WHO: Pandemi COVID-19 Adalah Situasi Kesehatan Darurat Paling Parah

WHO menyatakan bahwa pandemi Virus Corona COVID-19 merupakan situasi kesehatan darurat yang pernah dihadapi.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 28 Jul 2020, 09:37 WIB
Diterbitkan 28 Jul 2020, 09:30 WIB
FOTO: Kasus COVID-19 Dunia Tembus 10 Juta, 500 Ribu Orang Meninggal
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus saat konferensi pers daring dari Swiss dilihat di Brussel, Belgia, Senin (29/6/2020). Virus corona COVID-19 telah menginfeksi lebih dari 10 juta orang di seluruh dunia, lebih dari 500 ribu di antaranya meninggal dunia. (Xinhua/Zhang Cheng)

Liputan6.com, Jenewa - Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa pandemi Virus Corona COVID-19 adalah situasi kesehatan darurat global paling gawat yang pernah dihadapi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Mengutip BBC, Selasa (28/7/2020), ia juga mengatakan bahwa dirinya akan mengadakan kembali komite darurat WHO minggu ini guna meninjau lebih lanjut.

Ada lima keadaan darurat kesehatan global lainnya: Ebola (dua wabah), Zika, polio, dan flu babi.

Lebih dari 16 juta kasus Virus Corona COVID-19 telah dilaporkan sejak Januari. Hingga saat ini, lebih dari 650.000 kematian telah terjadi.

"Ketika saya menyatakan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional pada 30 Januari ... ada kurang dari 100 kasus di luar China, dan tidak ada kematian," kata Dr. Tedros.

"COVID-19 telah mengubah dunia kita. Ia telah menyatukan orang, komunitas, dan bangsa, juga membuat mereka terpisah," sambungnya. 

Jumlah total kasus, tambahnya, telah meningkat dua kali lipat dalam enam minggu terakhir.

Meskipun dunia telah melakukan upaya besar dalam memerangi virus, masih ada "jalan panjang yang sulit di depan kita", katanya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Pembatasan Perjalanan

Direktur Eksekutif Program Kedaruratan World Health Organization (WHO) Michael Ryan
Direktur Eksekutif Program Kedaruratan World Health Organization (WHO) Michael Ryan dalam konferensi pers di Jenewa, Swiss pada Rabu (1/7/2020) (Tangkapan Layar siaran WHO)

Pada briefing hari Senin di Jenewa, Swiss, WHO juga mengatakan pembatasan perjalanan tidak bisa menjadi jawaban untuk jangka panjang, dan negara-negara harus berbuat lebih banyak untuk menghentikan penyebaran dengan mengadopsi strategi yang telah terbukti, seperti menerapkan jarak sosial dan mengenakan masker.

"Akan hampir mustahil bagi masing-masing negara untuk menutup perbatasan mereka untuk masa mendatang. Ekonomi harus terbuka, orang harus bekerja, perdagangan harus dilanjutkan," kata Direktur Program Kedaruratan WHO Mike Ryan.

Namun, para pejabat WHO mengakui bahwa penguncian lebih lanjut di negara-negara yang mengalami wabah baru mungkin diperlukan. Meski demikian, WHO mengakui karantina harus sesingkat mungkin dan terbatas pada area geografis sekecil mungkin (misal lockdown lokal).

"Semakin kita mengerti tentang virus, semakin banyak operasi yang kita bisa dalam mengendalikannya," kata Ryan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya