Virus Corona COVID-19 Kerap Ditemukan pada Makanan Impor, Ini Reaksi WHO

Kasus ditemukannya Virus Corona baru pada kemasan makanan impor terjadi beberapa kali.

oleh Benedikta Miranti T.V diperbarui 14 Agu 2020, 17:34 WIB
Diterbitkan 14 Agu 2020, 17:34 WIB
Dirjen WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Dirjen WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus. Dok: Twitter @WHO

Liputan6.com, Jakarta - Dua kota di China telah menemukan jejak Virus Corona COVDI-19 dalam kargo makanan beku impor, kata otoritas setempat pada Kamis 13 Agustus, meskipun Organisasi Kesehatan Dunia dinilai meremehkan risiko virus memasuki rantai makanan.

Sampel yang diambil dari permukaan sayap ayam beku yang diimpor ke kota selatan Shenzhen dari Brasil, serta sampel kemasan luar dari udang beku Ekuador yang dijual di kota barat laut Xian, telah dites positif terkena Virus Corona baru, kata pihak berwenang setempat di China. 

Melansir Channel News Asia, Jumat (14/8/2020), otoritas Shenzhen mengidentifikasi ayam tersebut berasal dari pabrik milik Aurora, eksportir unggas dan babi terbesar ketiga di Brasil.

Ketika kasus Virus Corona COVID-19 yang dikonfirmasi terus meningkat secara global, penemuan tersebut menimbulkan kekhawatiran baru bahwa Virus Corona yang menyebabkan penyakit dapat menyebar ke permukaan dan memasuki rantai makanan. Sehari sebelumnya, para pejabat mulai menyelidiki apakah kasus COVID-19 pertama di Selandia Baru dalam lebih dari tiga bulan diimpor dengan angkutan barang. 

Virus dapat bertahan hingga dua tahun pada suhu minus 20 derajat Celcius, tetapi para ilmuwan dan pejabat mengatakan tidak ada bukti kuat sejauh ini Virus Corona dapat menyebar melalui makanan beku.

"Orang tidak boleh takut dengan makanan, kemasan makanan, atau pengiriman makanan," kata kepala program darurat Organisasi Kesehatan Dunia Mike Ryan dalam sebuah pengarahan.

"Tidak ada bukti bahwa makanan atau rantai makanan ikut serta dalam penularan virus ini. Dan orang harus merasa nyaman dan aman."

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:

WHO Meremehkannya?

Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus
Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus. (Liputan6/AFP)

Ahli epidemiologi WHO Maria Van Kerkhove mengatakan China telah menguji ratusan ribu paket dan "menemukan sangat, sangat sedikit, kurang dari 10" yang terbukti positif terkena virus.

Departemen Pertanian dan Administrasi Makanan dan Obat AS mengatakan dalam pernyataan bersama "tidak ada bukti bahwa orang dapat tertular COVID-19 dari makanan atau dari kemasan makanan."

Perusahaan impor Aurora Brasil, yang tidak terdaftar, mengatakan belum secara resmi diberitahu oleh otoritas China tentang dugaan kontaminasi. Perusahaan tersebut mengatakan akan mengambil semua tindakan yang mungkin untuk mencegah penyebaran virus corona dan tidak ada bukti penyebarannya melalui makanan. Kementerian pertanian Brasil mengatakan sedang mencari klarifikasi dari otoritas China.

Otoritas kesehatan Shenzhen melacak dan menguji semua orang yang mungkin bersentuhan dengan produk makanan yang berpotensi terkontaminasi, dan semua hasilnya negatif, kata pemberitahuan kota.

"Sulit untuk mengatakan pada tahap mana ayam beku itu terinfeksi," kata seorang pejabat eksportir daging Brasil yang berbasis di China.

Kantor Pusat Pencegahan dan Pengendalian Epidemi Shenzhen mengatakan masyarakat perlu mengambil tindakan pencegahan untuk mengurangi risiko infeksi dari daging dan makanan laut impor.

Komisi kesehatan provinsi Shaanxi, tempat kota Xian berada, mengatakan pihak berwenang sedang menguji orang-orang dan lingkungan sekitarnya yang terkait dengan produk udang yang terkontaminasi, yang dijual di pasar lokal.

Selain menyaring semua wadah daging dan makanan laut yang masuk ke pelabuhan utama dalam beberapa bulan terakhir, China telah menangguhkan beberapa impor daging dari berbagai tempat, termasuk Brasil, sejak pertengahan Juni.

Tujuh pabrik pengolahan daging Argentina untuk sementara tidak mengekspor ke China karena mereka telah mendaftarkan kasus COVID-19 di antara karyawan mereka.

Kelompok pertama kasus COVID-19 dikaitkan dengan pasar makanan laut Huanan di kota Wuhan, China. Studi awal menunjukkan virus itu berasal dari produk hewani yang dijual di pasar.

Li Fengqin, yang mengepalai laboratorium mikrobiologi di Pusat Pengkajian Risiko Keamanan Pangan Nasional China mengatakan kepada wartawan pada bulan Juni bahwa kemungkinan makanan beku yang terkontaminasi yang menyebabkan infeksi baru tidak dapat dikesampingkan.

Sebelumnya, Pasar Xinfadi, pasar makanan yang luas di ibu kota China, Beijing, dikaitkan dengan sekelompok infeksi pada bulan Juni. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya