Ucapan Selamat Hari Bumi dari Dubes Inggris di Tengah Pandemi Corona COVID-19

Selamat Hari Bumi dari Inggris.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 22 Apr 2020, 09:40 WIB
Diterbitkan 22 Apr 2020, 06:30 WIB
Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste, Owen Jenkins.
Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste, Owen Jenkins.(Liputan6.com/ Benedikta Miranti T.V)

Liputan6.com, Jakarta - Kedutaan Besar Inggris di Jakarta mengucapkan selamat Hari Bumi 2020 di tengah pandemi Virus Corona (COVID-19). Ucapan ini disampaikan oleh Dubes Inggris Owen Jenkins yang berharap pemerintah bisa mengingat keadaan lingkungan di tengah pandemi. 

"Pada Hari Bumi ini kita menghadapi tantangan global baru yang belum ada sebelumnya: COVID-19. Tindakan pemerintah dan masyarakat yang fokus untuk menangkan virus ini adalah tepat. (Tetapi) Kita tidak boleh kehilangan fokus terhadap tantangan lain yang kita hadapi sebagai umat manusia, yakni perubahan iklim," ujar Dubes Inggris Owen Jenkins pada Instagram resminya, Rabu (22/4/2020). 

Dubes Owen mengingatkan tanggal 22 April adalah hari ke-50 perayaan Hari Bumi di seluruh dunia. Ia berkata merayakannya di Indonesia dipandang penting mengingat Indonesia memiliki alam yang indah. 

Indonesia juga dinilai berhasil membuat kemajuan dalam melindungi lingkungan, nmun, aksi untuk menangkal perubahan iklim perlu diperkuat, sebab perubahan iklim bisa merugikan alam Indonesia.

"Indonesia sudah membuat progres dalam melindungi harta karun tersebut: mengurangi deforestasi, menumpas sampah plastik, dan melindungi samudera, tetapi seperti negara-negara lain di dunia, Indonesia tetap rentan terhadap dampak perubahan iklim. Sebagai negara kepulauan, seperti negara saya Inggris, Indonesia rentan terhadap naiknya level permukaan laut," ujar Dubes Owen.

Ia lantas menjelaskan salah satu solusinya adalah fokus pada energi terbarukan. Menunda aksi terhadap perubahan iklim bisa mengakibatkan biaya yang lebih tinggi.

Pada ucapan Hari Bumi ini, Dubes Owen juga berkata tahun depan Inggris akan jadi tuan rumah COP26. Ia berharap konferensi itu bisa sukses dan bisa mengajak setiap negara mengurangi perubahan iklim agar keindahan lingkungan bisa dinikmati generasi mendatang.

Sejauh ini Kedubes Inggris masih aktif di tengah epidemi Virus Corona baru, meski demikian keluarga dari staf kedutaan sudah banyak yang meninggalkan Indonesia. Saat ini Inggris sedang melakukan lockdown.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Udara Bersih Saat Pandemi Corona Jadi Bukti Aktivitas Manusia Merusak Lingkungan?

FOTO: Dampak Work From Home, Kualitas Udara Jakarta Membaik
Pemandangan gedung-gedung perkantoran di kawasan Kuningan, Jakarta, Kamis (2/4/2020). Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta menyatakan adanya perbaikan kualitas udara Ibu Kota karena penerapan work from home untuk mencegah meluasnya penyebaran virus corona COVID-19. (Liputan6.com/Fazial Fanani)

Sejak Virus Corona COVID-19 merebak, lingkungan hidup mendapat dampak positif. Di internet, beredar foto-foto sungai Venesia yang makin jernih setelah Italia lockdown, kualitas udara di China juga sempat terpantau membaik.

Organisasi lingkungan internasional Greenpeace menyebut COVID-19 memberi dampak negatif kepada perdagangan dan ekonomi. Alhasil, kegiatan industri tertahan, lalu polusi industri berkurang, dan kualitas lingkungan hidup meningkat. 

"Krisis COVID-19 ini telah berimplikasi terhadap perlambatan dalam perdagangan dan kegiatan ekonomi secara global, seperti yang disaksikan di China, Amerika dan beberapa negara kota di Eropa," ujar Forest Campaigner Team Leader dari Greenpeace Indonesia, Arie Rompas kepada Liputan6.com pada awal April.

Meningkatnya kualitas lingkungan setelah aktivitas industri terhenti akibat lockdown turut membuktikan bahwa manusia dan ekonomi punya andil dalam penyebaran polusi.

"Polusi udara yang hilang, sungai-sungai yang menjadi bersih, adalah bukti bahwa kerusakan lingkungan berasal dari aktivitas ekonomi manusia," lanjut Arie. 

Bagaimana dengan di Indonesia? 

Greenpeace menyebut Indonesia belum mengalami hal serupa. Indonesia juga tidak menjalani lockdown, hanya pembatasan sosial.

Selain itu, Greenpeace memantau masih ada perusahaan yang melakukan pembukaan lahan hutan di Kalimantan dan Papua. Kebijakan pembatasan sosial pemerintah juga dinilai belum memberi efek pada lingkungan. 

"Status pembatasan sosial skala luas yang baru saja di umumkan oleh pemeritah belum maskimal karena beberapa perusahaan masih terus melakukan aktivitas dan kami prihatin bahwa perusahaan ini masih terus mendapatkan keuntungan dari situasi krisis ini," jelas Arie. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya