Riset Ini Memecah Mitos Pengaruh Gula pada Anak Hiperaktif, Jawabannya...

Studi ini menjawab pertanyaan peran gula dalam perilaku anak- anak yang hiperaktif.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 02 Mar 2020, 08:00 WIB
Diterbitkan 02 Mar 2020, 08:00 WIB
Permen (iStock)
Ilustrasi permen. (Foto: iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta- Gagasan terkait kemungkinan gula sebagai faktor yang membuat anak-anak berperilaku buruk pertama kali muncul dalam literatur medis pada tahun 1922. Namun gagasan tersebut tidak menarik perhatian publik hingga suatu buku yang diterbitkan pada tahun 1975 memberikan kasusnya.

Buku itu adalah karya terlaris Dr Ben Feingold, yang berjudul "Why Your Child Is Hyperactive", yang berisikan penggambaran kasus seorang anak laki-laki yang mungkin menjadi "pasien nol" untuk hubungan yang diduga antara gula dan perilaku hiperaktif.

Dalam buku itu, kasus digambarkan dengan menceritakan seorang anak laki- laki yang menyukai minuman ringan, permen, dan kue yang tampak normal untuk anak sehat mana pun. Namun anak laki – laki itu tampak benar-benar tidak terkendali setelah pesta ulang tahun dan selama pertemuan keluarga di waktu berlibur, seperti dikutip dari Channel News Asia, Senin, (2/3/2020).

Saksikan Video Berikut Ini:

Hasil Temuan

Ilustrasi permen atau gula-gula
Ilustrasi permen atau gula-gula. (Foto: iStock)

Pertanyaan peran gula dalam perilaku anak terjawab dalam sebuah studi pada tahun 1994.

Sekelompok ilmuan yang menulis di New England Journal of Medicine, membagikan studi mereka dengan menguji anak-anak prasekolah dan anak-anak normal yang orang tuanya menggambarkan mereka sebagai sensitif terhadap gula.

Dalam studi ini, baik orang tua, anak-anak maupun staf peneliti tidak tahu anak-anak mana saja yang mendapatkan makanan manis dan mana yang mendapatkan diet yang dimaniskan dengan aspartam dan pemanis buatan lainnya. Kesimpulan dari jurnal ini mengatakan bahwa gula tidak mempengaruhi perilaku atau fungsi kognitif anak-anak.

Sebuah editorial yang menyertai studi ini juga menyatakan kesimpulan dengan mengatakan, "tidak ada bukti bahwa gula saja dapat mengubah anak dengan perhatian normal menjadi anak hiperaktif."

Meskipun telah ditolak sepenuhnya, teori gula bertahan lama sebagai topik penyelidikan yang sedang berlangsung. Namun hasil penyelidikan ini terus berujung pada kesimpulan bahwa gula tidak mempengaruhi perilaku anak-anak.

Di luar itu semua, membatasi konsumsi gula pada anak – anak dikatakan sebagai ide yang bagus, karena dapat membantu melindungi mereka dari risiko obesitas, diabetes tipe 2, dan penyakit jantung.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya