Virus Corona Merebak di AS, Pemerintahan Donald Trump Malah Tak Kompak

Kasus Virus Corona yang meningkat di Amerika seharusnya menjadi titik balik di mana pemerintah AS menanganinya secara serentak.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 09 Mar 2020, 14:50 WIB
Diterbitkan 09 Mar 2020, 14:50 WIB
Kunjungan Donald Trump dengan otoritas layanan kesehatan AS terkait uji Virus Corona di Atlanta.
Kunjungan Donald Trump dengan otoritas layanan kesehatan AS terkait uji Virus Corona di Atlanta. (AP Photo/Alex Brandon)

Liputan6.com, Los Angeles - Jumlah kasus Virus Corona di Amerika Serikat melonjak hingga 500 pasien pada Minggu 8 Maret 2020, termasuk terdapat dua kematian baru. Di saat yang bersamaan, Presiden Donald Trump membela tanggapan pemerintahannya yang ia sebut "terkoordinasi sempurna" terhadap epidemi tersebut.

Virus ini telah mencapai sekitar 30 negara bagian AS, dengan Oregon yang terbaru menyatakan keadaan darurat, dan 60 juta orang di California dan New York berada di bawah langkah-langkah krisis. Demikian seperti dikutip dari Channel News Asia, Senin (9/3/2020). 

Dua kematian lagi dilaporkan di negara bagian Washington, keduanya terkait dengan rumah perawatan yang dilanda virus di dekat Seattle sehingga menjadikan jumlah korban nasional setidaknya 21 orang.

Dalam tweet Trump yang ditulis dini hari, yang dituduh menjajakan informasi yang salah terkait wabah itu, menyalahkan media karena berusaha membuat pemerintahnya "terlihat buruk".

"Kami memiliki rencana yang terkoordinasi dengan sempurna di Gedung Putih untuk berperang terhadap Virus Corona," tulisnya di Twitter.

"Kami bergerak SANGAT awal untuk menutup perbatasan ke daerah-daerah tertentu, yang merupakan anugerah Tuhan. V.P (Vice President) melakukan pekerjaan dengan baik. Media berita palsu melakukan segala kemungkinan untuk membuat kami terlihat buruk. Sedih!"

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Klaim Sebaliknya

Dua Penembakan Massal di AS
Pemandangan bendera nasional AS yang berkibar setengah tiang di Gedung Putih, Washington DC, Minggu (4/8/2019). Presiden Donald Trump memerintahkan bendera dikibarkan setengah tiang selama lima hari sebagai simbol dukacita atas dua penembakan massal di El Paso, Texas, dan Ohio. (Eric BARADAT/AFP)

Sebaliknya, Larry Hogan, gubernur Partai Republik Maryland, mengkritik pesan Trump tentang wabah itu, mengatakan kepada NBC bahwa presiden belum mengkomunikasikan cara apa yang seharusnya dilakukan oleh pemerintahan di bawahnya. 

Penghitungan dari peta Johns Hopkins menyebutkan bahwa jumlah kasus AS yang dikonfirmasi mencapai 547, per Senin 9 Maret, dengan pasien yang baru didiagnosis di negara bagian termasuk Pennsylvania, Illinois, Massachusetts, Connecticut dan New Jersey.

Oregon menyatakan keadaan darurat ketika jumlah pasien di negara bagian barat laut naik menjadi 14, dan Gubernur Kate Brown mengatakan langkah-langkah untuk "membuka" sumber daya utama akan tetap selama setidaknya 60 hari.


Trump Kerap Ditegur

Presiden AS Donald Trump (AP PHOTO)
Presiden AS Donald Trump (AP PHOTO)

Trump telah banyak ditegur karena berulang kali menentang saran dari para pakar pemerintahannya dalam pernyataan publiknya tentang Virus Corona.

Dia telah meremehkan ancaman yang ditimbulkan oleh epidemi,dengan berjanji bahwa vaksin akan segera tersedia dan mengklaim tanpa bukti bahwa perkiraan resmi tingkat kematian adalah "salah".

Beberapa ahli epidemiologi menuduh Gedung Putih lebih mementingkan narasi politik daripada kesiapan dalam negeri.

Salah satu keluhan utama adalah kurangnya pengujian yang disebabkan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) yang mengembangkan alat ujinya sendiri.

Gubernur New York,Andrew Cuomo mengatakan otoritas kesehatan federal telah "tertangkap basah" dan telah "memborgol" kemampuan masing-masing negara bagian untuk merespons.

"Pesan mereka ada di mana-mana, terus terang," katanya kepada Fox News.

Anthony Fauci, direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular, mengatakan kepada Fox News bahwa kemungkinan mengikuti contoh Italia dalam mengunci sebagian besar populasi, atau bahkan seluruh kota, tidak dapat dikesampingkan.

"Anda tidak ingin membuat orang khawatir, tetapi karena penyebaran yang kami lihat, segalanya mungkin terjadi," katanya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya