Liputan6.com, Jakarta - Epidemi Virus Corona (COVID-19) memberikan dampak kelaparan bagi orang-orang yang tak bisa mendapat uang akibat penyebaran virus ini. Perusahaan-perusahaan di Inggris, Amerika Serikat, hingga Indonesia merumahkan pegawai mereka karena harus tutup sementara.
World Food Programme (WFP) yang merupakan bagian dari PBB menyebut, pada 2020 masyarakat yang menderita kelaparan terancam meningkat hingga 265 juta orang. Setengah dari jumlah itu akibat pandemi Virus Corona.
Advertisement
Baca Juga
Kalangan yang paling terdampak adalah mereka yang hidup di negara-negara yang dilanda konflik, seperti Yaman dan Suriah. Direktur Eksekutif WFP David Beasley berkata bencana kelaparan sangat mungkin terjadi.
"Jadi hari ini, dengan COVID-19, saya ingin menekankan bahwa kita tidak hanya menghadapi sebuah pandemi kesehatan global tetapi juga bencana kemanusiaan global. Jutaan penduduk di negara-negara berkonflik, termasuk banyak perempuan dan anak-anak, didorong menuju kelaparan, " ujar Beasley seperti dikutip situs resmi WFP, Rabu (22/4/2020).
WFP memprediksi 130 juta orang menjadi kelaparan tahun ini karena penyebaran Virus Corona. Negara-negara Afrika dan Timur Tengah dinilai akan kena dampak parah.
David Beasley berkata lockdown dan resesi ekonomi bisa membuat rakyat miskin kehilangan penghasilan. Berbagai negara yang mengandalkan ekspor atau turisme juga kena dampak.
Bagi negara kaya yang terdampak Virus Corona, mereka juga akan kesulitan memberi bantuan ke luar negeri karena penghasilan mereka juga berkurang.
WFP berkata meminta berbagai negara mengirimkan pendanaan sebesar USD 1,9 miliar yang sudah dijanjikan. Dana akan digunakan menyiapkan stok untuk membantu orang-orang yang paling terdampak ekonomi.
Selain itu, WFP juga meminta tambahan USD 350 juta untuk menyiapkan USD 350 juta untuk membangun jaringan logistik dan transportasi agar bantuan kemanusiaan tetap berjalan di seluruh dunia.
"Saat ini tidak ada bencana kelaparan. Tetapi saya harus mengingatkan kepada kalian bahwa jika kita tidak bersiap dan bertindak sekarang untuk mengamankan akses, menghindari kekurangan pendanaan, dan disrupsi perdagangan, kita bisa menghadapi banyak bencana kelaparan dalam jumlah besar dalam beberapa bulan saja," ujar David Beasley.
Saat ini, ada 2,5 juta kasus positif Virus Corona di seluruh dunia. Di Indonesia, 2 juta pekerja dirumahkan dan di-PHK akibat pandemi ini.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
2 Juta Pekerja
Kementerian Ketenagakerjaan mencatat, terdapat lebih dari 2 juta tenaga kerja yang terkena aksi pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat penyebaran wabah Virus Corona (COVID-19).
"Dampak COVID-19 ini ternyata memang sangat luas. Yang kita rasakan ini berdampak pada sektor tenaga kerja," ucap Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah saat berbincang dalam sesi live streaming bersama Liputan6.com.
Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan per 20 April 2020, Ida menyampaikan, tercatat sebanyak 84.926 perusahaan telah merumahkan para pekerjanya.
"Data total perusahaan, pekerja/buruh formal dan tenaga kerja sektor informal yang terdampak COVID-19, data terakhir tanggal 20 April, itu sektor formal yang dirumahkan dan di-PHK 84.926 perusahaan. Kalau jumlah pekerja atau buruhnya itu 1.546.208," paparnya.
Kemudian untuk sektor informal yang terdampak, Kementerian Ketenagakerjaan mendata, ada 31.444 perusahaan yang harus merumahkan karyawan, dengan jumlah pekerja terkena PHK mencapai 538.385 orang.
Mengutip laporan tersebut, Ida mengatakan, terdapat sekitar 116 ribu perusahaan yang kegiatannya tersendat akibat penyebaran COVID-19, dengan jumlah karyawan PHK mencapai 2 juta orang lebih.
"Jadi totalnya antara sektor formal dan sektor informal, perusahaannya ada 116.370. Jumlah pekerjanya ada 2.084.593," tuturnya.
Advertisement