Terungkap di Sidang, Mata-Mata China untuk AS Gunakan Medsos Jejaring Kerja saat Beraksi

Berikut adalah kisah seorang mahasiswa doktoral asal Singapura yang menjadi agen intelijen ilegal China.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 28 Jul 2020, 21:36 WIB
Diterbitkan 28 Jul 2020, 21:36 WIB
Ilustrasi Media Sosial.
Ilustrasi Media Sosial. KreditL Photo Mix from Pixabay

Liputan6.com, Jakarta- Seorang mahasiswa Singapura yang menjalani program pendidikan doktoral, Jun Wei Yeo, begitu senang ketika ia diundang ke Beijing pada 2015. Kala itu ia diminta untuk memberikan presentasi kepada sejumlah akademisi China.

Dikutip dari BBC, Selasa (28/7/2020), tugas akhir penelitian pendidikan doktoral Yeo adalah tentang kebijakan luar negeri China. 

Dalam penelitian tersebut, Yeo meneliti bagaimana Negeri Tirai Bambu tersebut menyebarkan pengaruh secara internasional.

Yeo, yang juga dikenal sebagai Dickson, setelah presentasinya didekati beberapa orang yang mengaku bekerja untuk lembaga kajian yang berhubungan dengan Pemerintah China.

Hal itu terungkap di pengadilan federal AS dari dokumen persidangan kasus Yeo.

Mereka berminat membayar Yeo jika ia bersedia membuat laporan untuk China tentang isu politik dan informasi lainnya. Kemudian orang-orang itu memberikan perincian kepada Yeo tentang apa yang mereka inginkan yaitu rumor dan informasi dari 'orang dalam'.

Kendati demikian, Yeo segera menyadari bahwa mereka adalah agen badan intelijen China namun ia tetap memiliki kontak dengan mereka. Yeo menyampaikan hal tersebut dalam sumpahnya saat persidangan.

Yeo mengatakan, pada awalnya ia diminta untuk berfokus pada negara-negara di Asia Tenggara tetapi kemudian, ia juga diminta mencari informasi tentang pemerintah AS.

Yeo lalu membuat perusahaan konsultan palsu dan menyamar sebagai akademisi yang penasaran untuk memikat targetnya dari Amerika.

Yeo dilaporkan membuat kontak dengan targetnya menggunakan LinkedIn, di mana platform media sosial jejaring kerja dan karir tersebut digunakan oleh lebih dari 700 juta orang.

Dalam dokumen pengadilan, platform media sosial tersebut digambarkan hanya sebagai "situs web jaringan profesional."

Penggunaan yang dilakukan Yeo terhadap platform itu dikonfirmasi oleh Washington Post.

Hingga pada 24 Juli, sekitar setelah lima tahun keterlibatannya, Yeo mengaku bersalah di pengadilan AS. Pria berusia 39 tahun tersebut mengakui menjadi "agen ilegal asing" dan memiliki potensi hukuman hingga 10 tahun penjara. 

Pengakuan dari Yeo itu datang di tengah ketegangan antara AS dan China dalam beberapa waktu terakhir yang kian bertambah.

Saksikan Video Berikut Ini:

Mata-matai Kementerian Perdagangan AS

Media Sosial
Ilustrasi Media Sosial. (sumber: Pexels)

Banyak mantan pegawai dan kontraktor pemerintah dan militer yang kerap memposting secara detail tentang rincian perjalanan karir mereka di Linkedln, dengan tujuan untuk mendapatkan pekerjaan di sektor swasta.

Jun Wei Yeo diketahui merupakan alumni di Lee Kuan Yew School of Public Policy (LKYSPP), di mana beberapa pejabat pemerintah terkemuka di Asia, juga menempuh pendidikan di institusi tersebut. 

Seorang alumni yang enggan disebutkan namanya, mengatakan, "Dia adalah siswa yang sangat aktif di kelas. Saya selalu memandangnya sebagai orang yang sangat cerdas."

Selain itu, Yeo juga dikatakan sering membahas tentang ketidaksetaraan sosial, dan perjuangan keluarganya yang menghadapi urusan finansial. 

Ia juga mengungkapkan bahwa sulit untuk mempercayai keterlibatan temannya tersebut sebagai agen intelijen ilegal. 

Namun seorang mantan anggota staf di institusi pendidikan itu memberikan gambaran yang berbeda tentang Yeo, yang ia katakan tampaknya "meninggikan kepentingan dirinya."

Seorang profesor China-Amerika terkemuka, pemegang paspor AS, yang juga merupakan Promotor gelar Phd Yeo, yaitu Hua Jing, dideportasi dari Singapura pada 2017. Ia pun juga menghadapi tudingan tentang keterlibatan sebagai agen tak terdaftar untuk negata asing.

Namun Huang Jing selalu membantah tuduhan itu. Ia pertama kali bekerja di Washington DC, setelah meninggalkan Singapura, dan kini menetap di Beijing.

Yeo beberapa kali kerap bertemu dengan atasannya dari China di berbagai lokasi di Negeri Tirai Bambu tersebut, menurut dokumen pengadilan yang dirilis tentang pengakuan bersalahnya. 

Dalam salah satu pertemuan itu, Yeo secara khusus diminta untuk mengumpulkan informasi tentang Kementerian Perdagangan AS. 

Mantan sekretaris tetap di Kementerian Luar Negeri Singapura, Bilahari Kausikan, mengatakan dirinya "tidak meragukan bahwa Yeo melakukan pekerjaannya secara sadar untuk badan intelijen China."

Bilahari Kausikan menyebutkan, bahwa Yeo bukanlah orang yang "tidak mengetahui apapun yang tanpa disadari berguna untuk orang lain."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya