Bahas Virus Corona, Pakar Internasional Bersama WHO Gelar Pertemuan di China

Pakar internasional dan WHO akan menggelar pertemuan pertama untuk membahas Virus Corona.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 17 Feb 2020, 11:32 WIB
Diterbitkan 17 Feb 2020, 11:32 WIB
Kepala WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus (AFP)
Kepala WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus (AFP)

Liputan6.com, Beijing - Para ahli internasional telah mulai melakukan pertemuan dengan rekan-rekan mereka di China mengenai epidemi Virus Corona (COVID-19) baru, yang situasinya di masa mendatang "tidak mungkin untuk diprediksi," kata Organisasi Kesehatan Dunia, Minggu malam, 16 Februari.

"Para pakar internasional yang berpartisipasi dalam misi bersama yang dipimpin oleh WHO di China telah tiba di Beijing dan telah mengadakan pertemuan pertama mereka dengan rekan-rekan China hari ini," kata ketua Organisasi Kesehatan Dunia Tedros Adhanom Ghebreyesus di Twitter.

"Kami menantikan kolaborasi yang sangat penting ini untuk berkontribusi pada pengetahuan global tentang wabah #COVID19."

Mengutip dari Channel News Asia, Senin (17/2/2020), jumlah kasus baru dari epidemi Virus Corona telah menurun selama tiga hari berturut-turut. Kendati demikian, kekhawatiran global tetaplah tinggi tentang penyebarannya. 

Di Hubei, pusat penyebaran virus, jumlah kasus baru melambat untuk tiga hari berturut-turut. Kasus-kasus baru di bagian lain negara itu juga telah turun selama 12 hari berturut-turut.

Mi Feng, juru bicara Komisi Kesehatan Nasional, mengatakan pada hari Minggu bahwa angka-angka itu adalah tanda bahwa China mampu mengendalikan wabah.

"Dampak pencegahan dan pengendalian epidemi di berbagai bagian negara sudah dapat dilihat," katanya kepada wartawan.

Pada kunjungan ke Pakistan, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyatakan keyakinannya bahwa "upaya raksasa" oleh China "akan memungkinkan pengurangan penyakit secara progresif."

Tetapi Tedros memperingatkan bahwa "mustahil untuk memprediksi ke arah mana epidemi ini akan terjadi."

"Kami meminta semua pemerintah, perusahaan, dan organisasi berita untuk bekerja bersama kami untuk membunyikan tingkat peringatan yang sesuai tanpa mengipasi api histeria," katanya di Konferensi Keamanan Munich.

Badan kesehatan PBB juga telah meminta kepada pihak China untuk rincian lebih lanjut tentang bagaimana diagnosis dibuat.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Upaya Pencegahan Diperketat

Petugas medis memeriksa kondisi pasien kritis virus corona atau COVID-19 di Rumah Sakit Jinyintan, Wuhan, Provinsi Hubei, China, Kamis (13/2/2020).
Petugas medis memeriksa kondisi pasien kritis virus corona atau COVID-19 di Rumah Sakit Jinyintan, Wuhan, Provinsi Hubei, China, Kamis (13/2/2020). (Chinatopix Via AP)

Skala epidemi meningkat secara drastis pada hari Kamis setelah pihak berwenang di Hubei mengubah kriteria mereka untuk menghitung kasus. Pihaknya menambahkan 14.000 kasus dalam satu hari.

Pemerintah China telah menempatkan sekitar 56 juta orang di Hubei dan ibukotanya, Wuhan, di bawah karantina. Selain itu juga menyegel provinsi itu dari bagian lain dari China dalam upaya yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk mengendalikan virus ini.

Bahkan ketika China bersikeras epidemi itu di bawah kendali, otoritas Hubei pada hari Minggu mengumumkan pengetatan gerakan di seluruh provinsi.

Perintah ini termasuk instruksi luas bahwa kompleks perumahan dan desa akan "disegel" dari pengunjung yang tidak perlu, dengan tempat wisata "dikelola dengan ketat," serta merekomendasikan penduduk setempat untuk memborong kebutuhan sehari-hari.

Semua ruang publik yang tidak penting juga akan ditutup.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya