Riset di Hong Kong Sebut 3 Obat yang Bisa Sembuhkan Infeksi Virus Corona

Tiga obat antivirus, lopinavir ritonavir, ribavirin, dan interferon beta, disebut dapat membantu meringankan gejala sakit infeksi virus corona.

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Mei 2020, 09:00 WIB
Diterbitkan 10 Mei 2020, 09:00 WIB
Ilustrasi Virus Corona 2019-nCoV (Public Domain/Centers for Disease Control and Prevention's Public Health Image)
Ilustrasi Virus Corona 2019-nCoV (Public Domain/Centers for Disease Control and Prevention's Public Health Image)

Liputan6.com, Hong Kong - Tiga obat antivirus, lopinavir ritonavir, ribavirin, dan interferon beta, disebut dapat membantu meringankan gejala sakit infeksi virus corona pada pasien dengan keluhan ringan dan menengah, demikian hasil uji coba yang dilakukan di Hong Kong.

Hasil uji coba itu turut menunjukkan kombinasi tiga obat tersebut dapat menurunkan kadar virus corona SARS-CoV-2, penyebab COVID-19, dalam tubuh pasien.

Uji coba tersebut melibatkan 127 pasien. Peneliti membuat perbandingan antara pasien yang hanya mengonsumsi obat HIV, lopinovir ritonavir dengan pasien yang meminum lopinovir ritonavir, obat hepatitis ribavirin, dan obat sklerosis interferon beta sekaligus.

Hasil penelitian, sebagaimana dipublikasikan dalam jurnal kedokteran Lancet, menunjukkan rata-rata pengguna tiga obat tersebut tidak memiliki virus dalam tubuhnya lima hari lebih awal daripada mereka yang hanya mengonsumsi satu obat. Pasien yang hanya mengonsumsi satu obat rata-rata sembuh dalam waktu tujuh sampai 12 hari.

"Percobaan kami memperlihatkan pengobatan lebih awal terhadap pasien COVID-19 dengan gejala ringan dan menengah dengan kombinasi tiga obat antivirus tersebut dapat menekan penyebaran virus dalam tubuh pasien, meringankan gejala penyakit, dan mengurangi risiko penularan terhadap tenaga medis," kata Kwok- Yung Yuen, salah satu kepala peneliti dan profesor universitas di Hong Kong, seperti diwartakan Reuters, dikutip dari Antara, Minggu (10/5/2020).

Ia menjelaskan risiko penularan ke tenaga kesehatan dapat dikurangi karena obat dapat meringankan dampak "pelepasan virus" (viral shedding), yaitu saat ketika virus corona terdeteksi dan berpotensi menular ke pihak lain.

Simak video pilihan berikut:

Membawa Harapan

Ilustrasi gambar SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan Corona COVID-19, diisolasi dari seorang pasien di AS. Diperoleh 27 Februari 2020 milik National Institutes of Health yang diambil dengan mikroskop elektron transmisi.(AFP/National Institutes Of Health)
Ilustrasi gambar SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan Corona COVID-19, diisolasi dari seorang pasien di AS. Diperoleh 27 Februari 2020 milik National Institutes of Health yang diambil dengan mikroskop elektron transmisi.(AFP/National Institutes Of Health)

Selama uji coba berlangsung, seluruh pasien mendapatkan perawatan standar sesuai kebutuhan, di antaranya termasuk pemakaian alat bantu pernapasan (ventilator), alat bantu cuci darah, pemberian antibiotik dan kortikostreroid atau obat anti-peradangan.

Kowk-Yung Yuen mengatakan temuan itu "membawa harapan", tetapi efek tiga obat tersebut masih perlu diuji coba ke pasien dalam jumlah lebih besar dan pasien COVID-19 dengan gejala sakit parah.

Sejumlah ahli independen setuju mengakui temuan tersebut, tetapi mereka sepakat studi dengan skala lebih besar dan lebih mendetail dibutuhkan guna memperkuat kesimpulan.

"Hasil penelitian ini... membenarkan penambahan interferon beta ke dalam daftar obat yang berbasis penelitian, dan hasil tersebut perlu kembali diuji coba lebih lanjut ke pasien yang dipilih secara acak, "kata Stephen Evans, profesor farmakoepidemiologi London School of Hygiene & Tropical Medicine.

Pengalaman bertahun-tahun mengobati HIV, virus penyebab AIDS, menunjukkan pengobatan terbaik menggunakan kombinasi beberapa obat yang berbeda. "Strategi semacam itu dapat dipraktikkan untuk pasien COVID-19," kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya