Liputan6.com, Srebrenica - Komunitas Muslim di Bosnia memperingati 25 tahun pembantaian di Srebrenica, saat Perang Bosnia. Ada 8.372 umat Muslim yang tewas dalam pembantaian itu.
Srebnica adalah sebuah kota di Bosnia-Herzegovina. Pada Juli 1995, Umat muslim di kota itu menjadi korban pembersihan etnis oleh Pasukan Serbia Bosnia yang dipimpin Jenderal Ratko Mladic.
Advertisement
Baca Juga
Dilansir BBC, Senin (13/7/2020), masyarakat Srebrenica berkumpul bersama untuk memperingati tragedi tersebut, sekaligus salat bersama untuk korban yang baru diidentifikasi.
Pada tragedi itu, ribuan orang dieksekusi dan dikubur di kuburan massal dengan buldozer. Berbagai laporan menyebut ada korban yang dikubur hidup-hidup dan beberapa orang dewasa dipaksa melihat anaknya dibunuh. Pasukan PBB yang tak bersenjata lengkap tidak berdaya mencegah pembantaian.
Presiden asosiasi Para Ibu Srebrenica (Mothers of Srebrenica), Munira Subasic, memberikan pesan kepada para pelaku genosida. Ia menyebut akan terus menghantui pelaku.
"Kami akan menghantui kalian dan kami tak akan pernah lelah. Salah satu dari kami akan selalu ada untuk menghantui kalian. Ini adalah hak kami dan tugas kami," ujar Munira Basic.
Banyak pemimpin dunia yang juga ikut memberikan pernyataan.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson memberikan dukungan kepada korban dan menyebut banyak pelaku yang belum diadili.
Pangeran Charles dari Inggris juga berkata pembantaian yang terjadi merupakan hal yang mengerikan dalam kesadaran masyarakat internasional. Mantan Presiden Amerika Serikat Bill Clinton berkata akan terus berbicara untuk para keluarga yang berduka.
"Ini adalah ingatan keras tentang harga yang mengerikan kepada yang kita bayar ketika kita balik badan terhadap kemanusiaan yang kita anut," ujar Bill Clinton.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Peringatan Terbatas Akibat Virus Corona
Peringatan pembantaian tahun ini bersifat terbatas akibat adanya Virus Corona. Berdasarkan data CoronaTracker, ada 6.877 kasus di negara Balkan tersebut.
Ada sembilan korban yang dikubur tahun ini. Mereka adalah korban yang baru berhasil diidentifikasi dalam setahun terakhir.
Mereka dikubur di Potocari.
"Saya mengubur ayah saya," ujar Fikret Pezic yang ayahnya salah satu korban tertua.
"Butuh 25 tahun sampai kami menemukan tubuhnya, jenazahnya, sehingga ia akhirnya bisa menemukan kedamaian," ia menambahkan.
Â
Advertisement