Liputan6.com, Moskow - Rusia dituding berada di balik peretasan dunia maya besar-besaran dan berkelanjutan untuk mencuri informasi dari perusahaan farmasi dan institusi akademik Barat, yang melakukan penelitian tentang vaksin Virus Corona COVID-19 dan pengobatannya.
Para pejabat Amerika, Inggris, dan Kanada, mengutarakan tuduhan pencurian informasi terkait Vaksin COVID-19 tersebut pada Kamis 16 Juli.
Baca Juga
Dalam sebuah pernyataan bersama, pemerintah ketiga negara itu mengatakan operasi peretasan dimulai pada Februari dan sejak itu dilakukan tanpa henti.
Advertisement
National Cyber Security Centre Inggris, bagian dari agen intelijen negara, GCHQ, mengeluarkan pernyataan tersebut, yang dikoordinasikan dengan mitra-mitranya di Amerika dan Kanada. Para pejabat mengidentifikasi kelompok peretas Rusia APT29, yang juga dijuluki Cozy Bear, berada di balik peretasan itu.
"APT29 memiliki sejarah panjang menarget organisasi pemerintah, diplomatik, penelitian, perawatan kesehatan dan energi untuk mendapatkan data intelijen. Jadi, kami mendorong semua orang untuk menanggapi ancaman ini dengan serius dan menerapkan mitigasi yang dikeluarkan dalam pedoman," kata Anne Neuberger, direktur keamanan dunia maya di Badan Keamanan Nasional Amerika dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari VOA Indonesia, Jumat (17/7/2020).
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menolak tuduhan peretasan informasi terkait penelitian vaksi Virus Corona COVID-19.
"Kami tidak memiliki informasi tentang siapa yang bisa meretas perusahaan farmasi dan pusat penelitian di Inggris. Kami hanya bisa mengatakan satu hal – Rusia tidak punya hubungannya dengan upaya-upaya itu."
Saksikan juga Video Ini:
Rusia Sangkal Tuduhan
Pihak Rusia kemudian menyangkal tuduhan Inggris bahwa "agen-agen Rusia" berupaya mencampuri pemilihan umum tahun lalu dan badan intelijen Rusia kemungkinan besar meretas penelitian vaksin Virus Corona COVID-19.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengatakan kepada kantor berita TASS, "Kami tidak punya informasi tentang siapa yang bisa meretas perusahaan farmasi dan pusat penelitian di Inggris," katanya dan menambahkan,”Kami hanya bisa mengatakan, Rusia tidak terlibat dengan upaya ini."
Dalam konferensi pers di Moskow hari Kamis, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan, "Penyelidikan kriminal sedang berlangsung, kata Menteri Luar Negeri Inggris, Dominic Raab. Dalam tahap ini, tidak pantas bagi kami untuk mengatakan sesuatu (mengutip perkataan Raab). Pernyataan itu begitu kabur dan kontroversial, sehingga hampir mustahil untuk dipahami. Kalau tidak pantas diceritakan, maka jangan dikatakan. Jika Anda mengatakannya, tunjukkan fakta-faktanya."
Inggris, Amerika dan Kanada hari Kamis menuduh Rusia mencoba mencuri informasi dari para pakar yang sedang meneliti vaksin COVID-19. Tiga negara itu menuduh kelompok peretasan APT29, yang dikenal sebagai Cozy Bear dan dikatakan sebagai bagian dari dinas intelijen Rusia yang menyerang lembaga-lembaga penelitian akademik dan farmasi yang terlibat dalam pengembangan vaksin Virus Corona COVID-19.
Pusat keamanan cyber nasional Inggris membuat pengumuman yang dikoordinasikan dengan pihak berwenang di AS dan Kanada.
"Sangat tidak dapat diterima kalau Badan Intelijen Rusia menarget orang-orang yang bekerja untuk menanggulangi pandemi corona," kata Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab dalam sebuah pernyataan.
“Sementara orang lain mengejar kepentingan diri mereka sendiri dengan perilaku sembrono. AS dan sekutunya bekerja keras untuk mengembangkan vaksin dan melindungi kesehatan dunia.''
Serangan yang gigih dan berkelanjutan itu dilihat oleh para pejabat intelijen sebagai upaya untuk mencuri kekayaan intelektual di samping mengganggu penelitian. Kampanye "aktivitas jahat" sedang berlangsung, termasuk serangan "terutama terhadap pemerintah, diplomatik, badan think-tank, perawatan kesehatan dan sasaran-sasaran energi," kata Pusat keamanan syber Nasional Inggris dalam sebuah pernyataan.
Tidak jelas apakah ada informasi yang benar-benar dicuri, tetapi pusat cyber itu mengatakan, informasi rahasia tiap individu belum pasti telah terancam. Kementerian Luar Negeri Rusia tidak segera menanggapi permintaan untuk memberi komentar.
Advertisement