AS Pastikan Vaksin Corona COVID-19 Dijual Online Atas Nama WHO Adalah Palsu

Ada banyak sejumlah kasus penipuan yang mengatasnamakan vaksin COVID-19. Di Amerika Serikat, sedikitnya 400 orang telah tewas akibat virus ini.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 23 Mar 2020, 12:02 WIB
Diterbitkan 23 Mar 2020, 12:02 WIB
Ilustrasi suntik vaksin campak pada anak (AFP/Johannes Eisele)
Ilustrasi suntik vaksin campak pada anak (AFP/Johannes Eisele)

Liputan6.com, Jakarta - Departemen Kehakiman Amerika Serikat menyatakan vaksin anti-Virus Corona COVID-19 yang diedarkan dalam situs website yang mengatasnamakan organisasi kesehatan dunia (WHO), adalah palsu.

Dikutip dari laman Channel News Asia, Senin (23/3/2020), mewabahkanya Virus Corona COVID-19 banyak membuat banyak orang tak bertanggung jawab mengambil keuntungan pada momen ini.

Ada banyak sejumlah kasus penipuan yang mengatasnamakan vaksin COVID-19. Di Amerika Serikat, sedikitnya 400 orang telah tewas akibat virus ini.

Sementara ratusan ribu orang di seluruh dunia telah terpapar Virus Corona COVID-19.

Situs itu mengklaim menawarkan kit vaksin yang mereka katakan resmi dari WHO dengan biaya pengiriman US $4,95 ke seluruh dunia.

"Faktanya, saat ini tidak ada vaksin COVID-19 yang sah dan WHO tidak mendistribusikan vaksin semacam itu," kata Departemen Kehakiman dalam sebuah pernyataan.

Atas permintaan departemen, Hakim Distrik A. Robert Pitman mengeluarkan perintah penahanan sementara yang mengharuskan akses publik ke situs web diblokir, kata departemen itu.

Simak video pilihan berikut:

WHO Tengah Mengembangkan 20 Jenis Vaksin Corona COVID-19

Ilustrasi Virus Corona 2019-nCoV (Public Domain/Centers for Disease Control and Prevention's Public Health Image)
Ilustrasi Virus Corona 2019-nCoV (Public Domain/Centers for Disease Control and Prevention's Public Health Image)

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), bekerja dengan para ilmuwan di seluruh dunia, tengah mengembangkan setidaknya 20 jenis vaksin Virus Corona Baru. Beberapa bahkan sudah dalam tahap uji klinis dalam waktu singkat --atau hanya 60 hari setelah mengurutkan gen.

"Akselerasi proses ini benar-benar dramatis dalam hal apa yang dapat kami lakukan, membangun pekerjaan yang dimulai dengan SARS, yang dimulai dengan MERS dan sekarang digunakan untuk COVID-19," kata Dr. Maria Van Kerkhove, pemimpin teknis untuk program kedaruratan WHO, mengatakan pada konferensi pers di kantor pusat organisasi di Jenewa pada Jumat, 20 Maret 2020 lalu, seperti dikutip dari CNBC.

Namun, vaksin masih jauh dari tersedia untuk penggunaan publik, pejabat WHO memperingatkan.

Ilmuwan terkemuka mengatakan, uji coba klinis dan persetujuan keamanan yang diperlukan untuk mendapatkan vaksin Virus Corona Baru yang bisa diterapkan ke pasar bisa memakan waktu hingga 18 bulan.

Mike Ryan, direktur eksekutif program kedaruratan WHO, mengatakan uji coba itu perlu. Hanya ada satu hal yang lebih berbahaya daripada virus jahat "dan itu adalah vaksin yang buruk," katanya.

"Kita harus sangat, sangat, sangat berhati-hati dalam mengembangkan produk apa pun yang akan kita suntikkan ke sebagian besar populasi dunia," katanya, seraya menambahkan bahwa uji coba manusia pertama pada vaksin yang dimulai pekan ini di AS adalah "kemajuan yang belum pernah terjadi sebelumnya."

Dia mengatakan itu tidak akan pernah terjadi jika China dan negara-negara lain tidak berbagi urutan genetik COVID-19 dengan seluruh dunia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya