Liputan6.com, Cape Town - Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa mengatakan sebagian besar wilayah negara itu akan menuju pelonggaran restriksi terkait wabah Virus Corona akhir bulan ini, meskipun jumlah kasus terkonfirmasi telah melampaui 12 ribu.
Dalam pidato yang ditayangkan televisi Rabu malam, Ramaphosa mengumumkan mereka akan segera memulai proses konsultasi dengan pihak-pihak terkait mengenai usulan agar pada akhir Mei, sebagian besar wilaya negara itu dalam kondisi kesiagaan level 3 dan sejumlah bisnis akan dibuka sebagian.
Pendekatan Afrika Selatan untuk memperlambat penyebaran Virus Corona diperhitungkan berdasarkan sistem bertingkat, dengan level 5 sebagai langkah paling ketat, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Jumat (15/5/2020).
Advertisement
Baca Juga
Negara itu mengawali kesiagaan level 4 pada 1 Mei lalu dengan mengizinkan warga berolahraga di luar ruangan dan sejumlah bisnis dibuka kembali.
Ramaphosa mengatakan daerah-daerah dengan tingkat penularan yang tinggi akan tetap berada pada kesiagaan level 4 dan perjalanan ke daerah-daerah dengan tingkat penularan yang lebih rendah akan dibatasi.
Ramaphosa juga membela cara penanganannya terhadap wabah COVID-19, dengan mengatakan sebagian warga telah mempertanyakan apakah pendekatannya dalam menangani Virus Corona telah mengorbankan mata pencaharian rakyat.
Ia mengatakan pendekatan strategis pemerintahannya didasarkan pada menyelamatkan nyawa dan mempertahankan mata pencaharian. Sasaran pentingnya adalah memperlambat laju penularan melalui sejumlah intervensi dalam langkah-langkah pencegahan Virus Corona di negara itu.
Afrika Selatan memiliki jumlah kasus Virus Corona tertinggi di benua itu, dengan 12.074 tertular dan 219 kematian.
Simak video pilihan berikut:
WHO: Afrika Bisa Jadi Pusat Baru Pandemi Virus Corona COVID-19
Afrika dapat menjadi episentrum berikutnya dari wabah virus corona, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan.
Para pejabat PBB juga mengatakan, kemungkinan pandemi di benua itu akan membunuh sedikitnya 300.000 orang di Afrika dan mendorong hampir 30 juta orang ke dalam kemiskinan.
"Jika Anda melihat proporsi orang yang bepergian, Afrika memiliki lebih sedikit orang yang bepergian secara internasional," kata Direktur WHO Afrika, Matshidiso Moeti, seperti dikutip dari BBC.
Minggu lalu di Afrika telah menyaksikan peningkatan tajam dalam kasus virus corona.
Ada hampir 1.000 kematian dan hampir 19.000 infeksi di seluruh Afrika, sejauh ini angka yang jauh lebih rendah daripada di bagian Eropa dan AS.
Komisi Ekonomi PBB untuk Afrika - yang memperingatkan 300.000 orang bisa mati - menyerukan jaring pengaman senilai US$ 100 miliar untuk benua itu, termasuk menghentikan pembayaran utang luar negeri.
WHO mengatakan virus itu tampaknya menyebar jauh dari pusat kota Afrika.Ini juga menyoroti bahwa benua itu tidak memiliki ventilator untuk menangani pandemi.
Lebih dari sepertiga populasi Afrika tidak memiliki akses ke pasokan air yang memadai dan hampir 60% penduduk kota tinggal di daerah kumuh yang padat - kondisi di mana virus corona dapat berkembang.
Advertisement