Jelang Negosiasi Damai, Serangan Taliban Bunuh 8 Prajurit Afganistan

Serangan Taliban membunuh 8 prajurit Afganistan. Padahal, negosiasi damai diprediksi akan segera berlangsung.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Jul 2020, 09:26 WIB
Diterbitkan 21 Jul 2020, 08:30 WIB
Kelompok militan Taliban di Afghanistan.
Kelompok militan Taliban di Afghanistan. (AFP)

Liputan6.com, Kabul - Jalan damai antara pemerintah Afganistan dan [Taliban ](4199224 "" )masih terus menghadapi tantangan. Belum dimulai negosiasi, Taliban malah menyerang pasukan keamanan Afganistan.

Dilaporkan VOA Indonesia, Selasa (21/7/2020), dua serangan Taliban di Provinsi Kunduz, Afghanistan utara Senin pagi kemarin menewaskan sedikitnya delapan personel keamanan Afghanistan dan melukai banyak lainnya, menurut pihak berwenang provinsi.

Esmatullah Muradi, seorang juru bicara gubernur provinsi, memberitahu VOA bahwa para militan itu menyerang pos-pos keamanan selepas tengah malam dan pertempuran berlanjut semalaman. Dia mengatakan 13 militan Taliban juga tewas dalam pertempuran di desa Dhinwari, dekat pusat provinsi.

Lewat cuitan, juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengukuhkan serangan itu dan mengatakan bahwa sembilan personel keamanan Afghanistan tewas. Dia juga mengatakan sebuah kendaraan Humvee hancur dan awaknya tewas ketika dalam perjalanan untuk memperkuat pasukan Afghaanistan.

Sementara itu, di provinsi Baghlan di dekatnya, ketidakamanan telah meningkat dalam beberapa pekan belakangan. Banyak warga setempat melaporkan pos-pos pemeriksaan ilegal milik Taliban di jalan raya Kabul-Mazar-e-Sharif antara Baghlan dan Mazar-e-Sharif.

Berbagai serangan militan berlanjut sementara pemerintah Afghanistan ditekan untuk memfasilitasi dimulainya perundingan dengan Taliban secepatnya.

“Kami desak pemimpin negara ini untuk segera mendirikan pemerintahan baru, membentuk Dewan Tinggi bagi Rekonsiliasi Nasional, menyelesaikan pertukaran tahanan, dan mulai membuka perundingan intra-Afghanistan," cuit diplomat AS yang menjabat sebagai duta besar AS untuk Afghanistan, Ross Wilson, Minggu 19 Juli.

Pemerintah Afganistan telah menyalahkan Taliban atas tertundanya perundingan yang seharusnya dimulai pada Maret, tapi terhenti beberapa kali.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Pekan Lalu Juga Bentrok

Mullah Abdul Ghani Baradar, pemimpin politik utama Taliban, akan bertemu dengan menteri luar negeri AS di luar Doha.
Mullah Abdul Ghani Baradar, pemimpin politik utama Taliban, akan bertemu dengan menteri luar negeri AS di luar Doha. [Hussein Sayed / AP]

Sebelumnya, Taliban bentrok dengan pasukan keamanan setelah terjadi ledakan bom mobil di kompleks pemerintah Afghanistan pada 13 Juli 2020 waktu setempat.

Serangan yang menewaskan 11 orang dan melukai puluhan lainnya itu, terjadi di fasilitas pemerintah di ibu kota Provinsi Samangan, Aybak, dekat dengan badan intelijen utama, kantor Direktorat Keamanan Nasional (NDS).  

Juru bicara pemerintah Provinsi Samangan, Mohammad Sediq Azizi mengatakan, "Ini serangan kompleks yang dimulai dengan bom mobil".

Mohammad juga menambahkan, bahwa serangan berakhir setelah empat pria penyerang yang bersenjata tewas setelah bentrokan dengan pasukan keamanan Afghanistan. 

11 orang yang tewas karena serangan itu adalah pasukan keamanan, menurut para pejabat setempat. 

Sementara 43 warga sipil, termasuk anak-anak, dan anggota pasukan keamanan mengalami luka-luka karena serangan itu, dengan jumlah yang diperkirakan akan meningkat, kata Direktur Kesehatan Provinsi Samangan, Khalil Musadeq. 

Haseeb, seorang pegawai pemerintah yang hanya memberikan satu nama dan bekerja di dekat lokasi serangan, menceritakan kesaksiannya dengan mengatakan, "Ledakan itu cukup besar hingga merusak semua jendela kita," seraya menambahkan bahwa "Banyak orang yang terluka karena pecahan kaca".

Taliban mengklaim mereka bertanggung jawab atas serangan tersebut. Hal itu dipaparkan oleh Zabihullah Mujahid, yang merupakan seorang juru bicara Taliban, demikian seperti dikutip dari Aljazeera, Selasa lalu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya