Makanan Beku Bisa Tularkan Virus Corona COVID-19 ke Manusia? Ini Kata Ahli

Peringatan konsumen tentang produk beku impor, dan laporan awal COVID-19 di daging ayam beku impor asal Brasil di China memicu kekhawatiran di media sosial.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 14 Agu 2020, 14:23 WIB
Diterbitkan 14 Agu 2020, 14:23 WIB
Makanan dibekukan
Ilustrasi makanan dibekukan (Photo by Mitra Mohammadi on Unsplash)

Liputan6.com, New York - Di tengah keprihatinan atas laporan bahwa sayap ayam beku yang diimpor ke China dari Brasil positif COVID-19, beberapa ahli pun angkat bicara. Pada Kamis 13 Agustus 2020, sejumlah pakar mengatakan bahwa kemungkinan tertular virus itu dari makanan - terutama makanan beku dan kemasan - sangat rendah.

"Ini berarti seseorang mungkin menangani sayap ayam yang mungkin terkena virusnya," kata Angela Rasmussen, seorang ahli virus di Universitas Columbia seperti dikutip dari Channel News Asia, Jumat (14/8/2020).

"Tapi itu tidak berarti, 'Ya Tuhan, tidak ada yang membeli sayap ayam karena terkontaminasi'," imbuhnya lagi.

Pedoman dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) atau Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit menyatakan bahwa sejauh ini "tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa menangani makanan atau mengonsumsi makanan terkait dengan COVID-19".

Rute utama Virus Corona COVID-19 yang diketahui menlar dari orang ke orang adalah melalui percikan dari bersin, batuk, berbicara atau bahkan bernapas.

"Saya tidak menghubungkan antara ini (isu penularan lewat makanan beku) dan ketakutan apa pun adalah penyebab dari setiap peristiwa penularan jarak jauh," kata C Brandon Ogbunu, seorang ahli ekologi penyakit di Universitas Yale.

Ketika virus melewati batas internasional, hampir pasti virus itu dibawa oleh orang, bukan produk komersial yang mereka kirimkan.

Sayap ayam beku yang kini jadi sorotan itu pertama kali diperiksa pada Rabu 12 Agustus di Distrik Longgang Shenzhen, tempat para pejabat menguji produk impor untuk mengetahui adanya materi genetik Virus Corona, atau RNA.

Beberapa sampel yang diambil dari kemasan luar makanan laut beku, sejumlah di antaranya dikirim dari Ekuador, baru-baru ini dinyatakan positif virus RNA di Provinsi Anhui, Shaanxi, dan Shandong, China juga.

 

Saksikan Juga Video Ini:

Prosedur Mencari Virus

Ilustrasi Virus Corona 2019-nCoV (Public Domain/Centers for Disease Control and Prevention's Public Health Image)
Ilustrasi Virus Corona 2019-nCoV (Public Domain/Centers for Disease Control and Prevention's Public Health Image)

Prosedur laboratorium mencari RNA juga menjadi dasar dari sebagian besar tes Virus Corona yang dilakukan pada manusia. Tapi RNA hanyalah proksi untuk keberadaan virus, yang dapat meninggalkan sedikit materi genetiknya bahkan setelah dihancurkan, kata Ahli Ekologi Penyakit di Universitas Yale, Ogbunu.

"Ini hanya mendeteksi tanda bahwa virus telah ada di beberapa titik," jelas Ogbunu.

Untuk membuktikan bahwa virus berbahaya tetap ada di makanan atau kemasan, para peneliti perlu mengisolasi mikroba dan menunjukkan di laboratorium bahwa ia masih dapat bereplikasi.

Eksperimen ini menantang secara logistik dan membutuhkan personel yang terlatih secara khusus, dan bukan merupakan bagian dari jalur pengujian biasa.

Setelah sampel yang diambil dari permukaan daging menunjukkan hasil positif, petugas melakukan tes serupa pada beberapa orang yang mereka curigai telah melakukan kontak dengan produk tersebut. Mereka juga menguji banyak barang kemasan lainnya.

Semua sampel yang dianalisis sejauh ini negatif untuk RNA Virus Corona, menurut pernyataan yang dirilis oleh Shenzhen Epidemic Prevention and Control Headquarters Office (Kantor Pusat Pencegahan dan Pengendalian Epidemi Shenzhen).

Virus Corona COVID-19 Tak Bertahan di Kondisi Ekstrem

Ilustrasi gambar SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan Corona COVID-19, diisolasi dari seorang pasien di AS. Diperoleh 27 Februari 2020 milik National Institutes of Health yang diambil dengan mikroskop elektron transmisi.(AFP/National Institutes Of Health)
Ilustrasi gambar SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan Corona COVID-19, diisolasi dari seorang pasien di AS. Diperoleh 27 Februari 2020 milik National Institutes of Health yang diambil dengan mikroskop elektron transmisi.(AFP/National Institutes Of Health)

Kendati demikian, pernyataan terkait peringatan untuk konsumen tentang produk beku impor, dan laporan awal dari daging ayam beku impor terkontaminasi COVID-19 memicu kekhawatiran di media sosial.

Baik Ogbunu dan Rasmussen mengatakan bahwa rangkaian peristiwa yang luar biasa tidak biasa perlu terjadi agar virus dapat ditularkan melalui produk daging beku. Tergantung dari mana virus itu berasal, virus perlu menjalani perjalanan yang berpotensi melintasi benua dalam keadaan beku - kemungkinan meleleh dan membeku kembali setidaknya sekali di sepanjang jalan - kemudian menemukan jalannya ke tangan kosong seseorang, dalam perjalanan ke hidung atau mulut.

Bahkan yang lebih tidak mungkin adalah skenario bahwa virus dapat bertahan pada makanan setelah dipanaskan, bertahan hidup usai ditelan ke dalam saluran pencernaan manusia yang sangat asam, kemudian menuju jalan napas.

"Resiko terjadinya hal itu sangatlah kecil," kata Rasmussen.

Beberapa virus mungkin dapat bertahan melalui perjalanan yang begitu berat. Tetapi Virus Corona mungkin bukan salah satunya, karena kenis itu disebut virus yang terselubung dalam cangkang luar rapuh dan rentan terhadap segala macam gangguan lingkungan, termasuk perubahan suhu ekstrem.

Virus sering kali dibekukan di laboratorium yang menyimpan stok patogen untuk percobaan. Tetapi ahli virologi harus memantau proses itu dengan hati-hati untuk menghindari penghancuran virus yang rentan.

"Tindakan membekukan dan mencairkan adalah sejenis proses termodinamika yang hebat," kata Ogbunu.

"Virus, dengan semua ketangguhan dan kekokohannya, adalah alat infeksi yang sangat sensitif."

"CDC telah mencatat bahwa ada kemungkinan Virus Corona dapat menyebar melalui permukaan yang terkontaminasi, termasuk makanan atau kemasan makanan. Tapi itu tidak diketahui sebagai salah satu cara utama penyebaran virus."

Jika Anda tidak ingin terinfeksi, menghindari kontak langsung dengan orang lain mungkin merupakan cara yang lebih baik, kata Ogbunu.

"Ya, kita harus terus mencuci tangan dan memperhatikan permukaan di mana banyak orang berada,” katanya. "Tapi kedekatan dengan orang lain yang sesungguhnya memfasilitasi penularan."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya