin atau mungkin tidak terjadi, tetapi kami berpikir ke depan dan mengantisipasi beberapa langkah berikutnya," katanya.
"Dan aku berbagi kemungkinan ini denganmu, sehingga kita semua siap secara mental untuk apa yang akan terjadi."
Advertisement