Lockdown 6 Minggu Imbas Corona COVID-19, Panic Buying Kembali Terjadi di Melbourne

Panic buying kembali terjadi di Melbourne akibat lockdown terkait Virus Corona COVID-19 yang akan segera diberlakukan.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 09 Jul 2020, 11:09 WIB
Diterbitkan 09 Jul 2020, 09:28 WIB
Supermarket Australia Terapkan Jam Belanja Khusus Lansia
Warga lanjut usia (lansia) berbelanja di pasar swalayan Woolworths di Canberra, 17 Maret 2020. Jaringan pasar swalayan terbesar di Australia, Woolworths, akan menawarkan jam khusus belanja prioritas bagi lansia dan penyandang disabilitas, yang terkena dampak panic buying COVID-19. (Xinhua/Chu Chen)

Liputan6.com, Melbourne - Rak-rak supermarket terlihat kosong, ketika jutaan orang di Melbourne bersiap untuk kembali ke aturan lockdown akibat pandemi Virus Corona COVID-19.

Mengutip Channel News Asia, Rabu (8/7/2020), lima juta penduduk diperintahkan kembali ke aturan lockdown selama enam minggu karena melonjaknya transmisi komunitas terhadap virus corona baru dan membawa lebih dari 100 kasus baru setiap hari.

134 infeksi lebih lanjut terdeteksi dalam 24 jam terakhir, angka yang masih sangat kecil jika dibandingkan dengan negara-negara yang terpukul keras seperti AS dan Brasil. Tetapi angka tersebut masih dianggap sebagai lonjakan besar di Australia, yang dinyatakan berhasil mengatasi COVID-19.

Jaringan supermarket terbesar di negara itu, Woolworths, mengatakan telah menerapkan kembali batas pembelian pada barang-barang termasuk pasta, sayuran dan gula setelah pembeli bergegas ke toko-toko di seluruh negara bagian Victoria.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Kembali Lockdown

Panic Buying Akibat Virus Corona Landa Australia
Rak-rak kosong tempat cairan pembersih tangan di sebuah supermarket di Sydney, Rabu (4/3/2020). Supermarket terbesar Australia mengumumkan batas pembelian tisu toilet dan pembersih tangan (handsanitizer) setelah terjadi panic buying akibat ketakutan penyebaran virus corona COVID-19 (PETER PARKS/AFP)

Restoran dan kafe akan dibatasi untuk menyajikan makanan yang hanya bisa dibawa pulang, sementara pusat kebugaran, salon kecantikan dan bioskop akan terpaksa ditutup lagi.

Penduduk akan dibatasi untuk meninggalkan rumah mereka kecuali untuk pekerjaan, olahraga, perawatan medis atau untuk membeli barang-barang kebutuhan pokok. 

Profesor Michael Kyrios, seorang psikolog klinis di Flinders University, memperingatkan bahwa Victoria perlu bersiap untuk "datangnya krisis kesehatan mental" sebagai akibatnya.

"Ini kemungkinan akan menempatkan sistem perawatan kesehatan mental dalam situasi genting dengan kemampuan yang sangat terbatas untuk memobilisasi sumber daya dalam menanggapi meningkatnya insiden penyakit mental yang timbul dari krisis COVID," katanya.

"Ini bukan situasi yang diinginkan siapa pun, tetapi inilah kenyataan yang harus kita hadapi," kata Daniel Andrews, selaku pemimpin negara bagian. 

"Melakukan sebaliknya berarti berpura-pura bahwa ini tidak nyata, berpura-pura bahwa kita memiliki pilihan lain."

Otoritas kesehatan mengatakan mereka telah menghubungkan banyak kasus Melbourne ke hotel-hotel di mana penduduk yang kembali dari luar negeri sedang dikarantina.

Media setempat melaporkan penjaga keamanan telah melanggar protokol pengendalian infeksi - termasuk yang diduga berhubungan seks dengan tamu yang ditahan secara terpisah.

Hal ini pun mendorong pemerintah untuk mengganti kontraktor swasta dengan staf karantina dan meluncurkan penyelidikan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya