Liputan6.com, Jakarta- Amerika Serikat ingin mencegah China dan Rusia mengambil kendali di antariksa dan akan meminta bantuan sekutu. Demikian seperti ditulis dalam laporan "Strategi Luar Angkasa Pertahanan" baru yang diluncurkan oleh Pentagon pada Rabu 17 Juni.
Melansir Channel News Asia, Jumat (19/6/2020), dokumen strategi itu adalah yang pertama sejak Presiden Donald Trump mengumumkan pembentukan pasukan militer antariksa AS pada Desember.
"China dan Rusia menghadirkan ancaman strategis terbesar karena pengembangan, pengujian, dan penyebaran kemampuan counterspace mereka," katanya.
Advertisement
"China dan Rusia masing-masing telah mempersenjatai ruang angkasa sebagai cara untuk mengurangi efektivitas militer AS dan sekutu dan menantang kebebasan kita untuk beroperasi di luar angkasa," sambungnya.
Strategi tersebut menekankan bahwa AS akan berusaha untuk mempertahankan keunggulan dalam antariksa, khususnya melindungi satelit GPS yang menjadi dasar militer serta layanan darurat, transportasi, dan bahkan layanan keuangan.
Sejauh ini, China telah menginvestasikan dana hingga miliaran dolar di luar angkasa dan menempatkan banyak satelit di orbit.
Pada 2007, Beijing juga berhasil menguji serangan rudal permukaan ke udara terhadap satelit, menurut Pentagon.
Saksikan Video Berikut Ini:
Rencana Rusia
Rusia berencana meluncurkan uji coba roket pembawa berat bernama Angara pada akhir tahun ini, dan terus maju dengan pengembangan rudal balistik antarbenua baru, Sarmat.
Pada tahun 2018, Presiden Vladimir Putin membual bahwa Sarmat adalah salah satu senjata Rusia baru yang dapat membuat pertahanan NATO menjadi usang.
AS, yang menghidupkan kembali program penjelajahan antariksa, baru-baru ini merayakan penerbangan pesawat antariksanya yang pertama dalam hampir satu dekade, mengirimkan dua astronot ke Stasiun Luar Angkasa Internasional dengan kapsul yang dibangun secara pribadi.
Dokumen strategi menggarisbawahi bahwa AS akan "mempromosikan pembagian beban dengan sekutu dan mitra kami."
Advertisement