Pasang 298 Kursi Kosong, Protes Keluarga Korban MH17 ke Kedutaan Rusia di Belanda

Unjuk rasa terjadi sehari sebelum empat orang akan disidang di Den Haag atas dugaan keterlibatan mereka atas jatuhnya Malaysia Airlines MH17.

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Mar 2020, 08:10 WIB
Diterbitkan 10 Mar 2020, 08:10 WIB
Puing-puing MH17 yang direkonstruksi sempat dipamerkan di Gilze-Rijen, Belanda (AP Photo/Peter Dejong, File)
Puing-puing MH17 yang direkonstruksi sempat dipamerkan di Gilze-Rijen, Belanda (AP Photo/Peter Dejong, File)

Liputan6.com, Den Haag - Keluarga dari para korban kecelakaan pesawat Malaysian Airlines MH17 meletakkan 298 kursi kosong di luar Kedutaan Rusia di Belanda.

Dikutip dari laman VOA Indonesia, Selasa (10/3/2020), aksi itu merupakan unjuk rasa yang digelar sehari sebelum empat orang akan disidang di Den Haag atas dugaan keterlibatan mereka dalam jatuhnya jet tersebut.

Pesawat Malaysian Airlines MH17 jatuh di wilayah Ukraina yang dikuasai para separatis pro-Rusia pada Juli 2014.

Rusia telah membantah tuduhan pihaknya terlibat dalam insiden itu, tetapi keluarga para korban menyerukan Moskow untuk berpartisipasi dalam penyelidikan terhadap kecelakaan yang menewaskan seluruh 298 penumpang dan awak di dalamnya.

Demo itu diadakan sehari sebelum persidangan tiga orang Rusia dan seorang warga Ukraina di Den Haag atas dugaan ikut berperan dalam serangan rudal itu.

Deretan kursi lipat putih diatur untuk menyerupai posisi kursi di pesawat itu. Di antara para korban kecelakaan 2014 itu adalah 196 warga Belanda, 43 warga Malaysia, dan 38 warga Australia.

 

Desakan pada Sistem Hukum Belanda

Taman untuk Peringati Korban Pesawat MH17
Bendera setengah tiang terpasang sebelum pembukaan taman untuk mengenang para korban pesawat MH17 di Vijhuizen, Belanda, Senin (17/7). Taman itu terdiri atas 298 pohon, mewakili penumpang dan kru yang tewas dalam pesawat naas itu (Frank van Beek/ANP/AFP)

Desakan ini menuntut agar sistem hukum di Belanda bisa mencari kebenaran dan keadilan dalam kasus yang telah lama terjadi itu.

"Kami sangat yakin pada sistem hukum Belanda untuk mencari kebenaran dan keadilan dalam kasus ini," kata sebuah pernyataan Departemen Luar Negeri AS.

"Kami sekali lagi mendesak Rusia untuk menghentikan sikap agresif dan aktivitas yang mendestabilisasi di Ukraina," tambah pernyataan itu.

Dua penyelidik independen menyimpulkan bahwa pesawat itu ditembak jatuh dengan sebuah rudal anti-pesawat yang dikirim ke Ukraina oleh Rusia untuk membantu para separatis pro-Rusia melawan Ukraina.

Rusia telah membantah pihaknya menyediakan bantuan keuangan atau militer kepada para separatis di Ukraina.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya